Dosa yang Terus Berulang dalam ‘Adam-Hawa’ Tigakoma

Dosa yang Terus Berulang dalam 'Adam-Hawa' Tigakoma
Salah satu adegan pementasan Khuldi yang dibawkan Teater Tigakoma, Sabtu (19/1) malam FOTO: DOK. TEATER TIGAKOMA

Ratusan Penonton Berbagai Kota Beri Apresiasi

tegas.co., KUDUS – Ratusan penonton berhasil dibawa melintasi zaman lewat kisah Adam dan Hawa yang dipentaskan oleh Kelompok Kajian Teater Tigakoma di auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), Sabtu malam (19/1).

Mereka mayoritas kalangan mahasiswa dari Kota Kretek dan luar daerah. Seperti Pati, Jepara, Demak, Semarang, Salatiga, Solo, hingga Yogyakarta. Selain itu, kalangan pelajar dan masyarakat umum turut hadir mengapresiasi pentas dengan naskah “Khuldi” karya Zuhdi Sang dan Ghoz TE tersebut.

“Semua terus berulang dan berulang. Selalu ada yang tersisa untuk sekali lagi dihabiskan,” demikian salah satu potongan dialog yang dilontarkan tokoh Edha (Adam).

Dosa yang Terus Berulang dalam 'Adam-Hawa' Tigakoma
Salah satu adegan pementasan Khuldi yang dibawkan Teater Tigakoma, Sabtu (19/1) malam FOTO: DOK. TEATER TIGAKOMA

Ungkapan itu menyimpulkan makna cerita dalam pementasan. Dosa pertama yang diperbuat manusia saat di surga, rupanya menjadi roda kesalahan yang terus berputar hingga kini. Selalu ada Efra (Iblis) yang menggoda anak-cucu Adam untuk kembali melakukan dosa lewat beraneka perbuatan lain.

Untuk mempertegas pesan dalam pentas berdurasi sekitar satu jam itu, tata panggung dihadirkan dengan warna hampir seluruhnya putih dilengkapi artistik utama berupa bola dunia. Menggambarkan bahwa alam semesta hakikatnya suci.

“Namun akibat dari keserakahan dan dosa manusia, secara perlahan alam semesta akan keruh oleh debu kesalahan perbuatan manusia sendiri,” ungkap Ketua Teater Tigakoma Hamzah Fikri, usai pentas.

Hamzah mengatakan, pementasan itu sebagai persembahan sekaligus kado di hari lahir (harlah) Teater Tigakoma yang ke-12 kepada para penikmat seni dan masyarakat umum. Acara dikemas sebagai pentas tunggal bertajuk “Keseimbangan” dengan melibatkan 38 anggota aktif.

“Setiap tahun, harlah kami konsep dengan cara yang berbeda,” paparnya.

Sutradara pementasan, Maulana Syafi’i menambahkan, naskah merefleksian berbagai isu kehidupan sosial saat ini. Pasalnya banyak ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat. Termasuk halnya dalam tahun politik menjelang Pemilu 2019.

“Banyak calon pemimpin yang menyerukan visi-misi untuk memperbaiki tatanan masyarakat. Namun, sering kali mereka lupa diri. Wujud visi-misinya kosong. Bukan memperbaiki tatanan masyarakat, malah sebaliknya,” urainya. (*)

Tonton videwonya disini

https://youtu.be/D6mSDEM3CIU

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar