Minim Bantuan Alsintan dan Pasar Padi Organik,  Ini Kata Bupati Butur

tegasco., BUTUR, SULTRA – Dialog publik yang diselenggarakan paguyuban mahasiswa dan pemuda Kulisusu Barat yang mengangkat tema membangun sinergitas antara mahasiswa, pemuda dan pemerintah di balai pertemuan Kecamatan Kulisusu Barat Sabtu (24/6) sebagai media komunikasi antara pemuda dan pemerintah.

La Ato perwakilan pemuda Desa Kasulatombi Kecamatan Kulisusu Barat keluhkan minimnya bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) yang masuk di desanya sebagai sarana pendukung  peningkatan produksi hasil pertanian.

Iklan Pemkot Baubau

“Saya salah satu ketua kelompok tani bantuan alat pertanian yang kami dapat sangat minim dibandingkan dengan desa lain, sementara kalau kita berbicara potensi lahan padi organik, potensinya tidak kalah jauh dengan desa lain,”keluhnya dalam sesi tanya jawab pada dialog publik yang diselenggarakan paguyuban mahasiswa pemuda Kecamatan Kulisusu Barat.

Menanggapi hal itu Bupati Buton Utara (Butur), Abu Hasan akan memerintahkan Dinas pertanian untuk mendata kebutuhan alat pertanian  petani di Desa Kasulatombi.

Pemerintah akan terus berupaya mengadakan alat mesin pertanian untuk memudahkan petani, seperti hand traktor, alat panen, mesin perontok padi dan alat pertanian lainnya. Nanti secara tehnis pertanian yang lebih tahu.

“Di Kulisusu Barat bantuan alat pertanian sudah cukup banyak, tersebar di semua desa yang memiki potensi lahan pertanian,  terakhir 1 unit excavator mini merk Komatsu PC 45 dan satu unit di Kecamatan Bonegunu. Kami prioritaskan dua desa ini karena memang merupakan daerah yang memiliki potensi lahan pertanian yang luas,”katanya.

Muhamad Surya Bakti perwakilan pemuda Desa Karya Bakti, ia mempertanyakan kepastian pasar padi organik. Menanggapi hal tersebut Bupati Buton Utara Abu Hasan menjamin soal pasar padi organik.

Menurutnya permintaan pasar padi organik cukup tinggi, baik skala lokal, nasional maupun internasional. Bahkan produksi padi organik Buton Utara kewalahan menerima tawaran permintaan pasar.

“Kalau soal pasar saya jamin banyak permintaan pasar saya tolak, jangan sampai hasil produksi panen kita tidak sesuai dengan tawaran permintaan pasar.  Saya akan lihat dulu hasil panen tahun ini, nanti kita sudah bisa pastikan hasil panen tahun ini baru kita terima permintaan jangan sampai kita kewalahan,”terangnya.

Dijelaskan padi organik jenis wakawondu asal Buton Utara mulai dikenal dipasaran baik lokal maupun nasional bahkan internasional.

“Harga jual padi organik wakawondu sangat tinggi, untuk harga di Jakarta Rp. 35 ribu/kg, sedangkan untuk harga Kendari Rp.25 Rb/kg jauh selisih harga bila dibandingkan padi sawah Rp.8 ribu/kg,”ungkapnya.

REPORTER: MIRDAT

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar