tegas.co, BUTUR, SULTRA – Program pengairan sawah dengan sistem irigasi sumur bor atau pemanfaatan air tanah dangkal yang di bangun sekitar tahun 2016 lalu di Desa Wa Ode Angkalo Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara tidak berfungsi. Program sumur bor tersebut yang telah menghabiskan anggaran sekitar 3 Milyar tersebut dinilai gagal program karena sejak dibangun tidak dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan pantauan tegas.co kondisi bangunan sumur bor tersebut tidak terawat lagi. Sekitar sumur bor sudah dipenuhi rumput liar nyaris menutupi seluruh bagian bangunan sumur bor. Mesin, modul penampung tenaga surya serta intalasinya hilang. Sampai berita ini diturunkan hilangnya fasilitas tersebut belum di ketahui secara pasti hilang kecurian atau sengaja diamankan.
La Apen pemilik tempat lokasi pembangunan sumur bor tersebut menjelaskan, sumur bor yang di bangun oleh pemerintah tahun 2016 lalu yang sedianya direncanakan untuk mengairi persawahan tersebut sejak dibangun belum perna dimanfaatkan.
“Sumur bor ini setahu saya dibangun tahun lalu sekitar bulan enam, hanya sejak dibangun belum perna digunakan. Perna dulu di uji coba tapi hanya berapa menit sudah dimatikan, pompanya tidak mampu mengeluarkan air. Setelah itu pompa dan mesinya di bawa pulang kembali. Mungkin yang coba dulu itu kontraktornya,”Ujarnya kepada awak media ini, akhir pekan lalu (11/2).
Dirinya juga menyayangkan pengunaan dana pembangunan sumur bor tersebut telah menelan anggaran cukup banyak, namun terkesan mubasir. “Ssia-sia juga kasian ini bangunan, mana anggarannya banyak tidak bisa di manfaatkan,”Keluhnya.
Sementara itu kepala desa Wa ode Angkalo I Kadek Bawa mengatakan, untuk membangun Sistem Pompa Air Tenaga Surya dengan desain dan anggaran yang tepat, diperlukan survey lokasi yang intensif guna mengukur jarak dan ketinggian mulai dari sumber air, bak penampung, hingga daerah pelayanan serta kapasitas yang dibutuhkan untuk mensuplai area persawahan yang tersedia.
Dirinya juga, membenarkan irigasi dengan sistem pompanisasi yang dibangun tersebut yang mengandalkan air sumur bor dan air sungai menggunakan tenaga surya itu sejak dibangun belum sempat dimanfaatkan oleh petani.
“Sejak awal saya sudah ragu setelah melihgat elevasi antara ketinggian permukaaan air kemudian menuju bak penampung kemudian diteruskan kesawah sudah tidak sesuai, hanya susah kita mau bantah konsultannya, katanya ini menggunakan teknologj tinggi pompa lorentz buatan Jerman memiliki kekuatan daya dorong air yang kuat tapi kenyataanya kita liat sendiri, “Ungkapnya
Menurutnya pengeboran pertama tidak menemukan air kemudian sumur bor tersebut di pindahkan kebibir sungai namun tidak juga berfungsi. “Dulu memang saya perna disampaikan melalui ketua BPD untuk penyerahan kedesa tapi saya sampaikan kita panggil dulu petani lalu kita saksikan bersama, kita uji coba dulu kalau memang bisa digunakan kita terima kalau belum jangan. Setelah itu belum ada penyampaian lagi,”Jelasnya.
Lebih lanjut I Kadek Bawa menjelaskan program irigasi dengan sistem pompanisasi tersebut telah menelan anggaran sekitar 3 Milyar lebih, pasalnya telah berapa kali peningkatan pembangunan namun hasilnya sia-sia.
Persoalan ini sudah sampai dipemerintah Kabupaten, Bupati Buton Utara Abu Hasan telah meninjau langsung program irigasi sistem pompanisasi tersebut. “Di desa kami ini memang masalah air merupakan keluhan utama petani, sampai pak bupati pernah turun langsung menyaksikan bangunan tersebut. Kami masih menunggu solusi dari pemerintah daerah bagamana cara mengatasi krisis air persawahan di desa kami ini,”Tandasnya.
MIRDAN / HERMAN