Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita Utama

Peran Sebuah Kedisiplinan dalamMenekan Penyebaran Wabah

865
×

Peran Sebuah Kedisiplinan dalamMenekan Penyebaran Wabah

Sebarkan artikel ini
Peran Sebuah Kedisiplinan dalam Menekan Penyebaran Wabah
Irma Faryanti (Ibu Rumah Tangga)

TEGAS.CO., NUSANTARA – “Air tenang jangan sangka tak berbuaya.” Pandemi yang belum kunjung berakhir nampak dihadapi masyarakat seolah biasa, padahal  bahaya penyebaran virus ada di depan mata. Kecil, tak terlihat namun mematikan. Banyak masyarakat dengan santainya, karena merasa  diri baik-baik saja dan keadaan sekitar aman terkendali pada akhirnya  mengabaikan virus tersebut. Tanpa disadari, bahaya kluster tengah membayangi dan siap menjangkiti siapapun tanpa pandang bulu. Sikap abai inilah yang berpeluang menambah panjang daftar korban yang terkontaminasi virus. Bahkan di daerah Bandung Timur tepatnya di KecamatanCileunyi, tempat dimana saat ini penulis berdomisili diberitakan sebagai penyumbang terbanyak kasus Corona di Kabupaten Bandung. Hingga Sabtu 12 September 2020, total kasus konfirmasi atau positif virus Corona di Kabupaten Bandung mencapai 578 orang. Dari angka tersebut, 471 dinyatakan sembuh, 92 dalam dalam proses perawatan, sementara 15 orang lainnya meninggal. (PRFMNews.id 12/9/20).

Pertambahan kasus korban positif Corona di Kecamatan Cileunyi akhir-akhir ini cukup signifikan. Sebelumnya didapati satu keluarga di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, terkonfirmasi positif Covid-19. Juru bicara gugus tugas Covid-19Kabupaten Bandung Yudi Abdurrahman membenarkan hal tersebut.

“Iya betul, ada satu keluarga di Cileunyi yang terkonfirmasiCovid-19 berdasarkan hasil swab. Ayah, ibu dan tiga anaknya,” tutur Yudi melalui sambungan telepon (m.ayobandung.com 30/7/2020). Disusul kemudian dengan ditemukannya 19 orang tenaga medis RS AMC Cileunyi yang juga terkonfirmasi Covid-19, 5 diantaranya adalah warga Kabupaten Bandung, sisanya warga luar Kabupaten Bandung. (Republika.co.id  8/8/20).

Kebiasaan masyarakat dalam menjalani aktivitas keseharian diduga menjadi penyebab bertambahnya kasus penyebaran wabah. Seolah tidak ada bedanya kondisi sebelum ataukah sesudah pandemi. Sejak awal kemunculannya, serangkaian upaya penanganan telah diberlakukan. Mulai dari PSBB, social distancing hingga diterapkannya kebijakan new normal dengan mematuhi  protokol kesehatan telah dilakukan. Namun nyatanya belum sepenuhnya mengguggah kesadaran masyarakat.

Kebijakan new normal atau normal baru ternyata disalah tafsirkan sebagai kenormalan kembali seperti sedia kala saat sebelum pandemi. Seolah semua baik-baik saja sehingga mereka bisa  berkegiatan, berkumpul, berolahraga seperti biasa saat segalanya masih berjalan normal, hingga  prinsip protokol kesehatan pun diabaikan. Tidak sedikit masyarakat yang keluar rumah tanpa masker dan menjaga jarak dengan alasan jaraknya dekat. Bahkan banyak juga  yang beranggapan bahwa keberadaan wabah ini  sebagai berita hoax yang terlalu dibesar-besarkan.

Minimnya pengetahuan masyarakat akan wabah menjadi pemicu sikap menyepelekan hingga berujung penyebaran wabah tak terkendali.  Himbauan untuk mematuhi protokol kesehatan pun urung dilakukan, hal ini amat sangat disayangkan karena akan bisa berdampak pada semakin alotnya upaya memutus mata rantai penyebaran.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya wabah dilengkapi dengan tindakan lamban negara dalam mengatasi wabah. Alih-alih melakukan  lockdowntotal  untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, justru yang diterapkan adalah kebijakan setengah hatibaikdengan social distancing, PSBB, new normal dan mematuhi protokol kesehatan. Dengan mengatasnamakan kebaikan untuk rakyat agar perekonomian tidak lumpuh total, masyarakat diajak untuk tetap tenang dan menjalani kehidupan seperti biasa. Untuk itulah kemudian dibuka kembali mall-mall, pasar, tempat wisata bahkan bioskop, agar perekonomian rakyat kembali bangkit. Padahal hal tersebut  bisa menjadi penyebab munculnya klaster baru penyebaran virus.

Kebimbangan masyarakat akan penerapan lockdown atas diri mereka cukup bisa dimengerti. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya jaminan pemerintah dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, yang pada akhirnya harus mereka upayakan sendiri meski bahaya penyebaran virus membayangi di depan mata.

Padahal, jika saja kebijakan lockdown diterapkan sebelum penyebaran meluas, tentu penanganannya tidak akan sesulit saat ini. Sikap pemerintah yang seakan meremehkan dan mengabaikan penanganan membuat segalanya menjadi lebih rumit. Bahkan seandainya seluruh biaya pembangunan ibukota baru dikerahkan untuk menghadapi Covid-19, jika ingin menerapkan lockdown selama dua bulan saja, sepertinya 500 triliun rupiah pun kurang.  Ini karena wilayah yang terinfeksi sudah begitu luas. Populasi yang terdampak juga sudah begitu banyak.

Demikianlah ketika kapitalis menjadi tempat kembali bagi semua solusi, alih-alih masalah tertangani, kesengsaraan rakyat lah yang didapati. Padahal Islam sejak lama telah memiliki konsep terkait penanganan wabah. Dimana Rasulullah melakukan pencegahan dini menyebarnya wabah dengan memerintahkan  negeri yang terjangkiti wabah untuk melakukan isolasi dan melarang warganya untuk keluar dari daerah tersebut, sebaliknya warga luar dilarang memasuki wilayah yang terjangkit wabah. Sebagaimana sabda beliau:

“… Jika kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim).

Tidak semestinya masyarakat bersikap abai dan meremehkan akan terjadinya wabah yang melanda. Kita memang diwajibkan untuk berserah pada Allah namun bukan berarti tanpa usaha. Secara individu kita wajib sadar serta ridha atas segala yang telah menjadi qadha Allah, karena hakikatnya setiap ketetapannya walaupun nampak buruk menurut pandangan manusia itulah yang terbaik dihadapanNya, sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. AlBaqarah: 216).

Kita juga harus senantiasa berupaya melakukan  ikhtiar agar wabah ini bisa ditanggulangi dengan baik. Tetap menjalani protokol kesehatan semisal menjaga kebersihan, menjalani pola hidup sehat, melakukan social distancing, memakai masker dan lain sebagainya.  Serta tetap menahan diri untuk tetap di rumah saja. Agar tidak tertular dan saling menularkan.

Setidaknya hal tersebut adalah upaya kita untuk menjaga diri dari wabah, menjalani ikhtiar dengan tanpa menyalahi syariat Allah. Sembari menanti pertolonganNya hadir, berupa tegaknya hukum Allah di muka bumi dalam naungan kepemimpinan Islam. Yang akan mengayomi seluruh urusan umat tanpa terkecuali.

Wallahu a’lam Bishawwab

Penulis: Irma Faryanti (Ibu Rumah Tangga)

Editor: H5P

error: Jangan copy kerjamu bos