Diduga Terlantarkan Pasien Pihak RS Santa Anna Kendari Dihearing

tegas.co., KENDARI, SULTRA – Kesehatan bagi setiap manusia begitu penting dalam kehidupan. terkadang berkorban tak terhingga untuk mendapatkan kesehatan itu. namun tak dapat dipungkiri jika pada akhirnya berakhir pada kematian.

Diduga Terlantar Pasien Management Rumah Sakit Santa Anna Dihearing
Direktur Rumah Sakit Santa Anna Kendari (Kiri), Lusiana Margaretha (Tengah) dan dr Firman (Kanan) FOTO: M A S

Kematian merupakan rahasia ilahi, akan tetapi manusia dapat berusaha untuk menunda kematian tersebut bilamana kesehatan tetap terjaga. nah perawatan kesehatan penting dengan memperbanyak konsultasi kesehatan pada ahlinya, misalkan ke dokter, rumah sakit atau pada jasa pelayanan medik lainnya.

Begitu pula bagi masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan, tentu membutuhkan pelayanan medik, baik di puskemas maupun di rumah sakit. jika kemudian penanganan jasa medik kurang memuaskan, tentu menjadi sebuah keluhan bagi penggunanya, sebab dapat berakibat berkepanjangan pada ganguan kesehatan manusia atau berakhir dengan kematian.

Demikian yang dialami, seorang warga Kolaka Timur (Koltim) yang berakhir dengan kematian saat akan berobat di Rumah Sakit (RS) Santa Anna Kendari. korban mengalami penyakit jantung, namun dinilai penanganannya tidak maksimal yang terkesan menelantarkan. olehnya itu, keluarga korban bernama Hasrat mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara.

Atas dasar aspirasi Hasrat selaku keluarga korban, DPRD Sultra kemudian menggelar hearing, menghadirkan pihak Management Rumah Sakit Santa Anna Kendari, Senin (27/8/2018). Hearing dihadiri Direktur Rumah Sakit Santa Anna, D. Maudy Ipoi, didampingi, Lesiana Margaretha selaku humas dan marketing rumah sakit tersebut, serta beberapa tenaga medik lainnya. Hadir pula pengurus IDI dan Ikatan dokter ahli jantung Kota Kendari.

Tonton video Hearing disini

Hasrat menceritakan panjang lebar terkait kronologis pelayanan medik Rumah Sakit Santa Anna terhadap korban yang mengakibatkan kematian. pada 26 Juli 2018 dari salah satu puskesmas di Koltim, pasien poli jantung tersebut mendapat surat rujukan agar pasien segera di bawa ke rumah sakit Santa Anna.

Sebelum pasien poli jantung tiba di rumah sakit Santa Anna, salah seorang keluarga korban terlebih dahulu mengecek dokter yang akan menangani poli jantung. tenaga medik yang menerima keluarga korban tak dapat memberikan jawaban sebab pasien belum berada di rumah sakit tersebut.

Setelah pasien tiba di rumah sakit, salah seorang petugas medik rumah sakit anta Anna Kendari mempertanyakan kepada Hasrat,”Siapa dokter yang tangani pasien ini,? Hasrat pun menjawab, dr Firman, ahli poli jantung,”jawabnya.

Pihak medik rumah Santa Anna mengarahkan ke rumah sakit yang lain, sebab dr Firman saat itu berada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. namun karena fanatisme keluarga pasien tetap pada dokter tersebut. namun hingga pada 29 Juli 2018 pasien meninggal dunia tanpa ada penanganan medik. Cerita Hasrat ini, juga diamini Humas dan marketing rumah sakit Santa Anna Kendari, Lusiana Margaretha.

Sementara itu, dr Firman mengaku, dirinya adalah salah seorang dokter ASN yang ditugaskan di Rumah Sakit Bahteramas Kendari. ia dapat mengakomodir pasien-pasien yang ada di rumah sakit lain, setelah tugas pokok di rumah sakit pemerintah itu sudah selesai.”Jadi tugas saya on time, untuk di Bahteramas itu, sampai pada pukul 15.00 wita, itu jika tidak ada pasien lagi. nanti setelah selesai tugas itu baru saya dapat melayani pasien yang ada di rumah sakit Santa Anna,”jelasnya.

Fanatisme Dokter

Di tempat yang sama, perwakilan IDI Kendari dr Sony Surya menjelaskan, salah satu yang terpenting diperbaiki adalah mindset masyarakat yang terkesan fanatisme terhadap salah seorang dokter, padahal, masih terdapat dokter lain yang memiliki kompetensi yang sama. Hal ini dapat berakibat pada kesehatan pasien yang semakin terganggu sebab penanganannya tertunda karena menunggu dokter idamannya.

Ketua Ikatan Poli Jantung Kota Kendari dr Bimo mengungkapkan, bahwa dr ahli poli jantung di Sultra berjumlah enam orang, 4 di Kota Kendari, satu di Kolaka dan satu dokter di kota Baubau.

Rapat hearing yang dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Sultra, Yaudu Salam Ajo menyimpulkan, bahwa pihak rumah sakit Santa Anna agar meningkatkan pelayanan terhadap pasien yang sudah dalam kodisi sekarat.

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar