Akibat Banjir Ratusan Ton Gabah Rusak

Akibat Banjir Ratusan Ton Gabah Rusak
Akibat Banjir Ratusan Ton Gabah Rusak FOTO : MIRDAT

tegas.co., BUTUR, SULTRA – Tercatat enam puluh hektar sawah di Desa Gunung Sari, Kecamatan Bonegunu, Kabupaten Buton Utara (Butur), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terendam banjir, akibatnya, ratusan ton gabah petani rusak karena terendam banjir.

Kepala Desa Gunung Sari, Nur Izati, Jumat (9/6/207) menjelaskan, akibat hujan yang menguyur Desa Gunung Sari yang terjadi Rabu (7/6/2017) lalu menyebabkan banjir yang merendam ratusan rumah warga dan puluhan hektar sawah siap panen.

Iklan KPU Sultra

Banjir dalampada sawah setingi badan orang dewasa hingga tanaman padi tidak kelihatan karena tergenang banjir. Sebagian padi telah di arit dan siap untuk dirontok, terbawah arus banjir. bahkan sebagian sudah dalam bentuk gabah yang masih tersimpan dalam terpal habis, terseret banjir.

Selain itu, lanjut Nur Izati, padi yang masih berdiri juga roboh akibat arus banjir yang deras,  padi roboh tidak bisa lagi selamatkan sebab terendam banjir. bijinya tumbuh dan dipenuhi dengan lumpur.

Beberapa gabah yang bisa diselamatkan yang sudah tersimpan dalam karung tumbuh atau berkecambah akibat di rendam air berhari-hari.

“Sisa padi yang bisa diselamatkan yang telah dipanen batangnya hancur dan membusuk,”jelas Nur Izati.

“Petani tahun ini bisa dibilang gagal semua. petani mengalami kerugian akibat banjir ini, hasil panen tidak sesuai apa yang diharapkan, biasanya setelah panen sangat nampak pembangunan warga karena hasil panenya langsung dijual,”katanya.

Dalam satu hektar normalnya biasa petani mendapatkan hasil sekali panen mencapai empat hingga lima ton, namun kali ini, hasil petani hanya cukup untuk persedian makanan mereka dalam satu tahun.

Selain itu, 40 hektar padi ladang milik petani yang tidak terendam banjir juga rusak, akibat berapa minggu terakhir ini karena sinar matahari belum nampak. Hasil panen petani rata-rata tumbuh dalam karung.

” Boleh dibilang hasil panen tahun ini rusak,  kalaupun ada yang selamat namun sudah sempat rendam banjir apa lagi sampai tumbuh,  kualitas berasnya sudah rusak, biasanya sudah kuning, bahkan agak kehitam-hitaman,  rasanya pahit kalau untuk dijual tidak laku paling hanya untuk dimakan sendiri,”tandasnya.

Menurut Nur Izati, pihaknya telah mengusulkan pengadaan mesin pengering gabah pada saat Musrembang tahun lalu, warganya sangat membutuhkan pengering gabah,  karena musim panen biasanya bertepatan pada saat hujan.

“Saya sudah usulkan pengadaan mesin pengering gabah,  kemarin kita sempat tarik menarik karena mesin gabah tersebut akan ditempat di batas desa, satu mesin dua desa, tapi pada saat itu saya sampaikan satu mesin saja belum tentu bisa melayani petani di Gunung Sari, sehingga waktu itu saya minta satu mesin,”katanya.

MIRDAT

PUBLISHER : MAS’UD

Komentar