Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Investasi Asing, Harapan Palsu Ala Demokrasi

1016
×

Investasi Asing, Harapan Palsu Ala Demokrasi

Sebarkan artikel ini
Investasi Asing, Harapan Palsu Ala Demokrasi
PENGIRIM: NURHIDAYAT SYAMSIR (MAHASIWI UHO)

Usai debat capres ke-4 jelang pilpres 2019, masih segar perdebatan diantara keduanya. Sudah nyanyian lama terjadinya perbedaan pandangan terkait ukuran kedaulatan Negara atas standar kemampuannya untuk membangun kekuatan dan kemandirian negeri. Dalam hal ini, pertahanan, keamanan, dan hubungan internasional.

Api pemantik sengitnya pergolakan dipodium debat. Kedua kandidat jelas terlihat perbedaan haluan dalam membahas mengenai anggaran pertahanan Indonesia. Seperti yang dilansir oleh TribunJateng.com. Prabowo Subianto menyebutkan bahwa Indonesia masih lemah dalam bidang pertahanan dan keamanan. Yang selanjutnya dalam tanggapan Jokowi, Anggaran kita terbatas, kita tentu mengundang inversement untuk investasi di Indonesia, dalam hal kedaulatan tidak akan kita memberikan satu sentimeter kedaulatan kita kepada yang lain, ujar Jokowi (Sabtu, 30 April 2019).

Investasi menurut KBBI: Penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sederhananya, investasi ini dilakukan untuk kelanjutan gerak ritme pemerintahan dalam upaya menopang pertahanan suatu negeri. Tak pelak, jika investasi ini sentiasa menuai perbedaan ide dalam mengurai akar masalah, sekalipun diujung jalan penanaman modal ini tetap dilanggengkan. Seolah membenarkan negeri atas ketidakmampuan berdiri sendiri dengan aset negeri yang melimpah ruah. Terjemahan serupa dilakukan oleh keduanya, sehingga tak satupun kandidat yang benar-benar akan memutuskan mata rantai jerat investasi asing ini. Kemandirian yang dikehendaki menjadi nihil.

Jika mendudukkan polemik investasi asing ini, maka dapat ditemukan bahwa ini merupakan bagian dari skenario untuk melancarkan hegemoni terhadap satu negara lewat jalur ekonomi. Pasalnya, dalam aktivitas yang mengatasnamakan pertahanan Negara tersebut, tentulah menjadi jalan licin untuk menguasai suatu negeri. Jalurnya yaitu melalui sektor-sektor strategis yang berkaitan dengan pertahanan kedaulatan Negara.

Upaya untuk mengejar ketertinggalan pola pertahanan dan keamanan yang membutuhkan dana besar, sehingga tatkala kemampuan daya pendanaan ini melemah, maka selanjutnya investasi menjadi jalan pintas untuk mencapai hal tersebut. Investor dari luar negeri ini biasanya memberikan modal berupa utang luar negeri dalam jumlah yang besar disertai bunga yang mencekik. Manakala Negara debitur tidak mampu mengembalikan beban utang ini lantaran besarnya pinjaman dan bunga yang ada, maka terjadilah skema pertukaran aset. Pihak investor akan mengambil aset-aset strategis dan vital dalam negeri. Sehingga dititik ini, nyata jelas ketidakmampuan negeri debitur untuk berkutik, seolah pasrah dengan parahnya beban. Jauh panggang dari api, inilah resiko dari penerapan sistem Demokrasi.

Dalam pandangan Islam, investasi tidak menjadi jalan untuk memperkuat apapun atau memandirikan Negara. Sebab hal ini dipastikan dapat membuka keran untuk mengalirkan penguasaan terhadap muslim. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 141 yang artinya: Allah tidak akan memberi jalan orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. Sehingga Islam tidak keliru dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan negeri yaitu dengan memutuskan semua hubungan ketergantungan oleh pihak asing penjajah dan kembali kepada segala pengurusan yang ditetapkan oleh Sang Pengatur, Allah SWT. Dengan begitu, sudah semestinya kaum muslim kembali menerapkan syariat Islam tanpa terkecuali agar terlepas dari cekikan investasi asing. Wallahua’lam bi ash-shawab.

PENGIRIM: NURHIDAYAT SYAMSIR (MAHASIWI UHO)

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos