tegas.co, YOGYAKARTA – Sejumlah Mahasiswa yang terikat dalam Ikatan Pelajar Mahasiswa Taliabu Yogyakarta (IPMTY) dan Forum Mahasiswa Sula Yogyakarta (FORMASI) melakukan aksi budaya di kawasan Kilometer 0 Yogyakarta, Rabu (22/3) malam. Dalam aksi tersebut, mereka menyuarakan beberapa tuntutan yang di tujukan kepada perusahan tambang biji besi PT. Adi Daya Tangguh yang sudah 7 tahun beroprasi di Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara.
Aksi budaya tersebut dimulai dengan penggalangan dana, orasi budaya, teater, pembacaan puisi, tarian budaya “yap sapote”, vokal grup, menyalakan lilin dan yang terakhir pembacaan tuntutan oleh anggota IPMTY dan FORMASI.
“Dalam aksi budaya malam ini, kami merespon kriminalisasi yang dilakukan pihak kepolisian Polres Kab. Kepulauan Sula dengan menangkap 16 warga lingkar tambang ketika melakukan aksi pada tanggal 9 Februari lalu dan penggusuran semena-mena yang dilakukan oleh PT. Adi Daya Tangguh. Sudah lama masyarakat menuntut agar perusahaan tersebut angkat kaki dari tempat kami” Ujar Idra Faudu, selaku koordinataor aksi budaya IPMTY dan FORMASI.
Dalam aksi malam ini, ada beberapa point tuntutan para aksi budaya. Pertama, bebaskan 16 warga Linkar Tambang Taliabu yang di kriminalisasi oleh Polres Kab. Kepulauan Sula, yang sampai saat ini belum juga dibebaskan. Kedua, kembalikan hak-hak masyarakat sekitar yang dirampas dan tambang biji besi yang dimotori oleh PT. Adi Daya Tangguh yang selama 7 tahun beroprasi agar segera angkat kaki dari Kabupaten Taliabu. Ketiga, mencabut 97 IUP di Kabupaten Taliabu dan Kabupaten Kepulauan Sula. Keempat, mendukung masyarakat lingkar tambang dalam memperjuangkan hak-haknya yang dirampas oleh perusahaan tersebut.
Idra Faudu menambahkan, akibat penangkapan sejumlah warga lingkar tambang, banyak bermunculan respon dari beberapa daerah seperti Sulawesi, Jakarta, Ternate dan Taliabu sendiri sebagai daerah tambang, semuanya sama-sama mengecam aksi yang dilakukan Polres Kab. Kepulauan Sula. Dan salah satunya aksi budaya yang dilakukan sejumlah mahasiswa Yogyakarta yang terikat dalam berbagai organinasi diantaranya dimotori oleh IPMTY dan FORMASI.
Ketika aksi Januari lalu, PT. Adi Daya Tangguh mengeluarkan sikap atau surat pernyataan, ditujukan kepada warga dalam satu pointnya adalah akan memediasi antara perusahaan dan masyarakat. Akan tetapi sampai pada tanggal 9 februari massa memulai demo kembali, dikarenakan tidak ada satupun mediasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan sebagaimana janjinya. Dan anehnya, pihak perusahaan menurunkan pihak kepolisian dengan jumlah yang sangat besar sebagiannya dari kepolisian Ternate.
“Kami memganggap kenapa Taliabu harus disuarakan, karena Taliabu adalah tanah kami dan orang tua kami yang dikriminalisasi oleh pihak mereka. Tanah masyarakat dirampas tanpa ada sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu, Taliabu sangat jauh dari akses media, publik tidak mengetahui penindasan dan perampasan tanah yang dilakukan perusahaan tambang tersebut, itu semua tidak terdengar. Kami mulai menggaet kekuatan massa di media, karena akan menjadi salah satu jalan informasi ini tersebar. Dengan semua itu, kami akan selalu mengadakan aksi budaya seperti ini agar daerah kami bisa terdengar oleh masyarakat luas. “Tandasnya malam itu kepada Tegas.co
NADHIR / HERMAN
Komentar