SEMAI Kaji Linguistik Forensik 

tegas.co., KUDUS – Sebuah ‘perbincangan’ menarik digelar di Universitas Muria Kudus (UMK),  Rabu (25/4/2018), mengkaji tentang ”Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” dalam Seminar Masyarakat Ilmiah (SEMAI) yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

SEMAI yang menghadirkan Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo (Guru Besar Universitas Katholik Indonesia Atmajaya) dan Prof. Dr. Subyantoro M.Hum (Guru Besar Universitas Negeri Semarang) sebagai narasumber, dilangsungkan di Ruang Seminar Lantai IV Gedung Rektorat Kampus UMK.

Prof. Bambang Kaswanti Purwo, mengatakan, linguistik forensik adalah penerapan linguistik pada isu-isu yang berkaitan dengan hukum. ‘’Linguistik forensik menelusuri ‘sidik bahasa’, menganalisa tulisan atau suara, untuk mengidentifikasi tulisan atau suara siapa,’’ jelasnya dalam acara yang dibuka Dekan FKIP UMK, Dr. Slamet Utomo.

Dikemukakan lebih lanjut oleh Prof. Bambang Kaswanti Purwo, yang ditangani dengan linguistik forensik, misalnya, jika ada suatu tindak kejahatan dan perlu diidentifikasi siapa pelakunya. Berdasarkan bukti suara seseorang, pelacakan bisa dilakukan dengan menganalisa ciri-ciri suara.

‘’Ahli linguistik forensik bisa melakukan ‘sidik suara’. Sebab, tiap-tiap orang memiliki suara dengan keunikannya masing-masing,’’ lanjutnya dalam seminar yang diikuti lebih dari 150 peserta dari berbagai perguruan tinggi itu.

Prof. Subyantoro mengatakan, hal-hal yang dikaji dalam linguistik forensik, antara lain meliputi analisis penggunaan bahasa dalam ranah hukum, penyelidikan unsur terdalam dalam penggunaan bahasa, yang selanjutnya bisa dipergunakan sebagai bukti dalam proses hukum, dan menelaah penggunaan bahasa para aparat penegak hukum dalam proses peradilan, baik penyidikan maupun persidangan.

‘’Untuk analisis linguistik forensik sendiri, bisa melibatkan bidang-bidang linguistik, seperti fonetik, semantik, pragmatik, stilistika, semiotika, analisis wacana, dan dialektologi,’’ ujar guru besar Universitas Negeri Semarang yang juga Rektor Universitas Ngudi Waluyo itu.

Sementara itu, selain dua narasumber utama, SEMAI dihadiri oleh pemakalah dari berbagai perguruan tinggi (institusi), yakni dari Universitas Semarang, Unika Widya Mandala Madiun, Balai Bahasa Sumatera Selatan, Universitas Gunadarma, UMK, Universitas Pekalongan, Universitas Negeri Surabaya, Balai Bahasa Kalimantan Selatan, STIKES Bali, Undiksha, Unika Widya Mandala Madiun dan STKIP Sebelas April Sumedang. (*)

MAS’UD

Komentar