tegas.co., BUTON UTARA, SULTRA – Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau lebih dikenal bedah rumah yang masuk di Desa Lantagi, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara, tahun anggaran 2018, yang diperuntukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sekitar 42 unit, banyak pembangunannya terbengkalai.
Sebagian besar rumah bantuan ini dindingnya belum terpasang semua, termasuk lantai dan atapnya.
Dalam program bedah rumah yang digelonotorkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR RI) ini, setiap penerima manfaat mendapat bantuan dana stimulan sebesar Rp15 juta yang diporsikan pada dua item, yaitu untuk belanja barang dan Rp2,5 juta untuk upah tukang yang lansung masuk di rekening masing-masing penerima manfaat.
Namun kenyataannya beda dengan yang terjadi di Desa Lantagi Kecamatan Kulisusu, penerima manfaat diberi bantuan bahan yang tidak sesuai jika dinominalkan dalam bentuk uang.
Hatia (70) penerima manfaat bedah rumah Dusun 1 Desa Lantagi menjelaskan, dirinya hanya mendapatkan bantuan papan sekitar setengah kubik, atap seng 30 lembar serta kloset dan pipa jamban.
“Saya tidak tahu hanya itu saja yang diberikan, pernah saya dipanggil dimintai uang Rp45 ribu, saya tidak tahu untuk apa, katanya mau diberi bantuan sebanyak Rp15 juta,” terangnya, Senin (18/02/2019).
Miliana penerima manfaat bantuan bedah rumah mengaku hanya mendapat bantuan atap seng sebanyak 30 lembar. Ongkos pasangnya menggunakan uang pribadinya sebesar Rp500 ribu, dan tambahan atap seng sebanyak 8 lembar.
“Rata-rata disini tidak ada yang selesai, atap seng saja saya tidak cukup, kurang delapan lembar. Akhirnya saya tambah sendiri, papannya saya beli sendiri,” ungkapnya.
Wa Hala penerima manfaat lainya juga menjelaskan, rumahnya hingga saat ini belum selesai dikerjakan karena kekurangan bahan. Termasuk dinding dan lantainya, dinding yang terpasang hanya bagian depan.
“Ini saja papan untuk dindingnya kita sudah beli sendiri, pasang sendiri, pernah mereka bawa papan tapi papan rusak kita tidak mau ambil. Katanya bantuan ini sebanyak Rp15 juta, tapi kalau kita hitung-hitung bahan yang diberikan harganya tidak sampe Rp5 juta,” katanya.
Kakuni, juga penerima manfaat bedah rumah ia hanya mendapat bantuan atap seng sebanyak 40 lembar, papan 20 lembar, koseng rumah dua set, semen delapan sak, tiang rumah 12 batang.
“Kita lihatmi ini papannya tidak bisa saya pake, kosengnya saja ini saya curiga koseng bekas baru di bawa disini,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Lantagi, Ramsi Saleh mengatakan, Desa Lantagi mendapat bantuan bedah rumah sekitar 42 kepala keluarga. Ia mengakui masih banyak rumah batuan tersebut yang belum kelar.
Menurutnya, banyaknya rumah bantuan yang tidak kelar disebabkan minimnya swadaya masyarakat. Selain itu, bantuan bahan yang diberikan juga tidak maksimal.
“Saya pernah dilibatkan dalam program ini dalam proses pembuatan rekening penerima manfaat, selebihnya itu tidak lagi, termasuk laporan bahan-bahan apa saja yang mereka masukan tidak pernah kordinasi ke Desa, pernah saya temukan papan satu mobil truk saya suruh kembalikan karena memang sama sekali tidak layak pakai lagi, sudah bisa dicubit kayak ikan panggang,” jelasnya.
KONTRIBUTOR: SYP
PUBLISHER: SALAMUN SOFIAN