tegas.co., KUDUS – Sebanyak 10 tim yang merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jateng, beradu gagasan dan mempresentasikan hasil karya ilmiahnya dalam grand final Muria Scientific Competition (MSC) 2018 yang diselenggarakan oleh UKM Komunitas Mahasiswa Kreatif (KMK) Universitas Muria Kudus (UMK).
10 tim tersebut atas nama Ulfi Nadzifah (Undip); Echopeat: Kombinasi Eichhornia Crassipes dan Azzola Pinnata sebagai Biopeat Berbasis Nanoteknologi Guna Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang Pasir menjadi Lahan Pertanian Potensial, lalu Wahyu Arif M. (UNS); Alpukado (Alat Pengendali Nutrisi dan Kebutuhan Air dengan Otomasi dalam Budidaya Tanaman Hortikultura Berbasis Hidroponik serta Farah Ayyun Taqiya (Undip), Bima-Sakti (Budaya, Ilmu Pengetahuan dan Moral), Adaptasi Permainan Ludo Hexagon dengan Keilmuan dan Moral sebagai Pembelajaran Anak serta Pembentukan Karakter Bangsa.
Selain itu, Nurul Wahidah Rahmatika (UNS); “Go Gung”: Program Pemberdayaan Kelompok Tani Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali melalui Pemanfaatan Limbah Jagung sebagai Bio-Energi Terbarukan, selanjutnya Ikhyari Fatati Noryana (UMK); Fayn Healthy Cigarette: Rokok Herbal Berbahan Dasar Artemisia sebagai Solusi Alternatif bagi Perokok Aktif dan Siti Nur Sholihah (Unnes);Paijo: Diversifikasi Produk Olahan Buah Parijoto sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat dari Sektor UMKM Guna Meningkatkan PDRB Kabupaten Kudus.
Lainnya, yaitu Aufi Millatuzzuhriyah (IAIN Salatiga); Eutrofikasi dan Kehidupan Masyarakat: Analisis Deskriptif Kualitatif mengenai Permasalahan Lingkungan di Rawa Pening, kemudian Siti Rosyidah (STIKES Cendekia Utama); Gerakan Memegaba dalam Menyikapi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) untuk Pencapaian SDGs 2030, lalu Devi Andriyani (STIE YPPI Rembang);Peran Generasi Milenial sebagai Entrepreneur dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Rembang, dan Candra Arum Sari (UPGRIS); Analisis Penyimpangan Hak Karyawan Industri Terhadap Kelayakan Hidup Karyawan.
Ketua UKM KMK, Nikmah Nur Hidayah, melalui salah satu panitia, Ahmad Edy Waluyo, menjelaskan, ada 51 karya ilmiah yang masuk ke panitia dalam MSC 2018 ini, yang selanjutnya diseleksi diambil 10 besar untuk presentasi. ‘’Presentasi untuk grand final digelar Senin (9/4/2018) ini, dibuka oleh Wakil Rektor III UMK, Rochmad Winarso ST. MT.,’’ katanya.
Muria Scientific Competition ini adalah lomba karya ilmiah yang pertama kali digelar oleh UKM KMK dengan sasaran mahasiswa secara umum. ‘’Tahun sebelumnya, lomba digelar untuk internal mahasiswa UMK,’’ katanya.
Ahmad Edy Waluyo menambahkan, minat mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk mengikuti event ini, sangat tinggi. Tidak hanya para mahasiswa di Jateng, juga mahasiswa di luar Jateng, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
‘’Banyak juga dari luar Jateng yang komunikasi sama panitia dan tertarik untuk ikut. Karenanya, event serupa ini mulai tahun depan rencananya akan digelar secara nasional,’’ ujarnya di sela-sela grand final Muria Scientific Competition 2018 yang dibuka Wakil Rektor III UMK, Rochmad Winarso ST. MT.
Sementara dua pakar yang didaulat menjadi juri MSC 2018 ini, yaitu Slamet Budi Cahyono M.Sc dari Universitas Brawijaya (Unibraw) dan Budi Gunawan MT., dosen Fakultas Teknik UMK. ‘’Ke depan, kami mempertimbangkan MSC ini digelar untuk tingkat nasional, karena banyak mahasiswa di luar Jateng yang ingin ikut dalam event ini,’’ ujarnya.
Grand final pun berlangsung cukup menarik, karena peserta tidak hanya presentasi, melainkan harus bisa mempertahankan hasil karyanya. Apalagi karya-karya yang berhasil terpilih di grand final ini sangat beragam.
Wahyu Arif M. (UNS) yang membuat karya ilmiah tentang pertanian bersama rekannya, Indrawan Fahmi Arianto. Dia mengaku tertarik mengangkat tema soal pertanian lantaran kompleksnya permasalahan terkait pertanian. ‘’Banyak anak muda saat ini yang tidak tertarik terjun di bidang pertanian, padahal ke depan, kebutuhan pangan tentu semakin besar,’’ ungkapnya saat ditemui usai presentasi.
Beberapa problem pertanian, lanjutnya, selain semakin tidak banyak anak muda yang tertarik, juga lahan pertanian yang kian menyempit. ‘’Anak-anak muda yang kuliah di pertanian, kebanyakan juga bukan pilihan utama. Generasi muda saat ini harus disadarkan pentingnya mengelola sektor pertanian,’’ tegasnya. (*)
MAS’UD
Komentar