Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Kolaka Utara

Nur Rahman Umar Raih APPI Awards 2020

732
×

Nur Rahman Umar Raih APPI Awards 2020

Sebarkan artikel ini
Bupati Drs. H. Nur Rahman Umar. MH Bersama Wabup H. Abbas. SE saat panen perdana Kakao di Desa Powalaa

TEGAS.CO,. KOLAKA UTARA – Bupati Kolaka Utara (Kolut), Nur Rahman Umar menerima penghargaan Anugerah Pratama Perkebunan Indonesia (APPI) Awards 2020 dari Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI). penganugerahan itu didaulatkan ke Kolut-1 kategori Bupati Inovatif Pengembangan Kawasan Perkebunan Kakao Berbasis Korporasi Petani.

Penghargaan itu diterima langsung Wakil Bupati (Wabup) Kolut, H. Abbas mewakili Nur Rahman pada momen hari Perkebunan ke-63 yang berlangsung di Scientia Square Park Kota Tangerang, Banten 10 Desember, pekan lalu. Ada empat kabupaten di Indonesia yang diganjar hal serupa dengan kategori berbeda yang salah satunya yakni Kolut berupa komoditi kakao.

Nur Rahman Umar yang ditemui pada acara penamanan kakao di desa Kasumeeto, Kecamatan Pakue, akhir pekan lalu mengatakan penghargaan itu merupakan bentuk perhatian pusat kepada Kolut. Artinya, kementan telah melirik Bumi Patowonua itu guna diberi perhatian dalam pemngembangan kakao masa mendatang.

“Jika demikian, masyarakat juga harus membuktikan jika petani Kolut layak untuk diperhatikan. Jangan kita diperhatikan justru cuek. Berarti anda yang memang tidak perlu diperhatikan,”tegas bupati.

Pusat memberi apresiasi karena kemajuan kakao Kolut tentu akan menjadi kebanggaan mereka juga. Apalagi jika mampu eksport tentunya itu bukan hanya atas nama Kolut pada khususnya namun juga Indonesia bagi mereka.

“Jadi bukan saya yang meminta untuk diberi penghargaan tetapi pusat menilai jika kita memang layak diperhatikan. Kepada seluruh masyarakat, mari kita buktikan dan jangan kecewakan pusat dengan membuang peluang-peluang yang diberikan ini,” pesannya.

“Yang perlu petani ingat, kakao Kolut berkualitas internasional dalam artian bisa bersaing dengan negara lain dan tentunya layak eksport. Pemerintah tinggal memberikan polesan dan memfasilitasi agar komoditi dari Bumi Patowonua itu menjangkau pasar luar negeri”, sambungnya.

Pernyataan Nur Rahman itu dikatakan bukan asal celoteh karena memang pemkab telah dua kali mengirim sampel dan diuji melalui laboratorium oleh 25 tim perusahaan di prancis. Hasilnya dibeberkan jika pemda telah mengantongi label dimana kakao Kolut berkualitas dan beraroma rempah.

“Yang seperti ini mereka suka,” paparnya

Menindaklanjuti hal itu, Kolut mendapat jatah dari kementerian melalui dana APBN guna memberangkatkan 40 orang guna melakukan sekolah lapang di Kabupaten Jemrana, Bali. Mereka diberangkatkan pekan ini termasuk para pendampingnya.

“Itu kita penuhi. Seandainya pusat minta seratus orang, kami juga kirim seratus,” ucap pasangan duet H. Abbas tersebut.

Kabupaten Jemrana menjadi tujuan karena merupakan salah satu kabupaten pusat pengembangan kakao di Bali yang sukses sebagai eksporti ke sejumlah negara lain. Meraka yang sekolah lapang merupakan para petani yang dipersiapkan nantinya sebagai pegurus dan pengawas koperasi pada mayor project sentra kakao Kolut.

Desa Kasumeeto, Nur Rahman umar mengakhiri penananam kakao tahun ini pada lahan seluas 6,5 Hektare (Ha) dengan jumlah bibit kurang lebih 6500 tanaman. 2021, menteri kembali memasok bibit untuk luas tanam 1500 Ha. “Yang belum menanam, menanamlah mulai saat ini. Menteri sudah mensupport melalui mayort projet lengkap dengan mesin produksi,” katanya menghimbau.

Artinya, hadirnya pabrik coklat itu merupakan upaya perbaikan harga kedepan karena merupakan industri. Komoditi ini tidak akan sepi baik di pasar nasional maupun internasional seiring meningkatnya angka kebutuhan dari negara konsumen.

“Kalau petani beri kepercayaan, kami janji akan perhatikan dari hulu ke hilir. Saya datang menanam bukan untuk formalitas karena tugas saya banyak. Bukan itu, bukan. Petani butuh motivasi, gambaran dan peluang ekonomi yang lebih baik untuk masa depan bagi mereka,” tuturnya.

Kepada para mambun. Ia mewarning agar dalam pendataan calon penerimah bibit tidak pukul rata atau hanya orang-orang tertentu. Bisa jadi diberi bibit tetapi tidak ditanam atau mendapat jatah namun nyatanya orang mampu hingga bantuan itu dibisniskan.

“Ini saya ingatkan karena di awal program banyak yang diberi tetapi tidak butuh,” pungkasnya.

Pabrik Kakao Kolut Ditarget Beroperasi April 2021

-Estimasi Penjualan Awal Ditaksir Rp.1 Miliar

Pembangunan gedung dan penyediaan mesin produksi biji kakao di kawasan “Mayor Projet Sentra  Kakao” di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dipastikan tuntas memasuki awal 2021 mendatang. Pemerintah memperkirakan bakal melibatkan sekitar 500 an orang perkerja dengan taksiran hasil penjualan berkisar Rp. 1 Miliar (M).

Kadis Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismail Mustafa menjelaskan mulai Januari-Maret merupakan tahap persiapan Sumber Daya Manusia (SDM), kordinasi bahan baku dan modal pembelian biji kakao basah dari petani. Olehnya itu, memasuki April 2021 upaya produksi sudah berjalan normal.

“Jika mesin berproduksi otomatis akan diikuti pembelian biji kakao dari petani,” ujarnya. Jum’at (20/11).

Ketika pabrik sudah siap, dari sisi penyerapan tenaga kerja juga pasti dilakukan karena tempat pengolahan itu tidak berdiri sendiri. Di gedung pengolahan misalnya, disana bakal dipekerjakan kisaran 25 orang. Hal itu belum para tenaga pengurus koperasi mulai dari tingkat wilayah hingga para pembeli yang menyebar hingga level desa.

Pengurus koperasi itu akan dibagi pada tiga unit kerja meliputi zona wilayah utara Kolut, tengah dan bagian selatan. 500 orang pekerja secara keseluruhan dianggap bisa mencapai jumlah itu.

“Kalau berbicara tenaga kerja kan bukan hanya dilihat yang dipekerjakan di pabriknya saja karena mayor project ini berbasis korporasi,”ujarnya

Untuk mendorong hasil penjualan, sasaran awal yang menjadi target pasar yakni wilayah dalam Kolut. Mereka akan menyasar unit-unit pemerintahan baik OPD hingga ke tingkat desa.

Pihaknya telah mengestimasi pendapatan pada awal penjualan itu berkisar Rp. 1 Miliaran. Itu belum diluar lembaga atau unit pemerintahan karena saat itu bakal digalakkan “gerakan minum coklat” yang bakal digaungkan pemda.

“Kami akan perlihatkan bahwa ini loh produk hasil dari petani kita. Ayo dukung gerakan ini untuk untuk membatu para petani dengan mengkonsumsi produk lokal sendiri,”pungkasnya.

Sekedar diketahui, bangunan pabrik tersebut dua bangunan berukuran 18×22 Meter (M) dengan nilai proyek sebesar Rp.2,3 M. Sedangkan harga pengadaan mesin ditaksir Rp.700 juta menggunakan APBN. Per hari, pabrik tersebut diperkirakan mampu memproduksi 100 Kg biji kakao dalam bentuk coklat.

Bupati Kolut H. Nur Rahman Umar

-History Kejayaan Petani Kakao Kolut

Di era keemasannya, Kabupaten Kolaka Utara merupakan satu-satunya kabupaten penyumpang produksi kakao terbesar secara nasional di Indonesia. Data dari Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat kakao petani Kolut pernah mencapai 158 ribu ton per tahun.

Keakuratan data ini telah dipastikan relevan. Bisa dibayangkan dalam sepekan kurang lebih 20-50 pedagang ke Makassar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjual hasil panen 20-200 ton untuk dijual sekali berangkat. Hal itu benar adanya karena salah satu diantara mereka termasuk diantaranya orang tua Wakil Bupati (Wabup) Kolut, H. Abbas sendiri.

Penurunan produksi itu mulai terasa di akhir 2005 dan 2006 serta semakin menyusut hingga saat ini. Hal ini menjadi perhatian khusus Nur Rahman Umar dan H. Abbas. Pasca dilantik 22 Agustus 2017 silam langsung tancap gas. Usai melakukan penelusuran dan penelitian disimpulkan kakao mutlak direvitalisasi.

-Kembalikan Kejayaan

Menjatuhkan pilihan program utama dengan berpihak ke petani ini merupakan langkah berani. Pasalnya, progres kinerja ini tidaklah sama dengan membangun di bidang infrastruktur yang jika selesai kontrak wujudnya telah nampak di mata.

Meski demikian, Nur Rahman mengaku tidak terlalu memikirkan hal itu namun lebih kepada bagaimana petaninya bisa sejahtera dari hasil perkebunan mereka seperti sedia kala. Perbaikan ekonomi mesyarakat menjadi hal pertama dan utama sebagai kunci pendorong semua sektor baik di bidang pendidikan, kesehatan dan lainnya.

“Ekonomi masyarakat membaik tentu otomatis semua sektor ikut terangkat. Ya karena ada uang. Anak-anaknya bisa sekolah di lembaga hingga kampus terbaik serta berobat juga ke tempat terbaik. Kalau tidak ada uang bagaimana,”ucap bupati.

Ancang-ancang dari awal sebagai target revialisasi dibidik seluas 43 ribu Hektare (Ha). Kalkulasi dari data Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut yang dipimpin Ismail Mustafa menjumlah total lahan yang telah tertanam mulai akhir 2017-2019 mencapai 9 ribu (Ha).

Bibit yang telah tersalur sebanyak 9 juta lebih. Pemerintah pusat juga memberika perhatian dengan menyurkan 2 ribu bibit melalui APBN.

“Agar mencapai target awal 18 ribu Ha nanti akan diintervensi melalui dana APBD,”ujarnya.

Penebangan pohon coklat yang sudah tua untuk ditanami Kakao Baru Revitalisasi (peremajaan) Kakao

-Peduli “Kantong” Petani, Tanaman Sela Digelorakan

Sejak program revitalisasi diluncurkan, tanaman kakao yang tidak produktif lagi dibabat massal. Nur Rahman gusar karena di sisi lain pasti pendapatan petaninya menyusut. Namun ia tidak kehabisan ide dan lepas begitu saja.

Program tanaman sela diluncurkan yakni budidaya jagung secara massal. Produksinya saat ini juga tidak main-main sebagai sumber pendapatan baru masyarakatnya. Dari catatan Dinas Perdagangan Kolut, tahun ini saja nilai perdagangan antar pulau khusus komoditi di sektor pertanian mencapai Rp.14,8 Miliar dimana jagung mendominasi.

-Berkat Program “Nekat”, Kolut Ditunjuk Jadi Mayor Project Sentra Kakao di Indonesia

Petani Kakao Kolut sudah harus bergegas memfokuskan perhatiannya kembali ke tanaman-tanaman kakaonya mulai saat ini. Dirjen Perkebunan telah menetapkan otorita Nur Rahman Umar itu sebagai mayor sentra pengembangan kakao dan lada di republik ini yang berbasis korporasi.

Itu berarti pemerintah pusat mulai konsen memfokuskan perhatiannya ke Kolut terkait budidaya tersebut. 2020 ini pusat bakal menggelontorkan pendanaan guna membangun pusat pengembangan ini yan.

Itu berarti pemerintah pusat mulai konsen memfokuskan perhatiannya ke Kolut terkait budidaya tersebut. 2020 ini pusat bakal menggelontorkan pendanaan guna membangun pusat pengembangan ini yang berlokasi di Desa Balosi Kecamatan Lasusua. 10 Ha lahan disiapkan dimana 2 Ha telah clear disusul tahun ini 3 Ha.

Kata pasangan duet H. Abbas itu, pembangunan dari hulu-hilir akan berbasis di tempat itu mulai pembibitan, pengembangan kebun induk sumber benih hingga berkualifikasi F1. Semua fasilitas di dalamnya tentu akan tersedia baik pengolaan pasca panen, fermentasi, pengeringan, gudang, tempat produksi produk serta pusat pelatihan.

“Akan diintegrasikan dengan parawisata guna pengembangan agrowisata,”bebernya.

-Ketergantungan Dunia Terhadap Kakao Tinggi

Kembali ke kebun dengan merawat sebaik mungkin tanaman kakao diyakinkan bupati tidaklah merugi. Selain Kolut sudah didaulat menjadi mayor project tentu karena permintaan dunia luar akan komoditi ini masih cukup tinggi ketimbang hasil produksinya itu sendiri.

Tidaklah heran jika utusan-utusan perusahaan luar negeri bertandang hingga ke daerah mencari produk terbaik. Berbicara kakao ini kata dia pada dasarnya bukan hanya semata-mata persoalan harga namun produksi itu sendiri yang menyusut.

Hitung-hitungannya begini. Sekarang produktifitas kakao Kolut 3-3,6 ton per tahun. Artinya jika berpatokan dengan harga Rp. 29 ribu per Kg saja maka per Ha dalam setahun bisa menghasilkan duit berkisar Rp. 80 jutaan. “Semakin luas lahan ditanami maka hasilnya juga tidak main-main,”imbuh Nur Rahman.

Bupati Kolut. Drs. H. Nur Rahman Umar. MH bersama Kadis Perkebunan dan Peternakan, Ismail Mustafa. ST

-Persentase Nilai Perdagangan Antar Pulau Terus Merangkak Naik

Meski sejumlah harga komoditi petani dominan alami penurunan namun nilai perdangangan keluar pulai masih terbilang fantastis. Berdasarkan data sementara Dinas Perdagangan setempat pada 2019 lalu, total rupiah hasil penjualan dicatat terbilang Rp. 333,6 M.

Secara spesifik, Rp. 333,6 M itu didominasi komoditi pertanian Rp. 14,8 M dan perkebunan Rp 279,4 M. Bisa dibayangkan jika kakao kembali lagi mengambil alih dominasi angka tersebut apabila kakao yang direvitalisasi mulai menampakkan hasilnya. Meski demikian, komoditi ini tetaplah menjadi salah satu penunjang terbesar dalam PDRB Kolut sepanjang tahun.

“Karena mayoritas masyarakat kita memang petani,” pungkasnya.

H. Abbas Ajak Petani Bergerak

Dalam menyukseskan program revitalisasi tersebut, Nur Rahman tidaklah sendiri. Ada Wabup Kolut, H. Abbas yang selalu tampil kompak menyemangati para petani. Duet kedua pasangan ini selalu tampil bersama dalam moment penanaman perdanan atau saling mengisi ketika salah satunya memiliki agenda tugas di lain tempat.

Abbas tak pernah absen mengajak dengan memulai dari internalnya hingga camat-kades bersatu membantu petani dalam mensukseskan program revitalisasi. Sebab, bagaimana pun itu program ini ditujukan untuk mensejahterakan masyarakatnya masing-masing.

“Saya berharap petani agar lebih tekun dan serius dalam merealisasikan program ini karena ini untuk mereka sendiri dan anak-anaknya kelak agar merasakan ekonomi yang mapan,” ucapnya.

Abbas berkata seperti itu karena ia sendiri telah merasakan dari imbas kebun dan perdagangan kakao dari sang orang tuanya sendiri. Hasil kebunlah yang membuat ia bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan bisa menghidupi keluarganya.  Petani harus mengubah minset dan pola pikir agar lebih tekun menanam dan merawat kebun kakaonya. Petani sekarang harus bersyukur karena pementah turun tangan membantu mulai dari penyediaan bibit, pupuk hingga perawatan.

“Bayangkan dulu tidak ada bantuan, orang tua menanam sendiri, memupuk dan merawat sendiri. Tetapi karena ulet dan tekun lihat anak-anaknya sukses. Lihat saya dan bupati sebagai contoh. Orang tua petani,”pungkasnya.

Reporter : IS

Editor : YA

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos