Bank Indonesia (BI) mencatat pembengkakan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2020 menjadi sebesar USD400,2 miliar. ULN terdiri dari sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral sebesar USD192,4 miliar dan sektor swasta termasuk BUMN sebesar USD207,8 miliar.
ULN Indonesia tersebut tumbuh 2,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 0,6 persen (yoy). Hal itu disebabkan oleh peningkatan ULN publik di tengah perlambatan pertumbuhan ULN swasta, jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko melalui keterangan di Jakarta, Senin (15/6/2020) dikutip Asiatoday.id,Jakarta.
Menurutnya, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh arus modal masuk pada Surat Berharga Negara (SBN), dan penerbitan Global Bonds pemerintah sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pembiayaan, termasuk dalam rangka penanganan wabah covid-19.Pengelolaan ULN pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah covid-19 dan stimulus ekonomi, paparnya.
Maka menurut Pemerintah, tentu membutuhkan banyak dana demi menanggulangi dampak Pandemi Corona alias COVID-19 dan melindungi perekonomian nasional. Untuk memenuhi dana tersebut, salah satunya pemerintah melebarkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2020 ke level 6,27% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit anggaran yang melebar ke 6,27% itu setara Rp 1.028,5 triliun terhadap PDB. Untuk memenuhi itu, pemerintah rencananya akan menerbitkan utang baru sekitar Rp 990,1 triliun. Berdasarkan draf kajian Kementerian Keuangan mengenai program pemulihan ekonomi nasional yang dikutip dari detikcom, pemerintah hingga saat ini sudah menerbitkan surat utang negara (SUN) senilai Rp 420,8 triliun hingga 20 Mei 2020 (detik.com).
Defisit APBN yang sudah lama dialami negara di tambah dengan kondisi Pandemi ini mengakibatkan masalah semakin melebar. Sehingga inisiatif utang pun semakin kencang. Sesungguhnya hal ini semakin memperburuk perekonomian Indonesia, pasalnya negara bukan hanya membayar hutang itu sendiri melainkan disertai bunga yang terus membengkak. Alhasil perekonomian negara tidak akan mencapai posisi stabil melainkan akan terus dikendalikan oleh pihak asing. Bahkan bisa membawa negeri kehilangan kedaulatan dan menjadi alat penjajahan ekonomi.Nampak jelas buruknya sistem kapitalisme. Kebijakan Negara berpotensi makin jauh dari pemenuhan kemaslahatan rakyat tapi dikendalikan oleh kepentingan asing.
Dalam kapitalisme, utang adalah instrumen penting untuk menambal defisit anggaran.Untuk mengatasi defisit anggaran, cara Kapitalisme adalah meningkatkan pajak, berutang dan kadang dengan mencetak mata uang. Masing-masing pilihan tersebut berisiko besar terhadap APBN.
Berbeda halnya dengan Sistem Islam yang memiliki mekanisme khusus terkait dengan perekonomian. Sistem Islam juga menata sistem fiskal. Yakni tidak bertumpu pada pajak yang berakibat turunnya daya beli masyarakat. Melainkan menata sistem keuangan negara dengan baitul mal. Serta meninggalkan APBN Sekuler yang hanya menjadi alat negara besar untuk menjarah sumber daya alam negeri-negeri kaum muslimin.
Dalam negara Islam (Khilafah) memiliki sumber pemasukan yang jelas dan rinci: Pos Kepemilikan Negara (FaI dan Kharaj), Pos Kepemilikan Umum, dan Pos Zakat. Saat Wabah terjadi, Dana dari Fai (rampasan perang) dan kharaj (pungutan atas tanah kharajiah) dapat digunakan untuk pembiayaan. Jika tidak cukup, Maka Dana untuk Bencana juga dapat diambil dari Pos Kepemilikan Umum, dari keuntungan pengelolaan barang tambang, migas dan mineral yang dikelola negara.
Dengan mekanisme yang sedemikian lengkap maka mampu menyelesaikan permasalahan dengan tuntas bukan menimbulkan masalah baru. Hal itu disebabkan Islam dan syariatnya berasal langsung dari sang pencipta yakni Allah SWT. sehingga seluruh aturan-aturan yang diturunkan merupakan solusi bagi permasalahan umat manusia. Maka hanya dengan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dalam bingkai Khilafah di lini kehidupan akan memecahkan segala problem yang terjadi pada dunia hari ini, sehingga akan menghantarkan pada kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera karena rahmat dan karunia Allah SWT kepada seluruh alam.
Wallahualam Bi Shawwab.
Elis Herwati
Ibu Rumah Tangga
Rancaekek-Bandung