Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita UtamaSultra

Peringati 100 Tahun Tanpa Khilafah, Mahasiswa Pembebasan Sultra Gelar Dialog

870
×

Peringati 100 Tahun Tanpa Khilafah, Mahasiswa Pembebasan Sultra Gelar Dialog

Sebarkan artikel ini

TEGAS.CO,. KENDARI – Memperingati 100 Tahun Runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki Utsmani pada 28 Rajab 1432 H, Gerakan Mahasiswa Pembebasan Wilayah Sulawesi Tenggara kembali mengelar Dialogika, Minggu (7/3/2021). Dialog tersebut dilaksanakan via zoom meeting dengan mengangkat tema yang bertajuk Malapetaka Hilangnya Perisai Umat Islam.

Dalam diskusi yang di moderatori oleh Muslim tersebut, di hadiri peserta dari berbagai lapisan pemuda dan mahasiswa serta pembicara-pembicara yang luar biasa,

Ali Fitrah selaku pengamat politik Islam menyampaikan bahwa eksisnya sistem kapitalisme yang dianut hampir 90 negara yang ada, termasuk negara Muslim, benar-benar telah memberikan kehancuran terhadap peradaban kehidupan dunia, apalagi ditambah dengan serangan Covid 19.

“Sekelas negara Amerika pun selaku basis dari pengemban ideologi kapitalisme tidak mampu mengatasi resesi dunia akibat serangan Covid 19”, ucapnya.

Belum lagi, lanjutnya, ditambah dengan berbagai permasalahan yang menimpa negara kaum muslim.

“Negara muslim hari ini dijajah secara fisik oleh orang-orang kafir yang mereka tidak bisa melakukan perlawanan, seperti yang terjadi di Palestina, Suriah, Uighur dan negara kaum muslim lainnya”, lanjutnya.

Belum lagi, Neo Imprealisme penjajahan gaya baru oleh kaum kapitalis yang menjarah sumber daya alam yang ada dinegri-negri kaum muslim.

Maka tidak ada jalan lain selain dari perjuangan kembali kepada sistem Islam yakni khilafah, sebab menurutnya, hanya itulah satu-satunya perisai yang akan melindungi umat islam ketika diteror oleh orang-orang kafir penjajah.

Arwin Solihin, Humas Gerakan Mahasiswa Pembebasan Wilayah Sulawesi Tenggara juga menyampaikan bahwa mahasiswa muslim yang bernafaskan Islam sudah sepantasnya menjadikan ideologi islam sebagai mainstream perjuangannya dalam menawarkan islam sebagai solusi dari kerusakan akibat dari mengadopsi ideologi kapitalisme yang berakidahkan sekulerisme yang lahir dari akal pemikiran manusia lemah dan terbatas sehingga wajar menimbulkan kerusakan.

“Maka melanggengakan kapitalisme sekuler hari ini untuk mengatur kehidupan manusia sama dengan melanggengkan keterhinaan dan kerusakan serta keterpuruka kedalam jurang yg lebih buruk lagi”, katanya.

“Maka untuk itu sudah saatnyalah mahasiswa muslim menyadari hal ini dengan begitu penting kiranya mahasiswa kembali menyamakan persepsi tentang perjuangan yang mereka usung, merapatkan barisan mengokohkan perjuangan, dengan menawarkan ideologi islam sebagai solusi fundamental dari kerusakan yang menimpa negara”, lanjutnya.

Hikma Sanggala, Koordinator Aliansi Mahasiswa Bersuara, dalam dialog tersebut juga menuturkan bahwa diskursus tentang khilafah terus hangat diperbincangkan oleh dunia, itu menandakan bahwa fajar kemenangan sebentar lagi terbit dan tegaknya khilafah adalah ancaman serius bagi eksistensi sistem kapitalisme sekuler yang diusung oleh orang-orang kafir, olehnya itu mereka akan dengan sekuat tenaga menghalang-halangi tegaknya khilafah.

“Maka yang harus dipastikan bagi seorang muslim yang sedang berjuang, adalah memastikan bahwa perjuangan ini benar”, tuturnya.

“Perjuangan ini bukan outopis atau mimpi belaka, tapi perjuangan ini adalah sebuah perjuangan yang real dan meniscayakan tegaknya khilafah. Buktinya khilafah itu benar bukan mimpi atau outopis”, sambungnya.

Dikatakannya, pertama khilafah adalah sistem kehidupan yang datang dari sang Maha Pencipta manusia alam semesta dan kehidupan, yakni Allah SWT, maka sudah dipastikan kebaikan dan kebenarannya.

Kemudian dia bukanlah perjuangan outopis dan mimpi belaka karena secara historis dan empiris pernah diterapkan yakni 1400 tahun lamanya eksis di dunia.

“Dan ketakutan orang-orang kafir yang membenci islam terhadap seruan penegakan khilafah membuktikan bahwa perjuangan ini Rill adanya dan sebentar lagi akan mendapatkan tempat untuk diemban oleh sebuah negara” tambahnya.

“Karena bagaimana mungkin sesuatu yaang di anggap mimpi dan outopis harus di takuti”, tutupnya.

Reporter : Muh. Faisal

Editor : YA

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos