Mengenal Festival Lalo,a Kadie Liya di Wakatobi

Mengenal Festival Lalo,a Kadie Liya di Wakatobi
Dalam acara festival lalo,a nampak Bupati Wakatobi H.Arhawi, Ketua DPRD H. Hamiruddin dan Mentu,u Liya beserta peserta parade.

Minggu, 13 Oktober 2019 merupakan puncak acara Festival Lalo’a yang berlangsung selama tiga hari di wilayah Kadie Liya meliputi Desa Bahari, Liya Togo, Onemelangka dan Liya Mawi di Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra). 

Pesta rakyat adat kadie liya ini baru pertama kali dipertunjukkan di khalayak. Tradisi Lalo’a sendiri ditandai dengan kedatangan (migrasi) ikan baronang (rabbit fish) atau borona (nama lokal) yang tak terhingga jumlahnya ke kawasan pesisir, di wilayah laut desa adat (kadie) Liya. 

Ketua panitia Usman, mengatakan Lalo’a berasal dari kata kalo dalam bahasa masyarakat adat Liya, Wakatobi, artinya lewat atau melalui. Akhiran ‘a’ pada kata Kalo:a menunjukkan kata kerja.  Jadi lalo’a dapat dimaknai sebagai sesuatu yang lewat atau tempat lewat (jalan).

“Festival ini merupakan bentuk perayaan musim migrasi ikan baronang yang dimaksudkan sebagai sarana pendidikan tentang tradisi Lalo’a dan persembahan masyarakat adat Kadie Liya untuk ketahanan pangan dan perikanan berkelanjutan,” ungkapnya.

Peristiwa itu terjadi pada tiap tahun yakni pada bulan September sampai November, dikisaran tanggal 9 sampai 11 bulan hijriah. Fenomena alam dan kearifan masyarakat pada musim Lalo’a kemudian menginspirasi masyarakat adat kadie Liya menyelenggarakan Festival Lalo’a. 

Mengenal Festival Lalo,a Kadie Liya di Wakatobi
Pasukan Tamburu Liya dalam acara festival lalo,a kadis Liya diperagakan oleh sesepuh warga setempat.

“Karnaval Lalo’a merupakan gambaran migrasi masak ikan baronang saat musim Lalo’a,” ucapnya.

Acara tersebut dimeriahkan dengan berbagai kegiatan diantaranya parade massal. Tercatat ada sebanyak 3500 peserta, terdiri atas 1400 siswa SD hingga SMA se-Liya dan 2100 masyarakat lokal dipimpin langsung Bupati Wakatobi, Forkopimda dan Menantu,u Liya.

“Parade dengan menunjukan maskot ikan barona dengan berjalan bersama-sama dari lokasi ‘adopai telur ikan baronang” di Desa Liya Bahari, menuju lokasi bakar ikan sepenjang jalan Desa Liya Mawi,” jelasnya. 

Tampak Replika raksasa ikan Baronang dengan dimensi panjang 9 meter, tinggi, 4,5 meter dan berat 75 kg dari material besi yang dibuat selama 15 hari ini merupakan karya seniman lokal. 

“Masing-masing peserta memegang tongkat kecil yang pada ujungnya dilekatkan duplikat ikan baronang dari kardus bekas atau bahan bekas lainnya,” tambahnya. 

RUSDIN