Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Dampak Negatif Penggunaan Gawai bagi Anak-anak

1267
×

Dampak Negatif Penggunaan Gawai bagi Anak-anak

Sebarkan artikel ini
Dampak Negatif Penggunaan Gawai bagi Anak-anak
Ilustrasi.

Saat ini perkembangan teknologi semakin canggih. Salah satunya adalah gawai. Siapa yang tidak memiliki benda ini? Hampir semua orang memilikinya, mulai dari orang tua, remaja bahkan anak-anak. Gawai sudah tidak lagi dipandang sebagai benda yang asing.

Keberadaannya telah dikenal banyak orang dari berbagai kalangan. Baik pengusaha, konglomerat, pedagang, petani, ibu rumah tangga, para remaja sampai anak-anak mereka memilikinya.

Dilansir oleh detikHealth, selasa (15/10/2019), Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) propinsi Jawa Barat, dr Lina Budiyanti menyatakan, ada 11 gejala bagi anak yang mengalami kecanduan gadget dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V.

Beberapa diantaranya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari. Biasanya anak kerajinan game demi mencari kenyamanan tapi jam penggunaannya sudah berlebihan.

Kecanggihan teknologi saat ini mengalami perkembangan pesat. Salah satu sisi itu adalah hal yang baik. Kita bisa mengakses berbagai macam situs yang kita inginkan dengan cepat sesuai kebutuhan, namun disisi  lain juga memiliki dampak buruk misalnya menimbulkan kecanduan pada anak terhadap game. Hal ini dilakukan oleh anak-anak, remaja bahkan orang dewasa.

Mereka merasa cemas jika tidak memainkan game. Bahkan anak-anak rela untuk berbohong supaya tetap bisa memakai game. Biasanya orang yang kecanduan itu memainkan game lebih dari 6 jam perhari. Padahal seharusnya orang tua tidak menganjurkan untuk main game lebih dari 2 jam.

Aktivitas ini kalau dibiarkan secara terus-menerus akan memiliki dampak negatif terutama bagi anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa gawai memiliki dampak negatif. Terutama jika digunakan oleh mereka yang masih anak-anak, sebab akan mengganggu perkembangan mereka.

Cenderung asyik dengan dunianya sendiri berselancar di dunia maya. Hal ini membuat mereka tidak bisa berpikir kritis, kemampuan dalam berkomunikasi menjadi berkurang, bahkan mereka cenderung mengindahkan hal-hal yang lain dan sulit untuk memecahkan masalah.

Namun pada dasarnya, tak sepenuhnya aktivitas ini menjadi kesalahan anak. Peran orangtua dalam mendidik anaknya juga menjadi hal harus dicermati. Tidak sedikit orangtua yang membiarkan anaknya bermain gawai secara berlebihan. Yang penting anteng, tidak rewel, itulah alasan klise orangtua yang memberikan dan membiarkan anaknya untuk bermain gawai. Kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat, terutama orangtua dan juga lingkungan bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Generasi muda baik anak-anak maupun remaja seharusnya kembali pada tugas mereka yaitu belajar, giat menuntut ilmu dan senantiasa melakukan hal-hal yang positif. Sehingga bisa menjadi generasi yang membanggakan. Rasulullah Saw  bersabda:

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu, niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga.” (HR. Turmudzi)

Pada masa kejayaan Islam, anak-anak sebagian besar hafal al-Quran 30 juz. Usia belasan tahun hafal kitab, hadist, fiqih, bahasa dan ilmu-ilmu lainnya. Usia 20 tahun-an menjadi pemimpin besar di masyarakat dan tercatat sebagai generasi gemilang. Contoh generasi umat pada masa kejayaan Islam diantaranya:

1. Imam Asy-Syafi’i

Menjadi Mufti (17 tahun), Imam Bahasa Arab, Mujtahid Mutlak, Hafal al-Quran usia 7 tahun. Menghafal kitab Muwattha’ (Imam Malik) dalam 9 malam, Cepat hafal syair.

2. Sultan Muhammad al-Fatih

Amirul Mukminin (19 tahun), Panglima perang, jumlah tentaranya 150.000 orang (usia 17 tahun), Negarawan ulung (selama 30 tahun), Panglima perang dalam 25 kali peperangan, Cendekiawan ulung: menguasai 7 bahasa.

3. Ibnu Sina

Ilmuwan, “Bapak Kedokteran Modern”, pengarang dengan 450 buku, al-Qonun fi at Tibb, ilmu kedokteran (16 tahun). Ilmuwan: seorang fisikawan (18 tahun). Hafal al-Quran usia 5 tahun.

4. Umar bin Abdul Aziz ra.

Ahli Fiqh, Negarawan bersih, Jujur dan Tangguh, Menjadi wali (23 tahun), Negara makmur dalam 29 bulan. Khalifah teladan Bani Umayyah, Hafal al-Quran sebelum baligh.

5. Ibnu Khaldun

Bapak Ekonomi Islam, Ahli politik Islam, Usia remaja, karyanya di bidang ekonomi sudah menyebar. Hafal al-Quran usia 7 tahun.

6. Al-Biruni

Bapak Polymath, Lintang bujur, Proyeksi peta, penggunaan sistem koordinat 3D-Cartesian (waktu itu tentu saja belum disebut Cartesian) dan transformasinya ke sistem koordinat polar. Hafal al-Quran sebelum baligh.

Terkait keutamaan dalam menuntut ilmu Allah SWT berfirman dalam QS. al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah: 11)

Generasi yang tumbuh pada masa kejayaan Islam adalah generasi yang terdidik baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Namun penguasa yang ada saat itu memiliki kesadaran yang tinggi dalam mengurusi umat. Oleh karenanya,  membina generasi masa depan tak cukup dibebankan kepada keluarga, masyarakat tapi membutuhkan juga peran negara.

Beranekaragam masalah yang muncul di tengah-tengah umat saat ini tidak juga menemukan solusi, hal ini merupakan bukti gagalnya sistem yang diterapkan dalam suatu negeri. Diamnya penguasa terhadap beragam bahaya yang menyasar masa depan bangsa akibat gawai, akan menyebabkan rusaknya generasi penerus. Kelalaian ini  menunjukkan bahwa penguasa bukan pelayan umat. Kapitalisme sekular (kebebasan) telah terbukti menyengsarakan umat.

Hanya syariah (aturan) Islam-lah yang mampu menghalau gencarnya serangan para penganut kebebasan dan memberikan rasa keadilan bagi setiap orang, bukan hanya Muslim. Syariah Islam juga mensejahterakan setiap warga negara (Muslim dan non Muslim). Salah satunya aktivitas dalam mendidik generasi masa depan. Menata agar setiap warga negara mendapat jaminan kebutuhan pokok semisal sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Syariah Islam hanya bisa diterapkan dalam naungan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah yang telah dicontohkan rasul dan sudah terbukti kegemilangannya dan mensejahterakan selama 13 abad lamanya.

Maka dari itu, harus ada sistem Khilafah yang bersumber dari Allah SWT yang akan menaungi syariah Islam tersebut. Dan kita berkewajiban untuk memperjuangkannya demi melindungi generasi penerus dari bahaya gawai. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

SRI RUSMIANI