Oleh : Agung Andayani
Sungguh menjelang tahun baru masehi 2020 disambut dengan hujan lebat hampir merata diseluruh Negeri. Banjir dan tanah longsor menghiasi layar televisi. Dan ternyata di awal bulan 2020 ini tabir kerusakan kebobrokan berlahan pasti mulai satu persatu bermunculan. Mulai dari kasus jiwasraya yang merugikan negara triliunan dan sejumlah BUMN mengalami kerugian. OTT komisioner KPU dan sepertinya kasus korupsi tak ada henti-hentinya. Begitu juga dengan hutang ribawi semakin meningkat pada akhir oktober 2019 sudah mencapai 4.756 T. Masi ada lagi 22 juta rakyat kelaparan padahal Indonesia negera kaya akan SDA. Bahkan untuk menjaga teras negara disebelah kelautan natuna yang sedang diobok-obok saja tunduk. Seakan-akan memberi isyarat bahwa pandangan kedepan semakin suram saja. Di tambah lagi dengan berbagai kenaikan mulai dari tarif listrik, iuran BPJS, tarif sejumlah tol, harga plastik, tiket pesawat maka otomatis membuat kebutuhan pokok pun ikut ikutan naik harganya.
Pada akhirnya rakyat menjerit dan kritik pun dilontarkan kepenguasa akibat dari kegagalan pembangunan dari beragam aspek. Seperti banjir yang terjadi diwilayah jabotabek dan tol cikampek pun ikutan terendam banjir. Secara teknis penyebab banjir adanya kerusakan lingkungan, minimnya daerah resapan air dan sebagainya. Selain itu kemenhub memaparkan bahwa proyek kereta cepat mempunyai peran andil dalam banjir diawal tahun ini. Kasus korupsi ibarat seperti gunung es dan lembaga KPK dilemahkan taringnya dengan kebijakan dan UU. Di badan BUMN tak luput merugi, negara dalam jebakan hutang , APBN defisit dan sebagainya.
Apa penyebab kegagalan semua ini? Sistem apakah yang diadopsi negara? Kenapa kita tidak belajar dari kegagalan demi kegagalan kepada sistem yang telah diterapkan sekarang?
Bukan rahasia lagi bahwa saat ini Indonesia mengadopsi sistem sekuler kapitalis. Sistem ini juga diadopsi oleh banyak negara termasuk di wilayah timur tengah dan bisa kita saksikan buah dari kerusakan sistem sekuler kapitalis. Termasuk di negara Amerika kiblatnya sistem sekuler kapitalis, dampak dari luar seolah-olah negara maju yang tidak memiliki masalahl. Begitu masuk kedalamnya luar biasa kerusakan mulai dari individunya banyak tindak kriminalitas, tunawisna/gelandangan, pengangguran begitu juga gep antara si kaya dan si miskin, ternyata AS ini juga dililit hutang. Begitulah jika sistem sekuler kapitalis diterapkan yang nampak adalah kerusakan.
Dan anehnya di negeri + 62 semua kerusakan, kekacuan dan kegagalan dinegeri ini yang disalahkan adalah FPI, radikal dan sistem Islam/khilafah. Dan yang dimusuhi adalah parapendukung sistem islam. Nampak yang dilontarkan oleh Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang hingga hari ini masih dipertanyakan perihal urgensitas lembaga tersebut dengan lantang mengusir pendukung Khilafah.“Jadi untuk apa hidup di Indonesia ini. Jangan rusak negara ini. Pergilah kalian!” kata Megawati saat menyampaikan sambutan di Gedung Konvensi TMP Kalibata, Jakarta, Senin (9/12/2019). (Kumparan.com, 9/12/2019).
Begitu cintanya rakyat pada negeri ini, tidak sekedar kritik rakyat juga memberikan solusi. Mari kita bertobat kembali ke Tuhan Yang Maha Esa yang terdapat pada pandacila sila 1. Kembali kepada aturanNya dan menerapkan semua hukum-hukumNya. Mulai dari tatanan individu, masyarakat maupun negara. Karena Islam agama yang sempurna, “…..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagi kalian……”(Qs. Al maidah ayat 3).