Teriak Lewat Karya, Sineas Muda Kendari Menabur Inspirasi

tegas.co., KENDARI, SULTRA – Standing aplaus mengiringi berakhirnya “The Ocean Hero” dan “Isyarat Di Bukit Anggoea,” Jumat 19 April 2019 malam. Screening dua film karya sineas lokal Kendari berhasil memukau para penonton yang umumnya adalah mahasiswa.

Pertanyaan demi pertanyaan dari para penonton dilontarkan kepada para sutradara dari film-film tersebut, Ahmad Nizar, Asdar Yusuf dan Suwarjono. Pun tak sedikit yang melontarkan pujian.

Iklan KPU Sultra

Ahmad Nizar tak ragu berbagi tips pada para mahasiswa yang berniat menggeluti bidang ini. Menurutnya hal paling penting yang harus dimiliki adalah kesadaran dan semangat berkarya.

“Banyak medium yang bisa digunakan untuk berkarya. Film hanyalah salah satunya. Yang penting adalah berkarya dahulu. Tak peduli seberapa besar keterbatasan yang kamu miliki. Termasuk keterbatasan peralatan,” ujarnya.

Sebagai penggagas iven Teriak Lewat Karya, Ino (sapaan Ahmad Nizar) ingin memantik kesadaran anak muda, khususnya di Kota Kendari, bahwa kesadaran dan sikap kritis melalui karya bisa lebih diterima publik. Berkarya, kata dia, bisa membuat suaramu lebih mudah didengar.

“Mengeluh tak akan pernah menyelesaikan masalah. Apalagi melampiaskannya dengan cara-cara yang tidak elegan. Maka teriakkan keresahanmu melalui karya. Itu salah satu jalan terbaik,” kata Jurnalis ini.

Sementara Asdar Yusuf yang fokus pada film dokumenter menekankan pentingnya memiliki kepekaan sosial. Dengan kepekaan sosial, kata eks penyiar radio ini, seseorang akan terpacu untuk menciptakan kehidupan dunia yang lebih damai dan indah.

“Melalui film ini kami ingin berbagi pesan bahwa ada orang-orang disekitar kita yang memiliki keterbatasan tapi mereka tidak ingin menyerah. Saya berharap film ini bisa menginspirasi sekaligus mengedukasi banyak orang,” katanya.

Hal senada diungkapkan Suwarjono. Fotografer salah satu media nasional ini mengatakan film yang ia produksi bersama Asdar Yusuf tidak ingin sekadar menjadi tontonan biasa. Ia ingin semangat para tokoh dalam film garapan mereka itu bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap sesama.

“Sifat memanusiakan manusia telah lama diwariskan selama berabad-abad lamanya melalui agama samawi. Nah, film ini kami jadikan medium untuk mengingatkan kembali soal itu,” katanya.

Film The Ocean Hero sendiri bercerita tentang pentingnya kelestarian laut. Sebuah tugas yang diperankan salah satu mahluk laut bernama Kima. Kima yang merupakan jenis kerang itu selain memperindah laut juga memiliki fungsi dalam menyaring polusi air lalu menjadikannya jernih kembali. Sayangnya, meski berstatus dilindungi. Kerang ini kerap diburu dan diperjualbelikan secara illegal.

Sementara Isyarat di Bukit Anggoeya memotret ketekunan dan kesabaran para guru di salah satu Sekolah Luar Biasa di Kota Kendari. Mereka menghabiskan waktu untuk mengajar secara sukarela. Bahkan harus berjalan kaki untuk mencapai sekolah yang terletak di puncak Bukit Anggoeya. Dengan kesabaran luar biasa mereka mengajar murid-murid mereka yang mengalami keterbatasan fisik dan mental. (ZI)

Komentar