Kisah Pilu Pelayanan Kesehatan Di Negeri +62

Kisah Pilu Pelayanan Kesehatan Di Negeri +62

Sungguh malang nasib yang dialami oleh Evan (42) saat ini, yang terpaksa meninggalkan Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Bahteramas Kota Kendari dengan kondisi usus masih menggantung di luar perut dan hanya terbungkus kantong plastik pada hari Senin (9/12/2019) sekitar pukul 17.00 WITA.

Evan merupakan pasien penderita tumor usus. Usai menjalani operasi pada Rabu (4/12/2019), ayah satu anak ini dipulangkan rumah sakit plat merah tersebut tanpa penjelasan sedikit pun. Padahal dia menggunakan jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah, yaitu JKN KIS (ZonaSultra.com 9/12/2019)

Kasus diatas merupakan bukti adanya diskriminasi pelayanan kesehatan. Pasien yang notabennya menggunakan kartu jaminan kesehatan, nampaknya tiada bearti. Terbukti dengan kezhaliman yang dialami oleh penderita tumor usus ini. Katanya kartu sakti? Hmm.. ternyata hanya prank buatan rezim.

Kezhaliman yang dialami oleh evan terlihat jelas. Bagaimana tidak, pasien yang masih membutuhkan penanganan pasca operasi “dipaksa” pulang tanpa adanya penjelasan yang pasti. Usus yang menggantung di luar perut dan hanya terbungkus kantong plastik merupakan tanda bahwa pihak rumah sakit tidak memiliki sikap profesionalisme dalam melayani pasien. Bahkan pihak keluarga  datang untuk meminta kejelasan namun mirisnya pihak RS abai akan hal tersebut, seolah ingin lepas dari tanggung jawab.

Obat untuk menangani lukapun tak di berikan oleh pihak rumah sakit. Pasien yang sempat diwawancarai oleh pihak media zonasultra mengatakan bahwa “Saya sempat tanya, bagaimana kondisi begini mau pulang, tapi mereka tidak peduli. Hanya bilang datang lagi 3 atau 5 hari, itu pun bukan mau dirawat tapi hanya mau dicek up di poli. Obat pencuci luka saja tidak diberikan,” kata Evan sambil sesekali menahan perih dari perutnya.

Fenomena ini tak lain terbentuk oleh sebuah sistem yang mengatur pola pikir mereka sehingga menghasilkan output yang sedemikian rupa. Sistem yang dimaksud adalah “Kapitalisme”, dengan ciri khasnya, yakni materi merupakan hal paling penting dalam berinteraksi.

Kisah ini sejatinya hanya secuil dari banyaknya cerita pilu akibat kebobrokan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum dalam sistem Kapitalisme, fasilitas layaknya rumah sakit hanya berorientasi mengejar keuntungan.

Penggunaan kartu jaminan kesehatan yang dikeluarkan oleh BPJS atas nama tanggung jawab pemerintah terhadap pelayanan kesehatan, nampaknya ilusi semata. Sesungguhnya BPJS hanya fatamorgana yang dibuat oleh rezim sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab negara ke pundak rakyat. Inilah kenyataan buruk sistem kehidupan sekuler dan sistem ekonomi kapitalismenya.

Kartu JKN KIS (Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat), sesungguhnya bukan jaminan kesehatan tetapi asuransi kesehatan. Sebab seluruh rakyat wajib membayar premi tiap bulannya yang berlaku seumur hidup, dan jika rakyat terlambat atau tidak menyelesaikan adminitrasinya akan di kenakan sanksi atau denda oleh negara. Nampak jelas sifat kapitalis yang mendarah daging di negara ini.

Sistem inilah yang menjadi akar permasalahannya. Sistem buatan manusia dengan memisahkan peran agama dari kehidupan ini memaksa manusia untuk melakukan apapun demi meraih keuntungan materi sebanyak-banyaknya.

Aturan yang lahir dari manusia pasti akan rusak, BPJS contohnya. Alih alih mensejahterakan rakyat malah membuat rakyat sengsara. Berbeda dengan aturan yang bersumber dari islam.

Islam memandang bahwa, negara wajib menjamin kebutuhan kesehatan rakyatnya dengan pelayanan yang prima tanpa perlakuan diskriminatif demi kemaslahatan rakyatnya. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Pemimpin (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggungjawab atas rakyatnya.” (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar)

Imam al-Bukhari dan Muslim pun meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa serombongan orang dari Kabilah ‘Urainah masuk Islam. Mereka lalu jatuh sakit di Madinah. Rasulullah saw. selaku kepala negara kemudian meminta mereka untuk tinggal di penggembalaan unta zakat yang dikelola Baitul Mal di dekat Quba’. Di sana mereka diizinkan untuk minum air susu unta sampai sembuh.

Itu semua merupakan dalil dan bukti bahwa hanya pelayanan kesehatan yang nyata hanya ada dalam Islam, dan dapat diperoleh secara gratis sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatannya tanpa memperhatikan tingkat ekonominya.

Oleh : Indryani P