Tahun 2020 dan Makin Suramnya Nasib Rakyat

Tahun 2020 dan Makin Suramnya Nasib Rakyat
Intania Tahir

Berharap kebaikan namun berbuah duri. Dalam kepercayaan yang semu, mengobral segala. Ucap Manis namun diakhiri sebuah kesengsaraan. Hingga tersisakan harapan yang diserukan hanyalah Mimpi

Segala peristiwa dalam Negeri mengisyaratkan hilangnya kepercayaan yang diberi untuk Pemerintah.Di usia 74 Tahun, tidaklah menjadikan negeriku dewasa dalam menyikapi segala kebutuhan rakyat. Suara dan janji adalah tipuan pertama yang mematikan segala harapan. Iming-iming kesejahteraan hanyalah senjata yang dibuat oleh rezim yang berujung penderitaan semata. Bukankah Pemerintah harusnya menjadi tombak pelindungserta memberikan pemenuhan untuk kesejatraan rakyat? Lalu bagaimana dengan fakta yang terjadi sampai hari ini, apakah sesuai? Tidak, Rezim saat ini makin tak terkendali, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bukannya menjadi solusi namun malah menyulitkan. Hingga rakyat pun tertekan beban ekonomi dan kebutuhan menjadi masalah yang dihadapi sehari-hari.    Benarlah sebuah kiasan terkenal “Kerasnya kehidupan” dan “Penjajahan dinegeri sendiri”

Iklan KPU Sultra

Kebijakan Awal TahunYang Bertajuk Kesengsaraan

Selalu ada doa terbaik di awal tahun, menginginkan perubahannyata yang lebih baik lagi, namun drama negeri yang dimainkan rezim mengubah skenario doa.Sistem kapitalis menambah  penderitaan kalangan bawah. Banyaknya pengangguran yang menimbulkan tingginya kriminalitas,yang disebabkan ketidakmampuan menanggung biaya hidup yang kian meningkat.Baru-baru ini pemerintah telah menyiapkan kado spesial awal tahun baru melalui wacana kebijakannya.

Pemerintah tengah mengkaji rencana pengupahan baru berbasis produktivitas. Diwacanakan sistem pengupahan tidak lagi hitungan bulan, namun dirubah menjadi per jam. Sistem pengupahan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah upah bulanan. Melalui sistem bulanan pekerja mendapatkan gaji tetap dengan nilai tertentu ditambah dengan insentif. Pengupahan yang bersifat pukul rata ini menyebabkan pekerja yang tidak masuk seminggu pun akan mendapatkan upah yang sama dengan pekerja yang tidak pernah izin sama sekali. Barangkali yang membedakan hanyalah insentif harian saja. (CNBC Indonesia, 31/10/2019)

Kembali Pada Solusi Islam

Indikator menjadi negara maju ditentukan pula oleh ekonomi penduduk dalam negeri. Tak diragukan pula di Indonesia kekayaan alamnya sangat baik, yang harusnya kekayaan itu bisa membantu pemenuhan kebutuhan hidup.Namun, fakta yang ada sampai saat ini masih ada pula penduduk yang mengalami problematika kebutuhan Sebagai contoh ada saja penduduk mengalami busung lapar.Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran naik 50 ribu orang per Agustus 2019.

Alhasil dengan kenaikan tersebut, jumlah pengangguran meningkat dari 7 juta orang pada Agustus 2018 lalu menjadi 7,05 juta orang. Hal ini bukankah menandakan Rezim telah gagal mengsejatrakan  rakyat atau dengan kata lain telah gagal melakukan tugasnya. Sistem kapitalis ternilai buruk dan tak memberikan solusi dalam kesejatraan rakyat, karena tidak memiliki wadah atau tumpuan dalam pengeluaran kebijakan.Islam adalah solusi problematika umat.

Prinsip kebijakan ekonomi Islam meliputi: Allah SWT  sebagai penguasa tertinggi serta pemilik absolut seluruh alam semesta sedangkan manusia hanyalah khalifah, menghilangkan unsur riba, kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun, serta menetapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat melegimitasi berbagai konflik individu.

Adapun dalam kepemimpinan Umar bin Khattab yang hidupnya sangat sederhana, pakaian yang dipakainya terdapat 21 tambalan, hadiah yang dikirimkan oleh gubernur yang bernama Utbah bin Farqad dari Azerbaijan dikembalikan untuk dapat dinikmati rakyat. Dia orang pertama yang lapar, jika rakyatnya lapar, dan orang terakhir yang kenyang jika rakyatnya kenyang. Beliau memiliki hati nurani yang kuat yang tercermin dalam falsafah hidupnya “Bagaimana aku bisa mengurusi orang-orang itu jika apa yang menimpa mereka tidak menimpa diriku”. Umar tidak menjadikan pemerintahannya sebagai padang rumput yang mubah dan buruan yang bebas.

Seharusnya pemerintah mengambil teladan dari sikap Umar  Bin Khattab. Firman Allah SWT di surat An-nisa ayat 58 : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Semoga penguasa negeri ini tidak hanya beridentitaskan muslim namun mau menjadikan Islam sebagai solusi negeri. Bukan malah alergi terhadap ajaran Islam dan mengkambing hitamkan ajaran Islam seperti khilafah sebagai masalah utama di negeri ini.Wallahu ‘alam bishowab

Oleh : Intaniah Tahir