Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Adat BudayaBerita Utama

Shalat Ied Idul Fitri 1440 H Menjadi Ummat yang Islami

1121
×

Shalat Ied Idul Fitri 1440 H Menjadi Ummat yang Islami

Sebarkan artikel ini
Ribuan warga penuhi lapangan Torada Puuwatu Kendari melaksanakan shalat ied idul fitri1440 H 2019 M, Rabu (5/6/2019)

Ribuan ummat islam melaksanakan shalat Ied Idul Fitri 1440 H / 2019 M di lapangan Torada, kelurahan Puuwatu, kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (5/6/2019). Ied mengangkat tema “Di hari yang fitri menjadi ummat yang islami dan terdepan”.

IDUL Fitri adalah hari raya umat Islam. Muslim Indonesia menyebutnya dengan Lebaran dan momentum saling bermaafan, setelah puasa Ramadhan yang menyucikan jiwa, membersihkan dosa.

Pengertian Idul Fitri

Secara bahasa (harfiyah), Idul Fitri artinya kembali ke fitrah. Kata fitrah dari kata futhur yang artinya kembali makan pagi (sarapan).

Jadi, Idul Fitri sejatinya bermakna kembali sarapan, tidak seperti bulan Ramadhan yang harus berpuasa.

Ada juga yang memaknai Idul Fitri sebagai kembali ke fitrah, yakni asal kejadian manusia yang suci-bersih dari dosa, layaknya bayi baru lahir.

Pengertian demikian dikaitakan dengan hadits Nabi Saw dari sahabat Abu Hurairah. Ia berkata:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sejarah Hari Raya
Sebelum ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw di Makkah, masyarakat Jahiliyah Arab sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan.

Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta-pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga merayakan hari raya dengan bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.

‘’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam.

Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Daud dan Nasai)

Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul mengutip sebuah hadits dari Abdullah bin Amar:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).

Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif (lemah). Rasulullah Saw membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Sumber:

Khatib Trian Saputra dalam paparannya mengatakan, hamba yang berpuasa mendapat dua kegunaan.

“Pertama saat berbuka puasa dan kedua saat bertemu Allah Saw,”ucapnya.

Di akhir ceramah khatib menuturkan kemenangan merupakan suatu kepastian dengan memenuhi syarat – syarat Allah Saw. Salah satu syarat yang disebutkan adalah komitmen kesolehan bagi setiap ummat dan diwajibkan untuk saling mengingatkan dan meluruskan yang keliru.

T I M

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos