TEGAS.CO., KOLAKA – Sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) tetap melaksanakan panen padi meski di tengah wabah Covid-19. Hasilnya, dengan menggunakan jenis bibit padi Impari 8 dan Impari 32, para petani di daerah itu mampu menghasilkan gabah padi berkisar 5 sampai 6 ton gabah kering panen per hektarenya dan jika dibandingkan panen sebelumnya maka produksinya stabil.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Tanaman Pangan dan Hotikulutura Kabupaten Kolaka, Popalayah S.Pt M.Sc menjelaskan, jika panen padi pertama di 2020 ini dilakukan tidak serentak. Sebab, jenis bibit yang digunakan antar desa dan kelurahan berbeda, namun dalam satu hamparan tetap menggunakan bibit yang sama.
“Seperti saat ini, di Kelurahan Tonganapo Kecamatan Samaturu menggunakan jenis bibit padi Impari 8 dan Impari 32, yang di tanam di dua hamparan berbeda dengan luas lahan persawahan 216,6 hektare sedangkan total luas sawah untuk Kecamatan Samaturu sebanyak 1.733 hektare dari 17 desa dan 2 kelurahan’ katanya, saat ditemui di areal persawahan di Kecamatan Samaturu.
Lanjuut Popalayah, untuk pemanenan padi dilakukan dengan menggunakan alat pertanian berupa Combine Harvester yang merupakan bantuan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Kolaka, penggunaan alat ini diharapkan dapat menekan kehilangan hasil panen.
Demi menjamin pemenuhan ketersediaan stok pangan dan hasil panen yang stabil para buruh potong padi bersama pemilik sawah tetap semangat meski di tengah merebaknya wabah Covid-19. “Kami sangat bangga kepada petani yang mampu mempertahan jumlah produksi padi yakni sekitar 5 hingga 6 ton per hektarenya dengan harga jual gabah kering panen berkisar Rp4300 sampai Rp 4500 per Kilogramnya,” ungkap Popalaya.
Untuk diketahui, penyuluh pertanian lapangan dan para petani tetap mengikuti anjuran pemerintah dalam melawan virus corona, seperti selalu mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak satu sama lain.
Ketua Kelompok Tani Harapan Makmur 1 Kelurahan Tonganapo, Kecamatan Samaturu, Kolaka Haeruddin mengatakan jika anggota kelompoknya agak kesulitan menjalankan instruksi pemerintah untuk tidak keluar rumah. “Saya dengan petani lain harus mencari nafkah demi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga namun kami tetap mengikuti langka-langka dan anjuran tetap hidup sehat dan menjaga jarak fisik,” ungkapnya.
REDAKSI