Ironis,Tanaman Padi Mati Kekeringan di Samping Saluran Irigasi

Ironis,Tanaman Padi Mati Kekeringan di Samping Saluran Irigasi
Salah satu petak sawah yang mengalami kekeringan FOTO: ISTIMEWA

tegas.co., BUTUR, SULTRA – Beberapa kapling tanaman padi sawah milik warga Desa Soloi Agung Kecamatan Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara (Butur) mati kekeringan.

Ironinya, sawah yang mengalami kekeringan tersebut berada disepanjang jalur saluran irigasi. pasalnya saluran irigasi tersebut tidak berair.

Iklan KPU Sultra

Pemerintah daerah telah membangun bendungan, saluran irigasi, baik melalui dana APBD maupun dana APBN, namun sejumlah bangunan tersebut tak satupun yang bisa di fungsikan.

Terakhir pada tahun anggaran 2017 lalu telah di anggarkan dana pembangunan peningkatan saluran irigasi melalui dana APBN, namun sampai hari ini petani belum bisa menikmati saluran irigasi sistem pompanisasi.

Pembangunan peningkatan saluran irigasi sekunder dengan sistem pompanisasi tersebut dikerjakan oleh CV. Alfandi Pratama,  dengan anggaran sekitar Rp. 800 juta.

Ida Wayan Degdeg petani Desa Soloi Agung, menjelaskan, yang menjadi kendala petani selama ini adalah soal air.

Namun sampai hari ini belum ada solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan air ini.

Bendungan, saluran irigasi yang telah dibangun belum bisa menjawab persoalan kekurangan air.

“Sudah hampir 20 tahun kami di Desa Soloi Agung ini, yang menjadi kendala besar petani adalah air,  kalau seandainya masalah air ini bisa teratasi, petani akan sejahtera, irigasi pompanisasi yang dibangun juga tidak berfungsi,”katanya

Lanjut Wayan, satu-satunya sumber air yang bisa menjanjikan dan sepanjang tahun tidak kering adalah sungai Soloi,  namun selama ini pembangunan bendungan di sungai soloi tidak maksimal.

“Kalau posisi bendungan seperti yang ada sekarang, sudah pasti tidak akan mengalir, petani macam sayapun tahu, hukum air itu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Bagaimana mau mengalir ke sawah, kalau permukaan sawah lebih tinggi dari permukaan bendungan,”terangnya.

Hal yang sama juga diungkapkan ibu Jayus petani Desa Soloi Agung,  selain saluran irigasi yang tidak berfungsi, kekeringan ini disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu.

Menurutnya pada biasanya bulan april seperti sekarang ini petani sudah hampir panen.

Namun pada kenyataannya tahun ini sebagian besar petani belum menanam.

“Cuaca tahun ini sulit kita prediksi, kemarin pas hujan kita sudah mulai semai bibit, habis itu hujan, kemudian panas lagi. Bibit yang saya semai sudah hampir berbuah di tempat penyemaian. Kita mau tanam juga percuma tetap akan mati karena tidak ada air,”jelasnya.

Petani Desa Soloi Agung khususnya yang berada di sepanjang jalur jalan, mengaku pasrah dengan keadaan alam, karena sumber air sawah yang diharapkan hanyalah tada hujan.

REPORTER: MIRDAT

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar