Tegas.co., ACEH SINGKIL – Warga Aceh Singkil menilai banjir setiap tahun yang melanda akibat semakin mengecilnya hutan lindung dan semakin banyaknya hutan-hutan ditanami kebun Kelapa Sawit.
Diperkirakan ada belasan perusahaan Kebun Kelapa Sawit yang ada di Aceh Singkil menguasai lahan dan Hutan Aceh Singkil, termasuk lahan sisa-sisa pembalakan liar, serta tanpa tekhnis reboisasi kepada hutan yang gundul.
Hutan dari berbagai jenis tumbuhan pohon-pohon besar, sejatinya mempunyai daya serap air dari sungai-sungai dan guyuran hujan yang tinggi, selain penopang satwa-satwa liar yang ada di hutan area Singkil.
Siklus air dimusim penghujan yang mengalir seakan tak terkendali lagi, akibat keseimbangan ekosistem Alam nabati terganggu. Terutama warga pesisir yang tak berpengalaman menghadapi banjir, begitu sangat terkejut ketika air bah menghantam daratannya.
Kampong Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Singkil Utara bahagian pesisir pantai, dalam sejarahnya dikabarkan, belum pernah kebanjiran. Namun pada musibah air bah, 28 November sampai dengan 3 Desember 2016 turut terendam. Penduduk di sana pun kalang kabut air semakin menggenangi pemukiman penduduk tersebut, sebab tidak memiliki pengalaman menghadapi banjir yang datang tiba-tiba.
Warga yang kampungnya merupakan pusat perkantoran pemerintah kedua setelah Singkil, berusaha mencari tahu penyebab banjir. Menurut pandangan visual warga, faktor utama banjir, lantaran parit penampung air yang berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa sawit PT Perkebunan Kelapa Sawit Nafasindo, jebol di dua titik.
Sehingga air dari arah perkebunan masuk ke pemukiman warga Gosong Telaga Barat, serta menyebar ke Kampong Ketapang Indah, yang ada di sebelahnya. Selain itu tanggul parit yang ada di sebelah pemukiman warga lebih rendah dari milik perkebunan.
“Penyebab banjir setelah kami lihat dilokasi, akibat air masuk dari parit perkebunan di dua titik. Lalu tanggul parit yang di tanah warga lebih rendah,” kata Arfan salah seorang aparat Kampong Gosong Telaga Barat, saat ditemui Wartawan Senin (5/12/2016).
MAN/MAS’UD