Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita UtamaFeatureSultra

Ketua DPRD Sultra : Selamat Ultah Pak GuberNur Alam

1153
×

Ketua DPRD Sultra : Selamat Ultah Pak GuberNur Alam

Sebarkan artikel ini
nur alam
Nur Alam FOTO : INFODUNIAMAYA

“Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan, dengan kesabaran, ketabahan dan cobaan yang berat, dengan titian cobaan, rela berkorban untuk kesejahtraan rakyat. Selamat Ulang Tahun Pak GuberNur Alam, semoga terbaik dalam genggaman Allah, dan masyarakat Sultra tetap mendoakan dan mencintai sepenuh hati, Amiin,” ucap Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara (Sultra), H. Abdurrahman Shaleh, SH, via Whats App (WA), Jumat (7/7/2017).

Abdurrahman Shaleh yang juga kader Partai Amanat Nasional (PAN) Wilayah Sulawesi Tenggara cukup peduli terhadap Gubernur Sultra non aktif, meski Ulang Tahun Nur Alam tepat pada Minggu (9/7/2017) lusa, (Berdasarkan profil singkat Nur Alam).

Menurutnya, setiap kesulitan pasti ada kemudahan dan berharap agar masyarakat Sultra bersama-sama mendoakan.

Berikut profil singkat Dr. H. Nur Alam, SE. M.Si

Dilansir sumber resmi Nur Alam kecil dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana, di tengah alam pedalaman asri bersama tiang-tiang jenggala rindang yang penuh duri, tapi teguh memagari jalan-jalan setapak tak beraspal dan tak bernama. Di sebuah pondok berdiding papan sederhana di Konda, Nur Alam lahir dari rahim suci seorang perempuan biasa, Hj. Fatimah, diasuh dan dibesarkan oleh ayahnya, Isruddin Lanay, seorang Mantri Kehutanan di era Soekarno. Nur Alam kecil yang sering dipanggil Bolo – nama kakeknya itu,  tumbuh sebagai anak yang lincah dan gesit bersama anak-anak lainnya, dan selalu mengambil inisiatif lebih awal di depan sebelum yang lainya memulai sesuatu. Nur Alam kecil mendaftarkan diri ke SD Negeri Konda atas inisiatif sendiri, sebelum kemudian difasiitasi oleh orang tuanya.  Saat duduk di bangku kelas II hingga kelas VI SD, Nur Alam kecil menggunakan nama Andi di depan namanya, hingga menjadi Andi Nur Alam. Sayangnya gelar Andi itu, yang diberikan oleh salah satu pamannya yang beretnik Bugis, tak sempat dipakai Nur Alam seterusnya karena sang guru menghapusnya saat menulis ijazah terakhir usai menamatkan bangku SD.

Duduk di bangku SD Nur Alam kecil punya hobby memetik kelapa bersama kakak-kakaknya. Selain kelapa, ia jug sering ikut memetik buah kemiri dari kebun milik ayahnya untuk dijual kepasar. Dari sini, ia memperoleh uang receh untuk jajan, juga kadang buat mentraktir teman-temannya.

Nur Alam kecil mulai meretas kehidupan yang penuh dinamika ketika masuk SMP, tepatnya di SMP Negeri Ranomeeto. Selama setahun, nyaris setiap hari ia harus bolak balik berjalan kaki 5 km bersama anak-anak lainnya menempuh rute bolak balik Konda – Ranomeeto. Ia harus bangun subuh setiap harinya untuk mengejar waktu ke-sekolah. Berangkat ke sekolah pukul 5 subuh, suasana pedalaman ketika itu tentunya masih sangat gelap. Tapi ia tetap menembus dengan obor kecil.

Memasuki bangku kelas II, Nur Alam pindah ke SMP Negeri III Wua-Wua dan tinggal di rumah pamannya di Mandonga. Tinggal di sekitar pasar ‘lama’ Mandonga, Nur Alam kecil punya ide menarik. Sambil bersekolah, ia sewaktu-waktu pulang ke Konda memetik kelapa, kemiri dan hasil kebun lainnya untuk dibawa dan dijual kepasar. Dari sini, ia mendapatkan sedikit uang buat membiayai kebutuhan sekolah dan sebagiannya buat jajan di kantin sekolah.

Duduk di bangku SMP Nur Alam kecil mulai menunjukkan banyak talenta. Ia menjadi juara lomba pidato dan oleh gurunya ia ditunjuk mewakili SMP Negerri III Wua-wua untuk mengikuti lomba kepanduan (pramuka) tingkat Nasional di Cibubur, Jakarta. Sayang sekali, baru saja hendak merangkai talenta kepemimpinan di jalur kepanduan itu, Nur Alam kecil harus menerima nasib sedih. Ia ditinggal pergi sang ayah ketika masih berada di bumi perkemahan Cibubur. Beberapa hari kemudian ia kembali ke Kendari dalam status sudah yatim.

Tahun 1981 Nur Alam masuk SMA Mandonga. Di sekolah yang tergolong keren di Kendari saat itu, ia banyak bertemu teman baru, termasuk siswa-siswa tetangga di SMEA dan STM Negeri Kendari. Sebagai anak yatim yang telah ditinggal pergi sang ayah, ia mulai memikirkan kelanjutan sekolahnya nanti. Ia tak harus menambah beban ibundanya yang memang tengah hidup susah karena hanya mengandalkan gaji pensiun mendiang suaminya. “Saya harus belajar bisnis. Mama juga sudah setengah mati. Saya tidak boleh berhenti sampai SMA”, kenang Nur Alam saaat berkisah tentang masa-masa SMA-nya.  Ia lalu merintis usaha sablon kecil-kecilan. H. Nusu Ibrahim, salah seorang rekan Nur Alam di SMA Mandonga ketika itu pernah bercerita bahwa dulunya, i Bolo (Nur Alam maksudnya), punya usaha sablon. Ia kadang tidak masuk disekolah gara-gara sibuk mencari order di luar. Ia biasa mengerjakan undangan pesta, daftar gaji di kantor-kantor dan juga kartu-kartu KRS di kampus Unhalu kemaraya. “Kalo dapat sedikit untung, dia suka traktir kita di kantin SMEA..”, kenang H. Nusu yang sekarang menjadi anggota DPRD di Konawe.

Dari hasil usaha sablon kecil-kecilan, Nur Alam bisa memupuk modal dan membeli mesin fotocopy offset. Usaha percetakan offset ini mulai ditekuninya saat memasuki bangku kelas dua. Meski tetap mengikuti jadwal pelajaran di kelas seperti siswa lain, ia semakin sibuk mengurusi orderan di luar. Berbeda dengan banyak rekannya yang lebih senang hura-hura, Nur Alam ketika itu lebih banyak mencurahkan waktunya mengurus bisnis percetakan di luar jam sekolah. Ini terus dilakukannya hingga naik kelas tiga dan akhirnya tamat SMA Mandonga, lalu lanjut ke universitas Haluoleo di fakultas Ekonomi.

Memasuki jenjang kuliah, naluri bisnis Nur Alam semakin tumbuh. Ia mulai belajar kerja-kerja memborong sebagai kontraktor di PT. Pertiwi Agung pimpinan Umar Saranani. Di perusahaan ini, ia sering ditugaskan ke lapangan mengawasi pekerjaan proyek. Seorang rekan kerjanya, Abu, pernah bercerita bahwa sewaktu kerja di Pertiwi Agung, Nur Alam sering dipercaya pak Umar Saranani untuk membayar gaji karyawan, sambil mengawasi bahan-bahan proyek di lapangan.  Lama bekerja di perusahaan ini, Nur Alam lalu pindah bekerja diPT. Timbel Mas milik pengusaha Khairuddin Pondiu. Bakat bisnisnya semakin terlihat. Ia banyak membantu Khairuddin Pondiu menyiapkan administrasi perusahaan dan kelengkapan tender. Sibuk bekerja mengurusi proyek, ia tetap mengikuti kuliah di Fekon Unhalu seperti biasa.

Mendapat sedikit pengalaman jasa kontruksi di dua perusahaan tadi, secara diam-diam Nur Alam membuat perusahaan sendiri. Bersama kerabat dekatnya, Afiat Tawakkal, ia mendirikan PT. Tamalakindo Puri Perkasa, perusahaan yang dikemudian hari sukses menjadikannya pengusaha handal.  Setelah menyelesaikan studi di Fekon Unhalu, berkantor di sebuah rumah kontrakan di BTN DPR Wua-Wua, Nur Alam mulai merambah dunia kontraktor.  Ia mulai gencar melakukan loby-loby ke berbagai instansi pemerintah, termasuk di kampus Unhalu baru, Anduonohu. Memasuki tahun 1990-an, PT. Tamalakindi Puri Perkasa mulai dipercaya mengerjakan proyek-proyek kontraktual di Diknas Sultra, di Unhalu dan di bebarapa kantor pemerintah lainnya.

Waktu terus bergulir, talenta Nur Alam di dunia bisnis semakin bersinar, terutama setelah menggandengnya dengan dunia politik. Bersamaan dengan karir politiknya yang terus menanjak di PAN Sultra, ia mulai berkenal dengan beberapa elit pimpinan PAN di tingkat pusat. Tak main-main, ia mengakrabkan diri dengan Amin Rais (Ketua MPR-RI/Ketua DPP PAN), Hatta Rajasa (Sekjen PAN, Menteri Perhubungan), Bambang Soedibyo (Menteri Diknas), Yahya Muhaimin, Malik Fajar (Menteri Agama) dan sejumlah petinggi PAN lainnya di era presiden Gus Dur hingga SBY. Dari sini, ia mulai merambah proyek-proyek besar berskala nasional di beberapa daerah diIndonesia, hingga, konon, ditahun 1998-an saja, isi rekeningnya sudah mencapai angka milyaran rupiah. Pada tahun 2002, terkait dengan rencananya maju dalam suksesi Bupati di Konawe ketika itu, Nur Alam pernah memperlihatkan kepada saya sertifikat deposito atas nama dirinya senilai 7 Milyar. Saya sedikit terperanjat. “Ternyata benar isu selama ini, Nur Alam punya banyak duit’, bisik hati saya. Dan, “Itu baru satu lembar yus, masih ada beberapa lembar didalam..”, tambahnya, seolah berusaha meyakinkan saya yang ketika itu masih meragukannya.

Sebelumnya, bersamaan dengan karir bisnisnya yang terus menanjak, kiprahnya di dunia organisasi juga terus bersinar. Di beberapa organisasi profesi, ia dipercaya memimpin Gapensi (Gabungan Pengusaha Konstruksi) dan Kadinda (Kamar Dagang dan Industri Daerah). Selain itu, ia juga aktif di HIPMI, Ardin dan berbagai organisasi sosial lainnya. Setelah terpilih menjadi wakil ketua DPRD Sultra, ia dipercaya mengetuai KONI, organisasi olah raga prestisius yang biasanya dijabat oleh para pejabat penting di daerah. Karir organisasinya yang paling cemerlang tentu saja di Partai Amanat Nasional. Di Partai inilah, karir dirinya sebagai politisi terus menjulang, hingga akhirnya sukses mengantar dirinya menjadi gubernur orang nomor satu di Sultra.

 PUBLISHER : MAS’UD

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos