Ishak Ismail Tantang Ali Mazi Ungkap Kredit Macet Edi Lukisto 75 Millyar

Ishak Ismail Tantang Ali Mazi Ungkap Kredit Macet Edi Lukisto 75 Millyar
. Ishak Ismail SH

Ishak Ismail warga Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) menantang Gubernur Ali Mazi untuk mengungkap kasus kredit macet Edi Lukisto sebesar Rp75 Millyar di Bank Sultra.

Menurut Ishak Ismail, tantangan ini, karena dirinya merasa heran, kreditnya yang tidak macet minta diusut oleh kejaksaan. Olehnya itu, ia meminta agar mengungkap kredit Edi Lukisto yang melibatkan Bank BPD Jatim.

Iklan Pemkot Baubau

“knapa dulu waktu kredit macetnya EDYLUKISTO..yg nota bene dia yg merekomendasi waktu dia jd gubernur… 75 m melibatkan sidikai 5 bank leder bank bpd jatim.. dan jelas2 macet.. tapi alimazi tdk komen… ko sy tdk ada masalah di permasalahkan…. sy ini kreditku cuma tdk di perpanjang… tapi tdk macet…,”tulis Ishak Ismail, via pesan whatsapp, Selasa (13/8/2019).

Tantangan yang diungkapkan Ishak Ismail ini berawal saat gubernur Sultra, Ali Mazi meminta Kejaksaan mengusut kreditnya yang diumbar pihak BPD Sultra.

Ia menyebut, kredit yang diambil di Bank Sultra adalah kredit kontraktor, bukan kredit investasi seperti banyak orang pikirkan selama ini.

Kredit kontraktor, sebut dia, jaminannya adalah asuransi, tanah dan bangunan termasuk paling utama adalah kontrak proyek. “Tidak mungkin dikasih kredit kalau tidak ada kontrak proyek saya,” ujarnya.

Kredit yang diberikan, lanjut dia, minimal 30 persen dari jumlah kontrak yang dimilikinya.

Misal, jika Bank Sultra memberikan kontrak proyek Rp 30 miliar maka berarti proyek miliknya di atas Rp 100 miliar. Nilai proyek tersebut ada dan memiliki kontrak.

Ishak merinci, beberapa proyek yang dia punya sepanjang 2018 adalah proyek Jalan Tabanggele Rp 74 miliar, rumah susun Unsultra Rp 20 miliar, peningkatan kawasan kumuh Mandonga Rp 7 miliar. “Belum lagi yang lain-lain. Totalnya lebih dari Rp 100 miliar,” bebernya.

Kredit Stand By Lond

Ia pun menyebut, status kredit yang diperoleh di Bank Sultra sifatnya stand by lond. Maksudnya, kredit ini semacam fasilitas kepada nasabah khusus yang punya proyek rutin dan kredibilitas mumpuni dalam hal pembayaran setiap termin.

“Perlu diingat juga, stand bay lond ini tidak seenaknya dipakai. Nanti ada kontrak proyek baru bisa dipakai. Ini cuman fasilitas saja,” katanya.

Ia mengakui, tidak diperpanjangnya kontrak dia karena pernah terjadi keterlambatan pembayaran pada akhir tahun 2018 lalu.

Namun, alasannya cukup kuat. Sebab, saat hendak membayar, sudah tutup buku akhir tahun. Tanggung jawabnya itu kemudian diselesaikan saat menyeberang tahun, medio Maret 2019.

“Setelah menyeberang tahun kita membayar lagi. Jadi, saya tidak pernah mau larikan tanggung jawab saya,” tuturnya.

Ia mengaku, plafon Rp 30 miliar kontrak yang diberikan oleh Bank Sultra belum dipakai semua. Sebanyak Rp 21 miliar yang ditarik itu pun sebagian besar telah dibayar berdasarkan perkembangan pekerjaannya.

“Saya sudah bayar sekitar Rp 7,4 miliar. Kita akan bayar lagi. Setiap bulan berdasarkan progres pekerjaan, kita akan lunasi. Jadi, saya tidak mungkin larikan ini. Saya orang komitmen,” jelasnya.

Ia menyebut, kredit yang diambil di Bank Sultra itu khusus untuk membiayai proyek pengerjaan jalan di Tabanggele yang sifatnya multiyears selama lima tahun.

“Saya sudah 10 tahun ajukan kredit di Bank Sultra tidak bermasalah. Setiap tahun diperpanjang,” katanya.

Hanya karena ada pemberitaan, itu pun baru dugaan, lalu ditanggapi tak berbobot oleh Ali Mazi, kreditnya itu akhirnya tidak dilanjutkan.

“Karena hanya tiba-tiba terlambat dan mungkin ada rencana pergantian direksi Bank Sultra, orang menganggap kredit saya macet,” jelasnya.

Dipanggil BPD

Ishak mengaku, sudah pernah dipanggil oleh pihak Bank Sultra terkait hal ini. Dari keterangan bank, tidak ada masalah dengan kreditnya itu.

“Saya sedikit kecewa, kok tidak ada perlindungan dari BPD, semua kredit saya dibuat telanjang bulat. Kita nasabah harusnya dapat perlindungan, tapi ini tidak,” keluhnya.

Pemberitaan Dipolitisasi

Ia menduga, munculnya pemberitaan yang diawali dari salah satu media yang memiliki kedekatan dengan NasDem, sudah ada kepentingan politik di dalamnya. “Apakah karena saya dari PDI Perjuangan dan Gubernur NasDem?,” jelasnya.

Selain karena dugaan persaingan PDI Perjuangan dan NasDem, pemberitaan tentang kreditnya ini berhubungan dengan rencana pergantian direktur baru dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Sultra.

“Pertanyaan saya, apakah karena pemilihan direkur baru. Sehingga mencari masalah direktur lama dan saya jadi kambing hitamnya,”katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung soal kedekatannya dengan Lukman Abunawas yang saat ini tengah menjalin hubungan tak harmonis dengan Ali Mazi.

“Kita tidak tahu semua apa motifnya ini Ali Mazi tiba-tiba minta kejaksaan usut saya,”tuturnya.

T I M

Komentar