Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Media tak Ramah Remaja

974
×

Media tak Ramah Remaja

Sebarkan artikel ini
SITI MAISAROH, S. Pd

Sebuah benda kotak yang terletak di ruang keluarga, dapat menyajikan berita yang kita butuhkan atau sekedar hiburan yang kita inginkan. Dua puluh empat jam siap melayani mata kita. Namun, sudahkah benda ajaib itu benar-benar mampu menjadi pelengkap kehangatan keluarga? Atau justru dapat membawa malapetaka.
Seperti kita ketahui, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat telah memberikan teguran tertulis untuk program siaran sinetron Dari Jendela SMP yang tayang di SCTV. Dari hasil rapat pleno, KPI memberikan teguran tertulis karena sinetron yang perdana tayang pada 29 Juni 2020 itu memuat visualisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis remaja.

Dalam surat teguran yang ditanda tangani ketua KPI Pusat, Agung Suprio, Rabu (8/7/2020), dijelaskan bahwa sinetron tersebut mengandung cerita tentang hubungan asmara dua pelajar SMP.

“Ceritanya memberikan contoh yang tidak baik, terkait pacaran di sekolah, perbincangan kehamilan di usia sangat muda tanpa ada klarifikasi yang menegaskan tentang kehamilan tersebut yang bisa dipandang sebagai pendidikan reproduksi,” kata Agung Suprio.

Yah, sinetron Dari Jendela SMP merupakan adaptasi dari novel terkenal karya Mira W dengan judul yang sama. Di dominasi pemain remaja, juga karena menceritakan keseharian dunia remaja, sehingga sudah pasti, penggemarnya pun dari kalangan remaja.

Tetapi, tontonan yang bergaya bebas dan pacaran itu adalah sebuah kerusakan yang tidak pantas di pertontonkan. Mungkin sebagian penggemarnya ada yang mengatakan, kalau adegannya masih wajar dan layak di tonton. Padahal, semua itu adalah aktifitas-aktifitas yang menuju kepada perzinahan. Sebut saja, adegan yang dilakukan oleh muda-mudi itu, dari saling bertatapan, bergandengan, berpelukan, berdua-duaan. Semua itu adalah awal dari kehancuran.

Jika dilihat dari kaca mata sekular, hal demikian tentu tidak berlebihan, bahkan wajar, karena dunia remaja. Asalkan si anak masih berbakti terhadap orang tuanya, kalem, lemah lembut, suka menolong dan lainnya. Tetapi jika dilihat dari kaca mata aturan Islam yang kaaffah (sempurna) yang dimana Islam punya aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, hal demikian adalah sebuah kemaksiatan.

Padahal, betapa bermanfaatnya fasilitas media penyiaran jika tontonannya dapat mendidik para generasi muda. Karena merekalah tunas-tunas harapan bangsa. Apalah jadinya jika para remaja hanya sibuk pada masalah percintaan, padahal usia mereka sangat efektiv untuk menggali jati diri agar tumbuh menjadi insan yang berprestasi. Inilah rusaknya sistem kapitalis sekular, dimana aturan agama diabaikan dalam kehidupan. Sungguh jauh panggang dari api, jika kita berharap munculnya generasi bermartabat dan berbudi pekerti, jika media yang tersaji tidak pernah ramah pada para generasi. Justru kehancuranlah yang menanti.
Waallahu a’lam bishowab.

SITI MAISAROH, S. Pd. (Pemerhati Remaja)