OLEH YAMIN INDAS
PULAU Bokori di Sulawesi Tenggara maju pesat sebagai tujuan wisata. Pembangunan jalan ruas Kendari-Toronipa akan lebih mendorong lagi perkembangan tersebut. Sebab ruas jalan yang lebarnya minimal 27 meter itu melintasi Desa Bajo Indah, lokasi pelabuhan khusus wisata ke Pulau Bokori yang dibangun di era Gubernur Nur Alam. Maka, perjalanan ke Bokori dan pulau-pulau lain, akan jauh lebih mudah.
Bokori, pulau berpasir putih dan tak berpenghuni dibangun mulai tahun 2015. Pulau itu kemudian dibanjiri pengunjung setiap hari libur. Pada tahun 2018, Dinas Pariwisata Sultra telah membukukan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sekitar Rp 400 juta dari destinasi wisata tersebut. Tahun 2019 disebutkan kas Pemprov Sultra terisi hampir Rp 1 miliar dari sumber baru PAD tadi.
Gagasan Gubernur Sultra Ali Mazi membangun jalan raya Kendari-Toronipa sepanjang 14,6 Km, patut diapresiasi. Gagasan itu menunjang konektivitas obyek-obyek wisata pantai dan pulau-pulau, termasuk Bokori di ambang masuk Teluk Kendari yang indah.
“Memang sudah seperti itu tujuan Pak Gubernur membangun jalan poros Kendati-Toronipa”, ujar Kadis Perhubungan Sultra Hado Hasina. Banyak potensi pariwisata yang bisa berkembang menyusul pembangunan infrastruktur jalan poros ini.
Itu berarti, langkah Ali Mazi merupakan implementasi kebijakan Presiden Joko Widodo di sektor pariwisata. Sektor ini menjadi prioritas Presiden karena mendorong kegiatan dan partumbuhan ekonomi masyarakat hingga peningkatan devisa negara.
Menurut Hado, salah satu strategi pembangunan pariwisata adalah aksesibilitas. Strategi lainnya yang harus diupayakan sebuah destinasi wisata adalah fasilitas dan daya tarik. Ali Mazi melihat, lanjut Kadis Perhubungan Sultra, prioritas pembangunan pariwisata di provinsi ini adalah aksesibilitas dan konektivitas jaringan infrastruktur jalan. Namun, seiring dengan itu juga harus segera disiapkan fasilitas dan pembenahan obyek-obyek wisata, agar daya tariknya makin tinggi.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Kehadiran infrastruktur jalan ruas Kendari-Toronipa akan menunjang kegiatan investasi pihak swasta di bidang pariwisata serta mendorong pula kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar obyek wisata.
Rencana pembangunan jalan poros Kendari-Toronipa pada awalnya mendapat sorotan masyarakat karena bakal menelan biaya besar. Pasalnya, lebar jalan direncanakan 40 meter, dan sebagian badan jalan (sekitar 5-6 Km) akan dibangun di atas laut. Maka, pembangunan jalan yang panjangnya hanya 14,6 Km diperkirakan bakal menelan biaya hampir Rp 4 triliun.
Tapi Ali Mazi segera merespons reaksi masyarakat tersebut. Setelah didiskusikan dengan staf, dia pun mengubah kebijakan dengan berfokus pada peningkatan kualitas jalan Kendari-Toronipa yang sudah ada selama ini. Kegiatan fisik pra-konstruksi adalah pelebaran dan pelurusan badan jalan. Sedangkan perumahan warga yang terdampak kegiatan ini disedikan ganti rugi atas tanah maupun bangunan rumah maupun aset lainnya.
Perubahan kebijakan itu disambut baik berbagai kalangan masyarakat. Warga di sepanjang jalan justru bersuka cita karena di depan rumahnya bakal terhampar jalan mulus dan lebar. Lebih dari itu mereka juga mendapatkan ganti rugi atas tanah maupun bangunan rumah dan aset lainnya yang terkena proyek ini.
