Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Tak Cukup Hanya Boikot Produk Perancis!

535
×

Tak Cukup Hanya Boikot Produk Perancis!

Sebarkan artikel ini
Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)
Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)

TEGAS.CO., NUSANTARA – Sikap Presiden Perancis, Emmanuel Macron yang mengizinkan beredarnya kartun Nabi Muhammad saw, mendapat respon pemboikotan produk mereka pada berbagai negeri Islam di dunia.

Sripoku.com (28/10/2020) merilis, seruan memboikot produk-produk asal Perancis tumbuh di sejumlah negara mayoritas negara-negara Arab di Timur Tengah. Seruan boikot terhadap semua produk Perancis, sebagai reaksi atas sebutan kata-kata Presiden emmanuel Macron terhadap kematian seorang guru “teroris Islam”. Macron juga mengatakan, menggambarkan Nabi Muhammad saw sebagai kartun bukan hal yang salah.

Mengutip jaringan berita CNN, Macron menyampaikan sikap itu pekan lalu, untuk menghormati guru sekolah menengah yang dibunuh. Guru bernama Samuel Paty (28), tewas setelah kepala dipenggal usai mengajar di pinggiran Paris.

Paty dihabisi setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas. Membahas kartun karya Charlie Hebdo dianggap sebagai pelajaran kebebasan berekspresi, Pernyataan Macron yang dinilai tidak sensitif dan emosional itu memicu, demonstrasi dan boikot produk Perancis di sejumlah negara mayoritas muslim.

“Saya menyerukan kepada orang-orang, jangan mendekati barang-barang Perancis, jangan membelinya,” kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Di Kuwait, jaringan seupermarket swasta mengatakan bahwa lebih dari 50 gerainya berencana memboikot produk Perancis. Kampanye boikot ini juga sedang memanas di Yordania dan Yaman.

Dimana sejumlah toko grosir membuat tulisan pernyataan bahwa mereka tidak menjual produk asal Perancis. Begitu pula di berbagai toko di Qatar, melakukan yang sama. Salah satunya jaringan supermarket al Meera yang punya lebih dari 50 cabang di negara tersebut.

Universitas Qatar juga mengatakan bahwa mereka menunda Pekan Budaya Perancis tanpas batas waktu.

Menanggapi aksi bokiot tersebut, Direktur Forecast Global di Economist Intellegence Unit, Agathe Demarais, mengatakan boikot itu akan berlangsung singkat jika mengacu pada peristiwa tahun 2015. Saat itu, protes serupa terjadi menyusul pembunuhan 12 orang di majalah satir Charlie Hebdo di Paris atas publikasi kartun yang sama.

“Ini adalah kejadian ulang atas apa yang terjadi pada 2015 ketika ada seruan boikot produk Perancis di beberapa belahan dunia muslim. Kejadian ini paling berumur pendek dan saya rasa perusahaan Perancis tidak memiliki masalah nyata dalam menjual produk mereka di Timur Tengah pada saat itu,” kata Demarais.

Sementara seruan boikot disebut Kementerian Luar Negeri Perancis tak ada gunanya. Asosiasi Industri Makanan Nasional Perancis (ANIA) mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai konsekuensi ekonomi bagi pasar Timur Tengah yang mewakili 3 persen dari semua ekspor (cnbcindonesia.com/27/10/2020).

Boikot Hingga Perangi

Aksi pemboikotan produk Perancis saat ini, faktanya belum mampu membuat Presiden Perancis, Emmanuel Macron jera dan meminta maaf kepada kaum muslim. Sehingga sebagian kalangan berharap agar pemerintah negeri-negeri Islam melakukan pemboikotan hubungan kerja sama dengan Perancis, misalnya berawal dari pemulangan duta besar mereka pada negeri-negeri Islam.

Reaksi pemboikotan ini, menurut Islam belum menjadi hukuman yang pantas bagi penghina Nabi Muhammad saw, manusia pilihan utusan Allah swt yang menjadi rahmat bagi semesta Alam, sekaligus merupakan kekasih Allah Swt. Hukuman yang pantas bagi oknum penghina yaitu hukuman mati, sedangkan bagi negara penghina Nabi yaitu hukuman penyerangan (diperangi).

Hadits dari Ali bin Abi Thalib ra. Beliau menceritakan, “Ada seorang wanita ahudi yang menghina Nabi saw, dan mencela beliau. Kemudian orang ini dicekik oleh seorang sahabat sampai mati. Namun Nabi saw menggugurkan hukuman apa pun darinya” (HR Abu Daud).

Selain itu, kita juga tentunya tidak lupa bagaimana Khalifah Abdul Hamid II mampu menggagalkan teater Muhammad saw oleh Perancis. Beliau mengatakan “Akulah Khalifah umat Islam Abdul Hamid Han ! Aku akan menghancurkan dunia di sekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut !. Ucapan khalifah Abdul Hamid II menggetarkan Perancis dan Perancis tidak jadi menggelar teater tersebut.

Hal tersebut menunjukkan kedaulatan negara Islam di mata negara-negara kafir, sehingga mereka segan untuk berbuat seenaknya pada negara Islam.

Berbeda dengan kondisi saat ini, yang mana negeri Islam telah tersekat nasionalis negeri mereka masing-masing, diperparah lagi dengan adanya ketergantungan dengan negara kafir (tidak berdaulat). Tidak mengherankan hal ini membuat negara-negara kafir dan pemimpinnya memandang enteng ancaman dari negeri muslim, apalagi ancaman mereka hanya bersifat sementara (temporal) karena adanya ketergantungan dengan negara lain dan adanya inkonsistensi kebijakan pemerintahan dalam negeri-negeri Islam tersebut.

Semoga saja sistem Islam kembali tegak, sehingga tidak ada lagi negara kafir beserta pemimpinnya yang berani menghina junjungan umat muslim, Muhammad saw. Selain itu, dengan tegaknya Sistem Islam dalam wujud negara Islam, maka Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dapat dirasakan umat manusia.
Wallahu’alam bishowab.

Penulis: Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)
Editor: H5P

error: Jangan copy kerjamu bos