Terlalu Cinta Harta Dan Kuasa Hanya Akan Membawa Petaka

Ari Wiwin

Member AMK Cileunyi Bandung

Terlalu cinta harta dan kekuasaan belum tentu membawa kebahagiaan, bisa saja akan membawa malapetaka yang lebih besar. Karena cinta harta hanya akan membawa manusia pada kemungkaran.

Salah satu perwujudannya adalah kecintaan manusia pada harta dan kekuasaan. Allah SWT berfirman : “Telah dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa saja yang diinginkan, yaitu : para wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (TQS Ali Imran (3): 14).

Setiap orang akan ditanyai di akhirat atas harta yang didapat, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan. Untuk itu hendaklah setiap Muslim ingat dan memenuhi pesan Rasul saw:

“Hai manusia, sungguh salah seorang di antara kalian tidak akan mati sampai Allah menyempurnakan rezekinya. Karena itu janganlah kalian menganggap lelet (datangnya) rezeki. Bertakwalah kepada Allah, hai manusia, dan baguslah dalam meminta. Ambillah apa saja yang halal dan tinggalkan apa yang haram” (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibnu Majah).

Cinta harta berlebihan bisa mendorong orang untuk memperoleh harta tanpa peduli halal haram. Orang yang mencari harta dengan jalan yang haram tentu berdosa dan menanggung akibatnya di dunia dan di akhirat. Di antara akibat di dunia yang harus ditanggung adalah dicabutnya keberkahan. Salah satu contoh adalah korupsi, bisa mengakibatkan dharar (bahaya), misalnya ketika yang di korupsi adalah dana pembangunan proyek tertentu. Karena dikorupsi, boleh jadi kualitas bangunan dan fasilitas menurun, yang akibatnya bisa menimbulkan bahaya dan malapetaka bagi masyarakat. Semua itu salah satu faktor pendorong terbesarnya, adalah cinta harta yang berlebihan.

Bukan hanya cinta harta, korupsi juga dipengaruhi oleh hasrat atas kekuasaan atau jabatan. Dalam sistem demokrasi saat ini kekuasaan pilitik sangat dipengaruhi oleh unsur popularitas dan kampanye. Untuk itu dibutuhkan dana besar. Diduga salah satu caranya adalah dengan kolusi dan memanfaatkan kekuasaan untuk mendapatkan harta. Hal itu dibuktikan antara lain oleh kasus korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR atau DPRD selama tahun 2018, setahun menjelang Pemilu.

Cinta kekuasaan juga akan mendorong penguasa untuk mempertahankan kekuasaan selama mungkin, baik tetap ada di tanganya atau di tangan keluarga, kroni atau koleganya. Dari situ lahirlah politik dinasti atau kroni. Jabatan dan kekuasaan adalah amanah. Berat pertanggungjawabanya. Di dalam Islam, jabatan dan kekuasaan merupakan amanah.

Rasulullah saw, juga memperingatkan:

“Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan mereka, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya”. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hal ini kaum Muslim wajib terus melakukan amar makruf nahi munkar. Nabi saw bersabda:

‘Hendaklah kalian melekukan amar makruf nahi mungkar. Kalu tidak, Allah akan menjadikan orang-orang yang paling jahat di antara kalian berkuasa atas kalian, kemudian orang-orang baik di antara kalian berdoa, tetapi doa mereka tidak dikabulkan”. (HR Ahmad).

Kaum Muslim pun wajib memperjuangakan syariah Islam agar segera bisa diterapkan secara kaffah. Dengan itu cinta harta dan kekuasaan dapat dikelola dengan benar sehingga menjadi berkah.

Wallahhu a’lam bi ashshawab.