Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita Utama

Mursal. Cegah Radikalisme Sampai ke Negeri Paman Sam

1133
×

Mursal. Cegah Radikalisme Sampai ke Negeri Paman Sam

Sebarkan artikel ini

TEGAS.CO,. SULAWESI TENGGARA – Sulawesi Tenggara khususnya kota Kendari merupakan kota dengan berbagai macam keragaman seperti agama, suku, dan Bahasa. Uniknya, ditengah keberagaman tersebut masyarakat kota Kendari hidup dengan damai dan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk saling menjauhi. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya rumah ibadah antar agama yang dibangun berdekatan, berhadapan bahkan ada masjid dan gereja yang hanya dipisahkan oleh dinding saja. Meskipun demikian, kota Kendari bukan berarti aman dari ancaman radikalisme dan terorisme yang bisa menimbulkan rasa saling curiga dikalangan umat beragama maupun potensi konflik lainnya yang bisa timbul akibat keragaman tersebut.

Berdasarkan hal itulah para tokoh dan berbagai lembaga di kota Kendari gencar melakukan kegiatan-kegiatan untuk merawat dan memperkuat rasa persatuan dan persaudaraan di kalangan masyarakat kota Kendari. Hal inilah yang kemudian membuat saya tertarik untuk melakukan investigasi terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kota Kendari dalam rangka merawat kebersamaan dalam keberagaman. Pada investigasi ini saya berhasil menemui salah seorang pemuda yang konsisten melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme di kota Kendari sejak tahun 2016 sampai dengan saat ini.

Dia adalah Mursal, alumni IAIN Kendari, sebagai salah seorang pemuda yang ikut ambil bagian dalam melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme di kota Kendari mengungkapkan bahwa radikalisme adalah salah satu bahaya laten bagi nasionalisme serta keutuhan NKRI dan akan bermetamorfosa lagi menjadi terorisme jika tidak ditangani dengan baik dan serius. Sebagai upaya mencegah radikalisme dan terorisme, pada tahun 2016 Mursal dan beberapa orang pemuda membentuk Komunitas Pemuda Islam Kontra Radikal (KOMMRA) yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi pemuda lainnya untuk turut serta menjaga perdamaian, menyebarkan ajaran Islam yang wasathiyah serta mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di kota Kendari. Pendirian lembaga ini sempat didukung oleh beberapa tokoh dan instansi karena ini menjadi perkumpulan pemuda pertama di Sulawesi Tenggara yang fokus menangani radikalisme dan terorisme.

Ditahun 2016 kita sempat buat beberapa kegiatan yang cukup besar saat itu yang kita lakukan disalah satu hotel di Kendari adalah Workshop Cendekia Muslim dengan tema bahaya laten radikalisme dan peran pemuda sebagai social control. Peserta kegiatan ini saat itu 100 orang yang merupakan aktifis mahasiswa, perwakilan lembaga keagamaan mahasiswa, dan BEM dari beberapa kampus di Kendari. Kegiatan ini menghasilkan deklarasi oleh peserta kegiatan untuk sama-sama berperan serta melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme di Sulawesi Tenggara. Tidak hanya itu, KOMMRA saat itu juga terus dilibatkan sebagai peserta aktif pada kegiatan-kegiatan terkait pencegahan radikalisme dan terorisme”, terang Mursal. Senin malam (19/10/2020)

Mursal mengungkapkan bahwa model pencegahan radikalisme dan terorisme tidak boleh kaku. Kita harus terbuka akan perubahan zaman selama itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang kita yakini karena penganut radikalisme dan terorisme juga demikian. Mereka terus melakukan perubahan sebagai upaya mereka untuk mempengaruhi serta menarik simpati masyarakat dan itu berhasil mereka lakukan.

“Masalahnya saat ini, kita masih melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme dengan menggunakan model lama, kita masih sering terpaku pada kegiatan seremonial di dalam ruangan dan melupakan esensinya untuk dekat dengan masyarakat dan menjadi contoh bagi masyarakat untuk bertutur kata yang baik, berperilaku baik, taat beribadah, merawat toleransi, saling mengasihi sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan, sehingga masyarakat mau menaruh kepercayaan mereka kepada kita, mengikuti kita dan akhirnya tidak mudah disusupi dan terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme”, tambahnya.

Hal demikian telah dilakukan oleh Mursal dan kawan-kawannya untuk melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme. Salah satunya mereka mengajak pemuda dan mahasiswa di kota Kendari untuk mau difoto dengan memegang poster yang berisikan pesan-pesan perdamaian dan ajakan untuk melawan radikalisme. Hasil foto tersebut kemudian diposting di beranda dan berbagai grup di media sosial untuk mengkampanyekan perdamaian, persatuan, toleransi, dan anti radikalisme dan terorisme.

“Postingan-postingan kami dimedia sosial seringkali dilawan oleh para radikalis dengan narasi keras yang berisi kebencian, cacian, olok-olok, dan mencoba mengintimidasi agar gerakan kami dihentikan sampai akhirnya beberapa akun media sosial yang kami gunakan terblokir karena dilaporkan banyak orang dari kelompok mereka”, lanjutnya.

Meskipun demikian, hal tersebut tidak membuat upaya Mursal dan kawan-kawannyya surut untuk menyuarakan perdamaian dan anti radikalisme. Dalam upaya tersebut tak jarang uang pribadi mereka keluar. Walaupun demikian mereka beranggapan ketika uang itu mereka gunakan untuk kebaikan maka Tuhan pasti akan membalasnya dengan hal yang lebih baik lagi. Hal ini terbukti pada tahun 2017, Mursal menjadi peserta termuda mewakili Indonesia bersama 7 orang lainnya pada ajang bergengsi International Visitor Leadership Program (IVLP) dengan tema Religious Tolerance and Pluralism. Kegiatan ini diselenggarakan dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Amerika Serikat.

“Selama 1 bulan disana kami berkunjung dan tinggal di 4 negara bagian untuk mengenal budaya mereka dan bertemu dengan tokoh agama serta lembaga yang bergerak dalam isu toleransi beragama dan pluralisme. Saya tidak pernah bermimpi untuk bisa pergi ke Amerika apalagi sampai dibiayai oleh pemerintah Amerika. Saya menganggap ini sebagai hadiah atas kerja yang telah saya lakukan selama ini, juga sebagai balasan Tuhan kepada orang-orang yang tulus melakukan kebaikan”, tambahnya

Tak berhenti disitu, pada tahun 2018 Mursal bersama Abdul Halim yang merupakan dosen IAIN Kendari yang juga alumni ILVP 2018 dengan tema yang berbeda, mengajak beberapa mahasiswa program studi Bahasa Inggris IAIN Kendari untuk berkunjung ke salah satu Gereja dan berdiskusi bersama pendeta dan pemuda gereja. Hal ini dimaksudkan karena mereka menganggap bahwa tolernasi tidak cukup diajarkan dengan kata-kata melainkan harus dirasakan dan dialami langsung. Karena itulah kegiatan ini diselenggarakan dan terbukti setelah di dalam gereja dan berdiskusi langsung banyak cerita menarik yang diungkapkan dan terjadi perubahan pandangan dari yang tadinya ada rasa saling curiga, ada jarak antar agama, bahkan ada anggapan negatif, semua itu sirna ketika mereka saling bertemu dan bercerita satu sama lain.

Terakhir, Mursal berpesan agar seluruh penganut agama untuk tidak mencampuri keyakinan agama lain, tidak mendikte agama lain.

“Kita semua cukup mempelajari dan mengamalkan ajaran agama kita masing-masing, saling menghargai dan mengasihi sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan. Kalau Tuhan saja sudah menciptakan dan mengizinkan kita hidup di dunia ini, lalu mengapa kemudian ada manusia yang merasa mendapat mandat dari Tuhan untuk menyakiti dan membunuh makhluk ciptaan-Nya atas nama agama”, pungkasnya.

Reporter: Muh Faisal

Editor : YA