Menurut Hado Hasina sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan Jalan Kendari-Toronipa, ada warga yang menerima ganti rugi hingga Rp 1 miliar. Karena itu, warga merasa memiliki jalan raya yang tahun ini diperkirakan selesai dikerjakan. Infrastruktur ini akan lebih memudahkan warga menjalankan aktivitas sosial dan ekonomi.
Infrastruktur tersebut dapat merangsang kegiatan investasi di bidang pariwiata. Antara lain penyediaan alat angkutan laut seperti cruise ship (kapal pesiar) berkapasitas maksimal 60 seat, untuk dioperasikan ke pulau-pulau wisata. “Kita yang akan atur izin operasinya”, ujar Kadis Perhubungan Sultra.
Warga setempat tetap akan berperan aktif mengoperasikan alat angkutan berupa perahu bermotor hingga kapal kayu, seperti yang sudah berjalan selama ini dalam melayani para pengunjung Pulau Bokori.
Selain bidang transportasi, partisipasi swasta dan warga pada umumnya juga diharapkan berperan dalam bisnis penyediaan fasilitas di lokasi obyek-obyek wisata seperti homestay, villa, dan lapak-lapak kuliner. Fasilitas tersebut harus diupayakan sedapat mungkin menyelaraskan keindahan alam setempat.
Terkait dengan daya tarik obyek wisata, seperti mengandalkan keindahan alam pantai dan laut, tradisi dan budaya masyarakat sekitar juga harus mendapatkan pembinaan yang baik agar lebih menarik dan mengesankan para pengunjung. Instansi terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata perlu lebih idealis dan kreatif untuk menangani perihal tersebut.
Kecuali pantai Toronipa yang berpasir putih, obyek wisata di pulau-pulau sekitarnya cukup menjanjikan keindahan alam yang menyejukkan. Pulau Bokori adalah salah satu di antaranya. Jaraknya hanya kurang lebih 5 mil dari Teluk Kendari. Jarak terdekat adalah dari Desa Bajo Indah di daratan besar, hanya ditempuh 7 menit dengan perahu motor berkekuatan mesin 30 PK.
Di desa itu telah dibangun pelabuhan khusus wisata di era Gubernur Nur Alam. Selain itu dilakukan pula penataan perumahan Desa Bajo Indah agar nyaman bagi para pengunjung. Menurut Hado, sebuah perusahaan cet dari Jakarta akan membuat desa itu berwarna warni seperti yang telah dilakukannya terhadap pusat kerajinan tenun kain adat Buton di Kelurahan Sulaa, Kota Baubau.
Pelabuhan khusus itu belum rampung pembangunannya saat jabatan Nur Alam berakhir sebagai Gubernur Sultra. Namun demikian, pelabuhan itu telah melancarkan keberangkatan dan kedatangan armada angkutan para pengunjung Pulau Bokori.
Bagi pemerintah, pelabuhan khusus itu berfungsi sebagai pengendali lalu lintas angkutan laut maupun darat dalam rangka menjaga keselamatan dan kenyamanan pengguna angkutan. Kecuali itu, ia juga menjadi tempat pemungutan retribusi secara tertib.
Kadis Perhubungan Sultra Hado Hasina mengatakan, pelabuhan khusus wisata Bajo Indah tidak hanya melayani pengunjung Pulau Bokori tetapi juga pulau-pulau lain sekitarnya seperti Pulau Hari, Pulau Saponda Darat dan Saponda Laut. Pulau agak jauh adalah Labengki di sebelah timur muara Sungai Lasolo.
Oleh sebab itu program pembangunan pelabuhan khusus wisata di Bajo Indah masih perlu dilanjutkan. Program itu meliputi pembuatan dermaga permanen, pembangunan rest area, dan infrastruktur transportasi lainnya dalam rangka menciptakan kenyamanan para pengunjung obyek-obyek wisata.
Ihwal penyediaan kenyamanan, akan diupayakan dengan membangun terminal atau rest area. Di situ ada ruang tunggu penumpang, kios-kios aneka kebutuhan kecil, lapak-lapak kuliner, toilet, mushalla, area parkir kendaraan pribadi, papan informasi, dan lain-lain.
Rest area adalah tempat beristirahat sejenak setelah melakukan perjalanan jauh. Untuk Bajo Indah, rest area berfungsi sebagai tempat transit sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata. Kemudahan atau fasilitas yang tersedia di sini hampir sama seperti yang dimiliki terminal pada umumnya.
Dari pelabuhan khusus wisata di Bajo Indah, para calon pengunjung akan memilih pulau atau obyek yang akan didatangi. Pulau Bokori lebih dekat, hanya hitungan menit untuk sampai ke sana seperti disebutkan sebelumnya.
Di pulau itu banyak villa yang dibangun dinas-dinas provinsi sesuai arahan Gubernur Sultra (Nur Alam waktu itu), ada restoran yang dibangun dengan dana dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, lapak-lapak kuliner, ski boat dll.
Hado sendiri punya 5 unit villa di Bokori. Villa tersebut akan diserahkan kepada pengelola Pulau Bokori jika biaya pembangunannya dikembalikan setelah disesuaikan dengan harga yang berlaku. Pengelola Pulau Bokori saat ini masih Dinas Pariwisata Provinsi.
Perjalanan ke pelabuhan wisata Bajo Indah akan lebih lancar jika ruas Kendari-Toronipa telah selesai dibangun. Di Kota Kendari ruas ini mentok di simpang tiga Masjid Raya Kota Lama. Dari sini ke pelabuhan Bajo Indah hanya sekitar 5 Km.
Selain Bokori, Pulau Labengki di Lasolo juga sudah mulai menggeliat sebagai obyek wisata. Dari pelabuhan khusus wisata di Bajo Indah ke Labengki bisa ditempuh kurang lebih satu jam dengan kapal pesiar.
Keindahan pantai dan hamparan Laut Banda yang nyaris tak bertepi di lihat dari Labengki adalah panorama alam yang akan menyambut para pengunjung. Laut di seputar Pulau Labengki merupakan taman laut yang bisa dinikmati dengan olahraga diving (menyelam). Aneka ragam terumbu karang terhampar di dasar laut Labengki.
Konon, kini sudah ada perusahaan yang beroperasi di pulau itu. Perusahaan tersebut telah memiliki fasilitas seperti homestay di sana. Selain itu dia juga menyediakan kapal bagi para pengunjung yang berangkat dari Kendari.
Sultra memiliki “Bali Baru” dalam program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Taman Laut Wakatobi. Pemerintah pusat akan membangun 10 lokasi KSPN, termasuk Wakatobi, secara bertahap. Sasarannya adalah pembangunan aksesbilitas dan sarana prasarana.
Kadis Perhubungan Sultra Dr Ir H Hado Hasina MT menyebutkan, di luar KSPN Wakatobi ada pula 4 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di Sultra, yaitu Kota Baubau dan sekitarnya, Kota Kendari dan sekitarnya yang mencakup Pulau Bokori, Pulau Hari, Pulau Saponda Darat dan Saponda Laut, dan Pulau Labengki.
Dua lainnya adalah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae di Bombana serta Kolaka dan sekitarnya. Di Kolaka terdapat salah satu industri nikel terbesar di dunia yang dikelola PT (Persero) Aneka Tambang (Antam). PT Antam ikut bermain di pasaran nikel dunia. Industri nikel itu menghasilkan feronikel yang kontennya lebih 90 persen nikel murni.
Bagi para kepala daerah yang terdiri atas gubernur, bupati dan walikota, membangun pariwisata di wilayahnya merupakan langkah nyata untuk membangkitkan perekonomian masyarakat. Sebab para wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengeluarkan biaya dalam perjalanan ke obyek wisata untuk keperluan transportasi, penginapan, makan minum, souvenir dll. Semua biaya itu jatuh langsung ke masyarakat. *
Jalan wisata Kendari-Toronipa kini telah menjadi kenyataan. Sepenggal ruas jalan itu melintasi pelabuhan khusus wisata di Desa Bajo Indah. Sosok dermaga pelabuhan khusus di depan jalan baru tersebut. Foto lain adalah Gubernur Ali Mazi dan Kadis Perhubungan Sultra Hado Hasina.
PUBLISHER: MAS’UD