Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Kursi Disayang, Kursi Dilempar

694
×

Kursi Disayang, Kursi Dilempar

Sebarkan artikel ini
Kursi Disayang, Kursi Dilempar
Ummu Safran

Hampir semua orang dapat menanggung kemalangan, tapi jika Anda ingin menguji watak manusia, coba beri dia kekuasaan. (Abraham Lincoln)

Hari Kedua Kongres V  PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, diwarnai kericuhan dan saling lempar kursi antara pendukung calon ketua umum PAN Zulkifli Hasan dan calon ketua umum PAN Mulfachri Harahap.  Akibatnya, banyak peserta yang mengalami luka-luka di bagian kepala dan dibawa ke ruang medis. (kompas.com, 11/2/2020)

Miris.  Menyaksikan gambar maupun tayangan adegan kursi melayang seketika bikin jiwa awam saya meronta.  Ada apa denganmu saudara?  Bukankah partai sejatinya kumpulan manusia bermartabat dengan idealisme sama?  Seperti kataProf. MiriamBudiardjo dalam buku Dasar dasar Ilmu Politik ketika memaknai partai politik dalam era modern.  Beliau mendefinisikannya sebagai ‘suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.’

Masih menurut Prof. Miriam, idealnya parpol menjalankan fungsi sebagai sarana komunikasi yang menjembatani pemerintah dan rakyat, sosialisasi serta edukasi politik di tengah rakyat.  Mendidik rakyat dengan perilaku politik yang santun, elegan dan mencerdaskan rakyat, bukan sebaliknya.Olehnya itu layak jika  setiap orang yang tergabung di dalam sebuah parpoldiberi amanah untuk menjalankan fungsi-fungsi  yang notabene merupakanidealisme sebuah parpol.   

Suguhan  drama terbangnya sebagian kursi jelas jauh dari apa yang seharusnya ditampilkan depan khalayak ramai.Ironis mengingat belum lama rasanya ‘kursi-kursi’ disayang dan diperebutkan dalam Pileg lalu,  kini dilempar melayang bagai debu.  Akibat kisruh pendaftaran peserta baru.  Apa boleh buat, publik yang menontontak kuasa  ikut merasa malu.

Demokrasi Meniscayakan Pragmatisme

Mafhum kita bahwa demokrasi  meniscayakan suara terbanyak dalam pengambilan keputusan.  Tak pandang status maupun kehormatan pemilik suara.  Agama yang seharusnya sebagai sumber dan standar nilai moral, sudah lebih dulu dipisahkan dari kehidupan.   Hasilnya  pragmatisme dominan mengambil peran.   Berpikir instan pun jadi kawan seiring meraih tujuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  pragmatisme diartikan pandangan yang memberi penjelasan yang berguna tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.

Ya,  praktis kata kuncinya.   Terbukti, demi mendulang suara dan kuasa,  para kader partai -partai politik dalam bingkai demokrasi sampai taktahanmeluapkan angkara.  Meski berakhir baik bagi sebagian orang, tetap menyisakan catatan kelam terkait kondisi politik dan parpol di negeri ini.

Pada gilirannya, apa yang terjadi  layak mendulang keprihatinan kita bersama.  Di mana gerangan keakrabansebagai sebuah partai yang lahir dari satu rahim idealisme yang sama?Jika para kader  parpol -walau tidak semua- demikian, edukasi seperti apa yang ingin disajikan di hadapan  rakyat?

Gunakan Sumber Idealisme Sejati

Bicara idealisme berarti bicara segala kondisi yang ideal.   Mulai dari tatanan berpikir hingga sikap dan perbuatan.  Dalam konteks pergumulan politik, berpihak pada kemaslahatan rakyat otomatis selalu jadi bagian dari cita-cita perjuangan parpol beserta aktivisnya. Hanya saja sekarang tidak ditopang ideologi yang sahih. Kapitalisme maupun sosialisme nyatanya gagal menjaga idealisme tetap kokoh.   Sebabnya tidak lain karena keduanya rawan kepentingan sesaat.

Islam adalah ideologi yang sempurna.  Di dalamnya tak hanya pedoman namun juga tuntunan menjalankan hidup di dunia.  Valid hingga akhir zaman. Syariat Islam sudah pasti shahih. Sebab datang dari Zat yang Maha Sempurna dan Maha Benar.  Di surah Al-Maidah Allah sendiri tegaskan,

“.. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al-Maidah:3). 

Pada ayat yang lain Allah berfirman, 

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. Al-Baqarah: 147)

Maka menggenggam Islam sama dengan idealisme itu sendiri.  Kokohnya iman seorang muslim akan menghantar ketaatan pada syariat yang datang dari  Allah.  Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tak terkecuali para aktivis parpol harusnya.  Menuntun rakyat untuk meninggikan taraf berpikir bukannya malah mengumbar emosi. Sikap kepedulian terhadap umat,  misalnya juga dilakukan bukan semata demi ingin dipilih dan memilih melainkan hasrat meraih ridho Allah.    Parpol juga akan memfungsikan dirinya sebagai pembina umat.   Yang mengedukasi pemahaman Islam pada para kader juga rakyat. Sebab dunia hanya fana.  Kelak akhirat menanti hisab akan segala amal kita. Mari tengok perumpamaan mukmin ideal dalam Al-Quran.   Tak  mewah tapi indah,

 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim: 24-25)

Tidakkah kita menginginkan yang demikian?   Wallaahua’lam.

Oleh : Ummu Zhafran (Pegiat Opini, Komunitas AMK)

error: Jangan copy kerjamu bos