TEGAS.CO., Dalam rapat kabinet yang dilaksanakan pada 18 Juni lalu, Presiden Jokowi menyatakan kekecewaannya terhadap kinerja para menteri Kabinet Indonesia Maju. Presiden menilai kinerja para menteri biasa-biasa saja, padahal saat ini Indonesia tengah menghadapi pandemi virus corona. Presiden Jokowi menegaskan apabila kinerja para menteri masih biasa saja dan tetap seperti demikian, maka Presiden Jokowi tidak segan untuk melakukan reshuffle kabinet.
Reshuffle kabinet sendiri adalah suatu peristiwa yang mana kepala pemerintahan memutar atau mengganti komposisi menteri dalam kabinetnya. Biasanya perombakan kabinet dilakukan dengan memindahkan seorang menteri dari satu posisi ke posisi yang lain. Meski tak menutup kemungkinan, menteri itu tersingkir dan diganti oleh orang baru untuk menduduki jabatan yang ditinggalkan menteri tersebut.
Apakah pernyataan Presiden Jokowi untuk Reshuffle Kabinet akan terwujud dan bagaimana tanggapan masyarakat terkait para menteri yang berpotensi di-reshuffle. Apakah tepat reshuffle dilakukan saat pandemiini? Lalu pertanyaannya, siapa yang menurut masyarakat layak di-reshuffle?
Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP) melakukan survei ke-2 dari 34 Provinsi yang mendapat jangkauan survei dengan jumlah sampel 172 responden. Dikarenakan pandemi, survei yang kami lakukan bersifat daring melaluiaplikasi google form. Surveidi laksanakan pada tanggal 15-16 Juli 2020.
Dalam survei ini, PSKP menemukan berbagai temuan menarik dari masyarakat mengenai Wacana Reshuffle Kabinet. Adapun jabaran pertanyaan yang di ajukan dalam survei tersebut, uraiannya sebagai berikut.
Pertama, Menurut Anda, bagaimana kinerja pemerintahan Joko Widodo pada tahun ini?
Dari hasil survei pada pertanyaan pertama, menunjukkan bahwa 74 responden menjawab kinerja pemerintahan Presiden Jokowi pada tahun ini tidak berjalan dengan baik. Kemudian, 55 responden menjawab kinerja pemerintahan Presiden Jokowi berjalan baik. Terakhir, 43 responden memilih untuk tidak menjawab untuk menyatakan pemerintah Jokowi saat ini baik atau tidak baik. Dengan demikian dari sampel pertanyaan pertama menyatakan bahwa kinerja pemerintahan Jokowi pada saat ini tidak berjalan dengan baik.
Pada survei ini juga diberikan kebebasan alasan karena memilih jawaban. Pada pilihan survei paling banyak Responden memberikan alasan bahwa pada pemerintahan itu ada dua fokus analisa koordinasi yaitu sikap presiden dan respons menteri. Dari akumulasi tindakan nyata yang dirasakan masyarakat, dikatakan baik jika tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat naik, dan dikatakan tidak baik, jika memiliki tingkat kepuasan sama dengan sebelumnya atau lebih rendah. Selain itu, pada pemerintahan periode ini ketidaktegasan dalam penyelesaian berbagai masalah di tengah virus corona juga sering kali terjadi.
Kedua, Perlukah reshuffle kabinet dilakukan saat ini?
Dari hasil survei pada pertanyaan kedua, menunjukan 121 Responden paling banyak memilih perlu untuk dilakukannya reshuffle kabinet. Kemudian, 27 responden memilih tidak perlu melakukan reshuffle kabinet. Terakhir, 24 responden memilih untuk tidak menjawab. Dari 172 responden kami, mayoritas memilih untuk dilakukannya reshuffle kabinet. Alasan responden yang memilih pilihan terbanyak dikarenakan permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat begitu kental terasa, sehingga memberikan gambaran bahwa kinerja para menteri tidak berjalan dengan baik. Namun, di samping itu, mengganti menteri bukan perkara mudah, menteri yang ditunjuk sebelumnya memiliki kapabilitas masing-masing sehingga menjadi menteri, serta tidak ada jaminan juga setelah di reshuffle jajaran kementerian menjadi lebih baik.
Ketiga, Jika perlu, kementerian mana yang sebaiknya menterinya di-reshuffle?
Dari hasil survei pada pertanyaan ketiga, menunjukkan bahwa 74 responden memilih Menteri Hukum dan HAM yang di duduki oleh Yasonna H Laoly sebagai menteri paling dominan diancangkan reshuffle oleh responden. Selanjutnya, 61 responden memilih Menteri Kesehatan (Terawan Agus Putranto) yang berada di posisi kedua sebagai menteri yang dipiih untuk di-reshuffle oleh para responden. Kemudian, menyusul 14 responden memilih Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Nadiem Makarim) di posisi ketiga, 13 responden memilih Menteri Tenaga Kerja (Ida Fauziyah) di posisi keempat, dan terakhir 5 responden memilih Menteri Pertanian (SyahrulYasinLimpo). Sisa responden, yaitu 5 orang, memilih menteri-menteri lainnya.
Jadi berdasarkan hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat berpendapat bahwa periode Pemerintahan Jokowi tahun ini tidak berjalan dengan baik sehingga perlu dilakukannya Reshuffle Kabinet. Kemudian, kursi menteri yang diancangkan responden dari survei untuk di reshuffle adalah Menteri Hukum dan HAM sebagai responden paling banyak, dilanjutkan oleh Menteri Kesehatan di posisi kedua, kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di posisi keiiga, di bawahnya ada Menteri Tenaga Kerjadan Menteri Pertanian, sedangkan 5 responden memilih lainya. Selanjutnya, menurut jajak saran responden terkait wacana reshuffle menteri ini hendaknya para menteri lebih berpihak kepada masyarakat banyak dan mempertimbangkan segala kemungkinan dari keputusan yang diambil, selain itu diharapkan para menteri lebih memperbaiki kredibilitas mereka.
Efriza, S.IP, M.Si (Direktur Eksekutif PSKP)