Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Penista Nabi Bikin Keki

1078
×

Penista Nabi Bikin Keki

Sebarkan artikel ini
Penista Nabi Bikin Keki
ILUSTRASI

Mulutmu harimau mu. Peribahasa ini bermakna perkataan yang telanjur  dikeluarkan apabila tidak dipikirkan dahulu akan merugikan diri sendiri.

Dunia Islam kembali dibuat geram dengan perkataan salah satu putri proklamator RI Soekarno, yaitu Sukmawati Soekarnoputri. Bila dulu ia menyinggung syariat Islam seperti azan dan cadar, kini ia kembali membuat celotehan, membandingkan antara jasa Soekarno dengan Nabi Muhammad saw. dalam memerdekakan Indonesia.

Setelah menuai banyak kritikan dan berbuntut pengaduan ke pihak kepolisian, Sukmawati Soekarnoputri pun mengklarifikasi pernyataannya yang menjadi kontroversi karena dianggap membandingkan Soekarno dengan Nabi saw. Ia berdalih bahwa dalam potongan video yang dimaksud, Sukmawati berkata, “Mana yang lebih bagus, Pancasila atau Alquran? Sekarang saya mau tanya nih semua. Yang berjuang di abad 20, itu yang mulia Muhammad apa Ir. Soekarno untuk kemerdekaan?” Saya cuma pengen tau, anak muda zaman sekarang itu tahu sejarah bangsanya atau tidak atau hanya tahu sejarah Nabi yang mulia Muhammad?” ujarnya lagi. Sukmawati menjelaskan video itu merekam momen ketika ia sedang berbicara di forum anak muda yang mengusung tema membangkitkan nasionalisme, menangkal radikalisme dan memberantas terorisme. (CNN Indonesia, 16/11/2019)

Jika mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban dan kebaikan yang amat luhur, maka menista (istihza’) terhadap kemuliaan beliau tentu termasuk dosa besar.

Allah Swt. berfirman

“orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.” (TQS  at-Taubah [9]: 61).

Allah Swt. juga berfirman

“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat  serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan.” (TQS al-Ahzab [33]: 57).

Lalu apa saja yang terkategori menistakan Nabi saw.? Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah telah menjelaskan batasan tindakan orang yang menghujat Nabi Muhammad Saw yaitu kata-kata yang bertujuan meremehkan dan merendahkan martabat beliau, sebagimana dipahami kebanyakan orang, terlepas perbedaan akidah mereka termasuk melaknat dan menjelek-jelekkan. Menurut al-Qadhi Iyadh, ketika seseorang menyebut Nabi saw. dengan sifatnya, seperti anak yatim atau buta huruf, meski ini merupakan sifat beliau, tetapi jika labelisasi tersebut bertujuan untuk menghina beliau atau menunjukkan kekurangan beliau, maka hal itu sudah layak disebut menghina beliau.

Dalam pandangan Islam, hukum menghina Rasul jelas haram. Pelakunya dinyatakan kafir. Hukumannya adalah hukuman mati. Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ahli ilmu sepakat tentang sanksi bagi orang yang menghina Nabi saw. adalah hukuman mati. Meski sebagian ada yang memvonis pelakunya sebagai orang murtad, kebanyakan ulama menyatakan pelakunya kafir, bisa langsung dibunuh dan tidak perlu diminta bertobat. Bahkan tidak perlu diberi tenggat waktu tiga hari untuk kembali ke pangkuan Islam. Karena itu jika membandingkan Nabi saw. dengan orang lain untuk maksud merendahkan beliau, sudah termasuk penistaan, apalagi mempertanyakan kontribusi beliau bagi negeri ini, jelas merupakan penistaan luar biasa.

Penistaan terhadap marwah Nabi saw. dewasa ini terus berulang karena banyak muslim dan tokoh-tokohnya memilih diam. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi saw. dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi. Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemunkaran. Mereka seperti lupa sindiran Imam asy-Syafii kepada orang yang diam saat agamanya dihina, “Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai.” (HR al-Baihaqi).

Ulama besar Buya Hamka rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dihina, beliau menyamakan mereka seperti orang yang sudah mati. Penistaan terhadap Nabi saw. juga terjadi karena prinsip kebebasan berbicara yang diberikan sekularisme-liberalisme yang memberikan panggung kepada orang-orang yang mendengki dan terus menyerang Islam. Mereka dilindungi oleh berbagai peraturan dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka. Kedengkian yang tersimpan dalam hati mereka bahkan jauh lebih besar lagi.

Agama ini sungguh tak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat. Karena itu, wahai kaum muslim, marilah bela agama kita!Belalah Nabi kita yang mulia! Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah Swt. yang layak mendapatkan jannah-Nya kelak. Sungguh, saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung itu. Itulah khilafah dan kelak tidak akan ada lagi penistaan-penistaan yang terjadi karena umat tidak akan mendiamkan hal tersebut. Wallahu’alam bi ash-shawab.

ZULAIKA PEGIAT DAKWAH