tegas.co., BAU BAU, SULTRA – Meskipun dalam masa transisi pemerintahan, kegiatan pembangunan untuk kemajuan dan kesejahteraan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) dan masyarakatnya dapat terus berlangsung. Termasuk upaya untuk membangunan identitas Kota Baubau melalui pembangunan
Beberapa focal point yang akan saling terintegrasi satu sama lain
Mengingat waktu pemerintahan transisi yang sangat singkat, maka untuk melakukan percepatan guna mewujudkan seluruh rencana yang telah disusun, pemerintahan transisi Kota Baubau menganut prinsip “Yindapokia kaliru somanamo haejati malape (Keliru tidak mengapa sepanjang tidak melanggar / permission to failure), pekadei mingkuta (bergerak cepat / speed), sodam mparagigi (Dipikul bersama / shouldered together).
Seluruh prinsip tersebut diharapkan dapat bermuara pada a tumpu incana manga mia bari (kepuasan masyarakat / customer satisfaction).
Kegiatan yang akan laksanakan selama masa transisi pemerintahan ini di harapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan antara Pemerintah Kota Baubau sebelumnya dengan Pemerintah Kota Baubau selanjutnya, sehingga diharapkan tidak akan ada kevakuman kegiatan pembangunan.
Diharapkan pula melalui pelaksanaan kegiatan pembangunan ini dapat menciptakan suasana yang aman, stabil penuh kesejukan dan ketenangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baubau hingga pelaksanaan pilkada untuk menentukan pemimpin Kota Baubau berikutnya dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu,diharapkan para pihak terkait khususnya seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam lingkup Pemerintahan Kota Baubau agar dapat senantiasa memberikan dukungannya untuk mewujudkan seluruh rencana kegiatan pembangunan pada masa transisi.
Focal point dapat diartikan sebagai sesuatu yang memudahkan untuk dikenali, dikenang, dan dikagumi. Pembangunan focal point di Kota Baubau, diharapkan akan menjadi sebuah simbol visual yang kuat karena memiliki sesuatu yang khas dan tidak dimiliki daerah lain serta berada pada tempat strategis, sehingga dapat menjadi identitas Kota Baubau kelak.
Selain itu, keberadaan focal point juga dapat membuat Kota Baubau menjadi lebih segar (fresh) karena dapat berfungsi sebagai pemecah keseragaman yang terkadang membosankan. Focal point seyogyanya dibangun dengan bentuk yang spesial yang berbeda dengan kemonotonan disekitarnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pemerintahan transisi Kota Baubau memutuskan untuk membangun beberapa focal point yang akan menjadi identitas Kota Baubau.
Mempertimbangkan aspek keindahan alam dan sejarah Kota Baubau sebagai pusat Pemerintahan Kesultanan Buton, maka ditetapkan pembangunan focal point pada,
Benteng Keraton
Benteng Keraton Buton dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara kompleks istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen.
Selain syarat dengan nilai sejarah, Benteng Keraton juga berada pada posisi strategis, sehingga keindahan Kota Baubau nyaris dapat disaksikan semuanya dari kawasan benteng ini. Kita dapat menyaksikan pula kapal hilir mudik masuk dan keluar pelabuhan Murhum Baubau.
Benteng Keraton juga tercatat sebagai benteng terluas di dunia yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) dan guiness book of record yang dikeluarkan pada bulan September 2006.
Tercatat Benteng Keraton memiliki luas 23,375 hektare. Benteng ini memiliki 12 Pintu Gerbang yang disebut Lawa (Lawana rakia, lawana lanto, lawana labunta, lawana kampebuni, lawana waborobo, lawana dete, lawana kalau, lawana wajo/bariya, lawana burukene/tanailandu, lawana melai/baau, lawana lantongau dan lawana gundu-gundu) yang dilengkapi dengan 16 emplasemen meriam artileri.
Di dalam kompleks keraton terdapat banyak sekali bangunan bersejarah peninggalan Kesultanan Buton. Selain makam Sultan Buton beberapa makam petinggi kerajaan, Istana Sultan Buton juga terdapat bangunan masjid yang memiliki konstruksi bangunannya sama seperti bangunan benteng.
Di depan masjid, terdapat tiang bendera dengan tinggi 33 meter dan berusia kurang lebih 400 tahun. Lokasi Benteng Keraton (merupakan pusat kedudukan Sultan Buton) terletak hanya sekitar 2,5 km (5 menit perjalanan) dari pusat Kota Baubau, 5,2 km (sekitar 11 menit perjalanan) dari Bandara Betoambari serta hanya 2,8 km dari kompleks perkantoran Palagimata (pusat kedudukan Pemerintahan Kota Baubau).
Mempertimbangkan berbagai keunggulan tersebut, maka pemerintahan transisi Walikota Baubau yang dipimpin oleh H. Hado Hasina, memutuskan untuk menjadikan kawasan Benteng Keraton sebagai salah satu focal point Kota Baubau.
Namun dengan memperhatikan masa pemerintahan yang hanya akan berkisar satu tahun, maka pembenahan akan dipusatkan pada kawasan sekitar Mesjid Keraton yang memiliki nilai historis sangat tinggi buat masyarakat Buton.
Pembenahan direncanakan juga akan dilakukan pada sekitar lokasi Tiang Bendera yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan Mesjid Keraton.
Pembenahan pada lokasi Tiang Bendera juga akan mempertimbangkan untuk memperkuat posisi Tiang Bendera yang sudah nampak miring.
Pembenahan ini tentunya akan dilakukan secara hati-hati dan berkonsultasi dengan para ahli dan pihak-pihak terkait lainnya.
Selain pembenahan pada kawasan sekitar Mesjid dan Tiang Bendera, juga akan dilakukan pembenahan pada kawasan depan Mesjid yang selama ini dijadikan tempat melaksanakan beberapa eksibisi atau ritual yang selalu turut dimeriahkan masyarakat Kota Baubau.
Pembenahan yang akan dilakukan pada area di depan Mesjid Keraton ini diharapkan akan
memberikan ruang (space) bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi berupa outlet untuk memamerkan industri kreatif yang selama ini telah dilaksanakan oleh pengrajin di Kota Baubau, seperti kerajinan sarung, kerajinan kuningan, pakaian adat serta kuliner lokal.
Sehingga pembangunan focal point dapat mewujudkan pelibatan aktif masyarakat serta cita-cita a mamuda ta peelo karja i Baubau (mudah mencari kerja di Baubau).
Pantai Nirwana
Rencana pembangunan focal point selain Benteng Keraton adalah Pantai Nirwana. Terletak di Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, berjarak sekitar 9,8 km dari Benteng Keraton, dan hanya sekitar 5 km dari Bandara Betoambari. semuanya terhubung dengan jalanan beraspal mulus.
Sejak lebih dari dua dekade bahkan lebih, masyarakat Kota Baubau menjadikan Pantai Nirwana sebagai obyek wisata lokal. Pada hari libur dan hari besar nasional, Pantai Nirwana ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun dari wilayah lain sekitar Kota Baubau, bahkan masyarakat Sulawesi Tenggara cukup mengenal dan pernah mengunjungi pantai ini sampai lebih dari sekali.
Pantai Nirwana terkenal dengan kejernihan airnya, terumbu karangnya, sehingga banyak pengunjung melakukan diving. Keindahan ini juga dilengkapi dengan keberadaan Gua Moko yang memanjang sekitar 50 meter tidak jauh dari pantai ini.
Keindahan matahari terbit (sun rise) dapat dinikmati di pantai ini, namun di malam hari juga tidak kalah indahnya.
Untuk mengembangkan Pantai Nirwana sebagai salah satu focal point di Kota Baubau, Pemerintahan Transisi Kota Baubau akan melakukan perbaikan gerbang masuk Pantai Nirwana. Selain itu akan dibangun pula lapangan parkir bagi kendaraan para pengunjung, sehingga tidak lagi memadati kawasan sekitar pantai.
Para wisatawan yang akan mengunjungi pantai ini kelak juga akan dimanjakan dengan tempat menginap (cottage) yang dilengkapi dengan ruangan pertemuan.
Untuk memudahkan masyarakat mengakses kawasan Pantai Nirwana, pemerintah Kota Baubau juga akan membangun terminal kawa lingka (park and ride).
Keseluruhan sarana yang dibangun tersebut (parkiran dan cottage) pengelolaannya akan dikerjasamakan dengan masyarakat setempat melalui skema bagi hasil antara masyarakat, pihak swasta dan pemerintah Kota Baubau.
Skema bagi hasil yang akan dikembangkan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan di Kota Baubau pada umumnya, serta membangkitkan rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat, sehingga diharapkan sarana yang dibangun dapat dijaga dan dirawat oleh masyarakat.
Waramesiu
Waramesiu merupakan kawasan rest area yang terletak antara terminal terintegrasi Lakologou dengan pelabuhan Murhum (termasuk ke dalam salah satu rute Tol Laut Nasional).
Diantara rest area Waramesiu dan Pelabuhan Murhum terdapat pelabuhan Feri Batulo yang akan melayani lalulintas Feri Baubau-Wara.
Pelabuhan Feri Batulo ini juga akan dilengkapi dengan lapangan parkir. Saat ini pematangan lahan kawasan rest area Waramesiu sudah mendekati penyelesaian.
Pada kawasan ini nantinya akan menjadi tempat para pengguna jasa transportasi dari dan keluar wilayah Kota Baubau beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya.
Selain sebagai tempat beristirahat sementara sebelum melanjutkan perjalanan, kawasan ini juga akan digunakan sebagai salah satu kawasan komersil di Kota Baubau.
Akan disediakan lokasi dan sarana (gazebo) sebagai tempat masyarakat memajang (display) hasil karya industri kreatif mereka, termasuk kuliner lokal.
Tirta Rimba
Kawasan Tirta Rimba atau yang juga dikenal oleh masyarakat Baubau sebagai kawasan Air Jatuh/terjun terletak sekitar 4 km dari kota Baubau (15 menit perjalanan).
Penataan yang akan dilakukan pada kawasan ini meliputi, pembangunan akses jalan dari Kawasan Simpang Tirta Rimba akses ke Terminal Lakologou.
Direncanakan akses jalan Simpang Tirta Rimba Lakologou ini akan dapat diselesaikan pada pertengahan tahun ini (2018). Setelah akses jalan ini diselesaikan, maka akan dilakukan manajemen rekayasa lalulintas dengan kebijakan jalan satu arah (one way street).
Kendaraan dari Kota Baubau yang akan menuju Kabupaten Buton Utara, Kendari dan Kabupaten Muna setibanya di Simpang Tirta Rimba akan berbelok melalui Terminal Lakologou, sebaliknya seluruh kendari dari arah Kabupaten Buton Utara, Kendari dan Kabupaten Muna termasuk warga Kelurahan Waruruma akan menggunakan jalan eksisting yang ada saat ini.
Penataan jalan masuk ke kawasan Tirta Rimba ini juga akan disertai dengan pembangunan taman dan kawasan komersil yang akan menghadap ke laut.
Kawasan ini juga akan menjadi alternatif dari kawasan komersil Wantiro yang telah dibangun oleh Pemerintah Kota Baubau sebelumnya.
Kawasan Tirta Rimba akan diperindah dengan penataan taman yang bertingkat-tingkat serta jalur jalan mendaki (climbing lane) dan pembangunan kawasan komersil bagi kegiatan perdagangan ataupun kuliner dengan penyediaan sarana gazebo
Seluruh rencana pembangunan focal point Kota Baubau ini hanya akan dapat diwujudkan secara nyata jika seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dapat bekerja bahu membahu dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya (sodamparagigi), bekerja dengan cepat (pekadei mingkuta) tanpa harus takut keliru (kaliru inda pokia somana haejati malape) sepanjang tidak melanggar.
Kegiatan percepatan yang dilakukan selama masa pemerintahan transisi ini diharapkan dapat semaksimal mungkin melibatkan seluruh komponen masyarakat dan pihak terkait lainnya, sehingga dapat ikut menikmati hasil dan manfaat pembangunan.
Keberhasilan mewujudkan semua rencana sebagaimana diuraikan di atas tentunya diharapkan akan dapat mensejahterakan dan memuaskan masyarakat Kota Baubau (a tumpu incana manga mia bari / customer satisfaction).
MAS’UD