Guru merupakan profesi yang paling berpengaruh dalam sejarah panjang peradaban manusia. Melalui pendidikan, guru menjadi motor penggerak dalam memanusiakan manusia hingga manusia mampu menciptakan peradaban-peradaban besar di dunia. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan seorang tokoh dunia Nelson Mandela, bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Disinilah pentingnya keberadaan dan peran guru bagi kemajuan suatu bangsa.
Salah satu negara maju di dunia, yaitu Jepang memiliki cerita sejarah dalam menempatkan guru sebagai elemen yang sangat penting bagi bangsanya. Saat Jepang luluh-lantah dan lumpuh total akibat peristiwa bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Kota Nagasaki dan Hiroshima pada akhir perang dunia kedua tahun 1945. Pasca peristiwa tersebut pemimpin Jepang Kaisar Hirohito mengumpulkan para jendralnya yang tersisa. Ia menanyakan kepada mereka, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”.
Bukan malah menanyakan berapa jumlah pasukan perang yang masih hidup. Bukan menanyakakan jumlah politisi dan pembisnis yang tersisa. Bukan pula menanyakan jumlah gedung-gedung besar dan jalanan yang runtuh dan rusak akibat ledakan bom.
Kemudian sang Kaisar menyampaikan alasan mengapa pertanyaan itu ia lontarkan, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan”.
Dari cerita sejarah ini maka menjadi suatu hal yang wajar negara Jepang hari ini menjadi salah satu negara maju di dunia karena menempatkan dan memperlakukan guru sebagai elemen bangsa yang sangat penting bahkan paling penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Cerita ini juga menjadi penegasan bahwa keberadaan guru sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa bahkan pengaruhnya tidak akan berakhir sampai kapanpun. Seperti kata seorang sejarawan dan sastrawan Amerika Serikat, Henry Adams menyatakan, “Seorang guru berpengaruh selamanya. Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir”.
Lalu bagaimana dengan guru di Indonesia, sudahkah keberadaanya ditempatkan dan diperlakukan oleh negara sebagai elemen yang penting dalam proses pembangunan bangsa kita? Entahlah. Jawabannya akan banyak membentur konsep-konsep dan fakta-fakta realitas di negara kita. Yang pasti saat ini negara kita belum menjadi negara yang maju. Andai keberadaan guru di Indonesia ditempatkan dan diperlakukan sebagai elemen yang paling penting oleh pemerintah bukan hanya dalam tataran konsep dalam seperangkat aturan tetapi juga dalam realitas praktek di lapangan, saya yakin Indonesia akan menjadi negara maju.
Apalagi bidang pendidikan di Indonesia dari kacamata anggaran, diporsikan begitu besar yang mencapai 20% dari APBN. Anggaran sebesar ini semestinya dimanfaatkan seefektiv mungkin untuk kemajuang bidang pendidikan sehingga bisa membawa negara kita menjadi negara maju. Mesti ada perhatian khusus pemerintah bagi guru di Indonesia. Jika kualitas guru yang masih rendah maka mesti ada upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru. Namun jika kesejahteraan guru kurang diperhatikan maka penuhi kebutuhan mereka.
Bukan hanya kesejahteraan guru yang berstatus PNS atau guru tetap yang diperhatikan, tetapi juga kesejahteraan guru honorer. Seperti apakata Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, “Yang terima gaji guru tetap, yang mengajar guru honorer”. Masih banyak tugas pemerintah yang harus dituntaskan dalam upaya untuk menempatkan dan memperlakukan guru sebagai elemen paling penting dalam kemajuan bangsa kita.
Dalam upaya memajukan bangsa melalui peranan guru, tak serta-merta menjadi tanggung jawab pemerintah sendiri dan tugas guru semata. Butuh peranan seluruh masyarakat khususnya setiap rumahtangga. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Kita semua bisa menjadi guru di rumah-rumah kita untuk bersama mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang maju. Selamat Hari Guru Nasional 2018.
Oleh: Falihin Barakati. Penulis adalah alumni FKIP UHO yang juga kader PMII Sultra