Hujan Hadir, Banjir Pun Mampir

Hujan Hadir, Banjir Pun Mampir
Susiyanti, SE

Bukan suatu hal yang baru lagi, setiap musim penghujan beberapa kota di Indonesia selalu saja menjadi langganan banjir. Dan kali ini yang mendapat giliran banjir adalah Sulawesi Tenggara, tepatnya di kota Kendari. Sebagaimana yang dikemukan oleh Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir yang turun langsung meninjau sejumlah lokasi banjir. Adapun wilayah yang terkena banjir yakni Transito, Jalan Durian, dan BTN Graha Raya (Zonasultra.com, 15/04/2019).

Tim Basarnas pun telah mengevakuasi sedikitnya 36 orang korban banjir di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Para korban yang berhasil dievakuasi berasal dari berbagai titik perumahan yang terparah dilanda banjir. 

Selain itu, warga mengaku kecewa dengan Pemerintah Kota Kendari yang tidak pernah memberikan solusi terhadap banjir tahunan saat musim hujan dan masalah sampah yang belum terselesaikan (Cnnindonesia.com, 15/04/2019). Lantas apa yang menjadi penyebabnya?

Jika melihat secara seksama, faktor utama yaitu akibat buruknya tata ruang dengan semakin tidak adanya ruang terbuka hijau dan rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Adapun banjir terjadi disebabkan karena kesalahan manusia. Sesungguhnya Allah telah menyediakan alam ini dengan kapasitas yang tepat, termasuk dalam penampung air hujan. Siklus air yang bersifat tetap, tidak berkurang ataupun bertambah.

Pada dasarnya, sifat aliran air selalu saja mengalir menuju tempat yang paling rendah. Untuk itu, semestinya perumahan warga yang terletak di dataran rendah seharusnya diupayakan mekanisme penahanan air yang tepat di daerah hulu, agar tidak menggenangi daerah di bawahnya, dan fungsi penahanan air oleh akar tanaman pun sudah jelas dipahami.

Tidak hanya itu, penyebab banjir tidak sedikit juga disebabkan karena minimnya perhatiannya pemegang kebijakan terhadap kepentingan rakyat dan menyerahkan pengelolaan SDA kepada asing. Maka jangan heran, ketika menyerahkan pengelolaan kepada asing tentu mereka hanya mengambil keuntungannya saja, tanpa mempedulikan lingkungan akan rusak atau tidak. Hingga rakyatlah yang akan merasakan langsung dampaknya.

Bahkan ketika bencana itu terjadi, bantuan kemanusiaan tak jarang sangat lambat, masih banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan logistik, pakaian, makanan dan tempat tinggal. Kalau pun ada bantuan, untuk mendapatkannya tidak mudah. Inilah bentuk abainya pengurusan terhadap rakyat.

Sementara itu, dalam Islam terjadinya kerusakan di darat dan di laut ini dijelaskan dalam surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Olehya itu, sistem Islam mempunyai solusi yang dapat mengatasi banjir dan genangan, diantaranya yaitu: Pertama, melakukan langkah pencegahan dengan membangun sistem drainase yang berkualitas dan profesional.

Kedua, untuk kebijakan politik, maka akan memperhatikan secara serius  daerah-daerah yang menjadi daerah resapan, daerah cagar alam dengan mengeluarkan Undang-Undang tentang perizinan membangun bangunan, dsb. Ketika banjir itu terjadi, maka dengan cepat mereka yang diberi amanah dalam mengemban tugas mengurusi rakyat akan segera bertindak dengan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan daerah bencana. 

Ketiga, menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan yang layak agar korban bencana alam tidak menderita kesakitan akibat penyakit, kekurangan makanan, atau tempat istirahat yang tidak memadai.

Keempat, tidak hanya itu pemimpim pun akan mengerahkan para alim ulama untuk memberikan taushiyyah-taushiyyah bagi korban agar mereka mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa mereka, sekaligus menguatkan keimanan mereka agar tetap tabah, sabar, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah swt.

Dengan demikian, semua itu akan terwujud jika pemegang kebijakan lebih memahami tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pengurus urusan rakyat. Karena sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Semua itu tentu dapat terlaksana dengan baik apabila diterapkan aturan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga Islam bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

PENGIRIM: Susiyanti, SE (Pemerhati Sosial)

Komentar