Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Wabah Yang Tak Kunjung Usai Menambah Masalah Baru

805
×

Wabah Yang Tak Kunjung Usai Menambah Masalah Baru

Sebarkan artikel ini
Khatimah (Ibu Rumah Tangga dan Member AMK)

TEGAS.CO., NUSANTARA – Sudah hampir 8 bulan semenjak diumumkannya wabah Covid-19 pada bulan Maret yang melanda Indonesia sampai saat ini tak kunjung usai. Disaat negara-negara tetangga mulai menunjukkan penurunan terhadap wabah Covid-19, justru Indonesia semakin meningkat akibat ditetapkannya new normal. Ini menjadi rentetan permasalahan baru bagi negeri ini, mulai dari sektor perekonomian sampai ancaman nyawa. Sudah banyak kebijakan dan protokol kesehatan yang disosialisasikan terhadap masyarakat namun harus lebih bersabar dan lebih banyak ikhtiar lagi dengan wabah ini, karena pada faktanya begitu banyak nyawa yang berguguran. Sampai-sampai dikabarkan lahan untuk pemakaman jenazah dan peti mati untuk Covid-19 semakin berkurang bahkan dipastikan habis kalau wabah ini terus berkelanjutan.

Dilansir oleh JabarEkspres.com (Jumat, 25 September 2020). Sedikitnya 50 peti mati untuk korban pasien positif Covid-19 yang disiapkan dinas perumahan rakyat, kawasan permukiman, dan pertanahan (Disperkintam) kabupaten Bandung telah habis digunakan. Kepala bidang pertamanan dan pemakaman Disperkimtan, Erna Marlena mengatakan, pihaknya selama ini telah menyediakan peti-peti mati untuk pasien yang meninggal akibat terpapar Covid-19. Akan tetapi, karena banyaknya permintaan dan peningkatan korban maka, Disperkintam kembali menyiapkan peti-peti mati yang nantinya disalurkan ke rumah sakit rujukan.

’’Kita akan salurkan ke rumah sakit Soreang, rumah sakit Majalaya, rumah sakit Al Ihsan dan rumah sakit Cicalengka. Akan tetapi, sejumlah rumah sakit saat ini kembali membuat permohonan peti ke kami. Jadi, kita buatkan sesuai permohonan dan membuat lagi 50 peti mati, dan ini persediaan sampai akhir tahun ini. Pemerintah kabupaten Bandung juga sudah menyiapkan sepuluh titik tempat pemakaman umum (TPU) yang dikelola langsung oleh Disperkimtan kabupaten Bandung,” ujarnya.

“Sepuluh titik ini, sejak tahun 2017 semuanya sudah siap dan sudah kita tata setiap tahun. Artinya, dari sepuluh ini sebetulnya sudah disediakan, baik untuk Covid ataupun bukan,” jelasnya.

Berdasarkan aksesibilitasnya, lanjut Erna, dari sepuluh tempat pemakaman ini, empat titik yang dikhususkan untuk korban Covid-19.

Kondisi ini tentu sangat menyedihkan dan membuat prihatin yang dirasa. Saat korban wabah Covid-19 yang masih terus meningkat di negeri ini, justru pemerintah menerapkan new normal dengan alasan agar perekonomian kembali berputar. Inilah salah satu yang menjadi indikator penyebaran Virus semakin meningkat. Meski selama new normal diberlakukan penerapan protokol 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) disertai kepatuhan masyarakat yang baik terhadap protokol tersebut, namun semua itu belum menunjukkan hasil yang baik. Karena pada faktanya masyarakat tetap berkerumun di tempat-tempat keramaian yang berpotensi meningkatnya penularan virus. Sampai saat ini belum ada solusi yang tepat untuk bisa menghentikan virus yang mematikan ini. Meski nyawa yang terpapar sudah banyak, semestinya di sini pemerintah bersungguh-sungguh memperhatikan keselamatan dari setiap rakyatnya, agar bisa menekan peningkatan Covid-19. Butuh sosialisasi yang baik dari pemerintah untuk rakyat agar tidak menganggap virus Covid-19 adalah suatu penyakit yang biasa, dengan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan. Bukan malah mementingkan keuntungan ekonomi tapi abai terhadap nyawa rakyatnya. Kalau mau introspeksi bukankah lonjakan yang terjadi ini salah satunya efek dari diterapkannya new normal beberapa waktu lalu. yang membuat masyarakat berbondong-bondong ke tempat kerumunan seperti Mall, tempat wisata dan tempat-tempat lainnya, sehingga semakin memperparah meningkatnya virus Covid-19.

Demi untuk keuntungan suatu golongan, rakyat dijadikan tumbal dengan bebas melakukan aktivitas. Kalau ini terus berkelanjutan, maka akan semakin banyak yang terpapar. Sedangkan kapasitas penyediaan lahan dan peti mati, tidak mampu menampung permintaan rumah sakit. Inilah yang menyebabkan permasalahan semakin parah, dan harus menjadi perhatian. Terutama terkait ekonomi dalam pembiayaan penanganan masalah kesehatan dan fasilitas bagi setiap rumah sakit. Di mana biaya untuk menangani kesehatan sepenuhnya diambil dari kekayaan milik negeri ini berupa SDA nya. Namun semua itu tidak bisa dilakukan karena sebelum ada wabah Covid19 saja, SDA Indonesia dipegang oleh pemilik modal. Yang mengakibatkan penguasa negeri ini tidak optimal dan terkesan tidak serius menangani wabah.

Wabah Covid-19 ini telah menunjukkan bukti nyata lemahnya sistem Demokrasi Kapitalis dalam mengatasi suatu wabah. Amerika Serikat pun yang digadang menjadi negara adidaya tak dapat mengatasi wabah ini. Sistem Demokrasi Kapitalis semakin nampak tidak ada keberpihakannya terhadap kesehatan rakyat. Justru rakyat dijadikan tumbal untuk menopang perekonomian supaya terus stabil dengan ditetapkannya new normal. Lantas masihkah mau berharap terhadap sistem yang tak berpihak kepada rakyat? Bukankah Allah Swt. sudah menjanjikan suatu sistem yang memberikan kesejahteraan? Kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, hukum dan politik yang dijamin keberkahannya? Namun sayang manusianya sudah banyak yang menyimpang dari syariah-Nya. Bisa jadi wabah Covid-19 ini adalah teguran terhadap manusia-manusia yang menyimpang dan pengingat bagi orang-orang yang sombong karena kekuasaannya.

Mestinya Wabah Covid-19 menyadarkan kalau sistem Kapitalis-Sekuler telah menggerus hati nurani dan pemikiran penguasa juga pemodal dari rasa iba kepada mereka yang dirasa tidak memberikan keuntungan. Maka keselamatan dan nyawa rakyat pun diabaikan.

Jauh berbeda dengan penanganan sistem Islam. Nyawa manusia menjadi sesuatu yang diutamakan, maka aturan dalam sistem Islam akan bersungguh-sungguh untuk menunaikan kewajibannya mengurus umat juga menjaga mereka. Karena Khalifah memahami betul amanah yang diembannya akan dimintai pertanggung jawaban.

Khalifah memahami hadis Rasulullah Saw.: ” Sungguh jabatan ini adalah amanah. Pada Hari Kiamat nanti, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambil jabatan itu dengan hak dan menunaikan amanah yang menjadi kewajibannya.” (HR. Muslim)

Apalagi neraka sebagai tempat kembali bagi penguasa yang menipu rakyatnya. Ancaman tersebut jelas disampaikan Rasulullah Saw. dalam hadis: “Siapa pun yang diangkat memegang tampuk kepemimpinan atas rakyat, lalu dia menipu mereka, maka dia masuk neraka.” (HR. Ahmad)

Dalam Islam, menghilangkan satu nyawa manusia disamakan dengan membunuh seluruh manusia, sebagaimana sabda Rasul Saw.: ” Sungguh lenyapnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim.” (HR An-Nisai, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Ini menjadi suatu bukti bagi kita, selama Islam tidak diterapkan sebagai aturan, urusan nyawa manusia tak bernilai sama sekali bagi negara. Menjadi hal lumrah jika semua negara hari ini tak ada satu pun yang berhasil tangani pandemi, karena masih setia menjalankan sistem ekonomi kapitalisme liberal. Dimana pada sistem ini, menganggap bahwa kekuasaannya bebas untuk melakukan politik semaunya tanpa peduli yang lemah. Tak memikirkan nasib dari rakyatnya.

Satu-satunya jalan, setiap muslim harus bersatu untuk kembali kepada jalan Allah Swt. Di mana di dalamnya akan menerapkan aturan-aturan Islam secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan manusia, dan yang akan menjamin kebutuhan setiap manusia baik yang muslim ataupun non muslim. Sudah bukan saatnya untuk kita manusia phobia dengan sistem Islam, karena khalifah akan menerapkan seluruh aturan yang sudah ditetapkan Allah Swt. secara sempurna dan menyeluruh hingga ke pelosok dunia, tanpa terkecuali. In syaa Allah.
Wallahu a’lam bish-Shawwab

Penulis: Khatimah (Ibu Rumah Tangga dan Member AMK)
Editor: H5P

error: Jangan copy kerjamu bos