Tindakan keras Pemerintah China terhadap etnis minoritas Muslim Uyghur telah mendapat kecaman internasional. Namun beberapa suara yang sebenarnya signifikan, yakni dari negara-negara Muslim malah nyaris tak terdengar. Pemerintah negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim, termasuk Malaysia, Pakistan, Arab Saudi dan Indonesia telah menghindari mengangkat masalah ini secara terbuka. Pemerintah Indonesia tetap diam mengenai topik ini, sampai minggu lalu ketika masalah ini diangkat di parlemen. (tempo.co, 24/12/2018)
Sungguh nyawa kaum muslimin begitu murah dan darahnya begitu mudah ditumpahkan. Tak ada yang berusaha untuk menghentikan kekejaman tersebut. Kalaupun ada, paling keras adalah mengutuknya. Namun saat ini, mengutuknya pun sudah tak dilakukan lagi. Padahal tragedi kemanusiaan yaitu genocida pada etnis muslim terpampang jelas dan nyata di depan mata. Fakta tentang sikap diamnya dunia Islam terhadap kekejaman Cina atas Muslim Uighur, juga derita Muslim Rohingya dan Palestina menjadi bukti yang menegaskan bagi umat Islam seluruh dunia, bahwa sungguh saat tiada khilafah, umat Islam tak punya perisai/pelindung. Bahkan tidak bisa berharap perlindungan dan pembelaan dari negeri muslim terbesar seperti Indonesia untuk menyelamatkan saudara muslim Rohingya. Posisi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN maupun anggota Dewan Keamanan pun tidak berpengaruh terhadap sikap pembelaannnya. Konon besarnya dana yang digelontorkan oleh Cina kepada berbagai negeri muslim, telah membuat mereka diam seribu bahasa atas kekejaman cina. Bahkan tidak mau ikut campur pada urusan negara lain turut dijadikan alasan sikap bungkam mereka. Perbedaan negara dan batas-batas teritorial telah mematikan rasa persaudaraan kita. Ayat dan hadis Rasulullah yang mulia tentang persaudaraan sesama muslim hanya menjadi jargon belaka yang tak tampak realitasnya. Protes justru datang dari Gambia, sebuah negeri kecil yang jauh di benua Afrika Barat. Gambia telah mengajukan gugatan kasus terhadap Myanmar di International Court of Justice (ICJ) atau Pengadilan Internasional di Belanda. Dalam gugatannya, pasukan Myanmar dituduh melakukan genosida terhadap komunitas Muslim Rohingya—yang oleh negara itu disebut sebagai orang-orang Bengali—selama konflik di Rakhine pada 2016 dan 2017. Gambia mengajukan gugatan genosida terhadap Myanmar atas nama Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara, termasuk Indonesia.(international.sindonews.com, 13/12/2019). Bila negeri kecil seperti Gambia saja bisa menunjukkan protes dan menggugat kekejaman Myanmar terhadap Rohingya melalui lembaga dunia, seharusnya sikap tegas tersebut bisa menggugah seluruh dunia Islam untuk bersikap lebih baik sebagai manifestasi ukhuwah Islamiyah.
Pentingnya Perisai Umat Berbagai kekejaman dan penindasan yang terjadi pada umat Islam di berbagai wilayah, mestinya menjadi pelajaran dan renungan yang mendalam bagi umat Islam saat ini, bahwa sungguh tak ada kehormatan dan kemuliaan bagi kaum muslim tanpa tegaknya Islam. Perisai yang senantiasa menjaga umat tidak ada. Dan perisai umat tersebut bernama Khilafah.
Bungkamnya para pemimpin negeri-negeri muslim dengan beragam alasan, merupakan bukti bahwa sungguh penguasa saat ini tidak mempunyai kekuatan dan tak menunjukkan kepeduliannya terhadap berbagai penindasan tersebut. Perbedaan wilayah telah memasung ukhuwah Islamiyah diantara kaum muslimin. Kita hanya bisa menonton berbagai penindasan tersebut tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali mendoakan. Padahal jumlah tentara kaum muslimin di berbagai belahan dunia ini banyak. Namun, mereka pun tak bisa melakukan sesuatu untuk menolong saudara kita yang dizholimi.
Maka selama perisai umat ini tidak ada, maka selama itu pula kaum muslim akan terus ditindas dan dizolimi. Yang paling miris, dengan berbagai penindasan yang dialami kaum muslim tersebut, justru perisai umat ini dituduh sebagai ajaran radikal dan berbahaya. Bagaimana mungkin sistem yang menerapkan aturan Allah dianggap berbahaya? Tentulah tuduhan tersebut tak berdasar.
Sejarah telah mencatat, bagaimana ketika perisai umat itu ada. Pada tahun 837, Khalifah al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar, yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris yang terus terngiang dalam telinga seorang muslim: “waa Mu’tashimaah!” (di mana engkau wahai Mutashim… Tolonglah aku!)
Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), begitu besarnya pasukan yang dikerahkan oleh khalifah. Catatan sejarah menyatakan di bulan April, 833 Masehi, kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada Muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.
Benar apa yang dikatakan Rasulullah Saw “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi Saw bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Begitu banyak jumlah umat Islam saat ini, tapi tak mampu untuk menghentikan kezaliman kaum kuffar dan musyrik. Pihak kaum kuffar pada hakekatnya tidak akan pernah sanggup melakukan apapun terhadap ‘izzul Islam wal muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) andaikan ummat ini benar-benar beriman dan yakin akan janji Allah.
Wallahu ‘alam bishowwab
Oleh: Ummu Salman (IRT)