Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita UtamaDaerahSultra

Sudah 20 Tahun Jembatan Putus, Warga Menyebrang Naik Rakit 

910
×

Sudah 20 Tahun Jembatan Putus, Warga Menyebrang Naik Rakit 

Sebarkan artikel ini

tegas.co, KONAWE, SULTRA – Banjir bandang yang menghanyutkan dan memutuskan jembatan penyebrangan sungai di Desa Lalonggaluku, Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara sejak 20 tahun yang lalu hingga kini belum ada rencana pembangunannya. Sejak saat itu warga setempat, khususnya anak-anak  sekolah yang hendak menyebrang terpaksa harus naik rakit.

Jembatan Titian yang digunakan warga Lalonggaluku untuk menyebrangi sungai menuju Bondoala. FOTO : FT
Jembatan Titian yang digunakan warga Lalonggaluku untuk menyebrangi sungai menuju Bondoala. FOTO : FT

Tidak adanya jembatan yang menghubungkan dari Desa Lalonggaluku ke Bondoala terpaksa dilakukan setiap saat dengan menggunakan rakit yang disiapkan oleh warga setempat dengan biaya yang cukup berat. Kondisi tersebut membuat warga dan anak-anak sekolah di desa Lalonggaluku harus merogo kocek lebih dalam lagi untuk dapat menyebrang. Dan itu merupakan jalan satu-satunya untuk ke sekolah atau pasar di Bondoala.

Namun untuk menuntut ilmu serta kebutuhan lain yang dipoerlukan di Ibukota Kecamatan  Bondoala terpaksa dilakukan saban hari oleh warga setempat. Keluhan terkait tidak adanya jembatan atau akses lain untuk menghubungkan desa Lalonggaluku dan Bondoala itu sudah dikeluhkan setiap saat. Hanya saja hingga saat ini belum direalisasikan untuk membangun jembatan penghubung tersebut.

Dulunya desa ini terdapat jembatan darurat yang terbuat dari papan,  namun karena adanya banjir bandang yang terjadi pada 20 tahun silam, membuat warga di desa ini harus menyebrangi sungai dengan rakit yang di buat seadanya. Bahkan tak tanggung-tanggung, rakit tersebut juga dapat mengantarkan sejumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat

“Kami hanya pasra dengan kondisi ini, dan inilah yang harus kami lakukan setiap harinya menyebrang dengan menggunakan rakit,”Ujar Ratna salah seorang guru dari Desa Lalonggaluku kepada awak media ini, rabu (7/3).

Meski demikian Ratna yang kesehariannya mengajar di SD Negeri di Kecamatan Bondoala itu tetap berharap agar pemerintah dapat membangun jembatan yang menghubungkan antara Desa lalonggaluku dengan Kecamatan Bondoala. Ini dimaksudkan agar akses antara dua desa tersebut dapat dilalui tanpa harus naik rakit lagi.

Sehubungan dengan hanya satu-satunya akses yang dapat menghubungkan dua wilayah yang dibatasi dengan sungai pohara tersebut, warga atau anak sekolah harus mengantri di bibir sungai untuk menunggu setaip rakit yang dapat mengantarkan dari Lalonggaluku ke Bondoala atau sebaliknya.

“Kalau tidak cepat, pastilah ada yang terlambat. Seperti yang sering dialami oleh anak-anak sekolah,”Kata Ratna

Sementara itu Yamin salah satu pemilik rakit atau dikenal ojek rakit mengaku, setiap penumpang atau warga yang hendak menggunakan jasa rakit untuk menyebrang di kenakan biaya Rp 5 Ribu per orang dengan jumlah penumpang yang terbatas yakni hanya sebatas 10 orang saja.

“Kalau sudah cukup 10 orang, kami berangklatkan lagi untuk menyebrang,”Ujaranya singkat.

FT / HERMAN

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos