Oleh: Sumarni, S.Pd. (Pengajar)
Sedih rasanya saat mendengar seorang tokoh nasional berkata “agama musuh terbesar pancasila bukan kesukuan” di negeri ini menjadi haighlight beberapa waktu lalu (CNNIndonesia,14/02/2020).
Ironi negeri bertuhan yang menjunjung tinggi agama, salah seorang tokohnya justru memandang agama adalah musuh terbesar Pancasila. Padahal orang yang menganut (baca: agama) di negeri ini dijamin oleh konstitusi dan undang-undang.
Pernyataan semacam ini jelas saja dapat menyulut perpecahan dan menimbulkan kegaduhan. Hal senada juga dikatakan oleh ketua DPP partai Demokrat Jansen Sitindaon menyayangkan keberadaan BPIP hanya membuat gaduh dan menurutnya kerukunan di kalangan masyarakat menurun di pemerintahan Jokowi (CNNIndonesia,13/02/2020).
Terlebih lagi pernyataan kontroversial ini jelasnya menyakiti dan melukai umat beragama. Pasalnya keberadaan agama sepanjang sejarah di negeri ini tidak pernah mengganggu berlangsungnya Ideologi pancasila. Atau setidaknya tidak ada satupun tokoh yang mengatakan bahwa agama musuh pancasila.
Kapitalisme Menciptakan Sekulerisme
Kapitalisme meniscayakan adanya pemisahan agama dari kehidupan . Semenjak kelahirannya memang menuntut hilangnya peran agama dalam kehidupan terutama dalam politik.
Maka tak heran, kini peran agama dinihilkan perannya dikehidupan publik. Agama malah dianggap musuh apabila mengatur urusan umat, terlebih mau mengatur bangsa dan negara. Menjadi hal yang harus dihilangkan kiprahnya.
Demikian ide sekulernya (memisahkan peran agama dalam kehidupan) menjadi landasan untuk menopang kapitalisme ini. Maka wajar hari ini kita mendapati pancasila coba dibenturkan dengan agama.
Karenanya mendapati para gembong sekuler dihari ini tidaklah susah bahkan tumbuh subur dan terus bermunculan. Pancasila dibawah demokrasi hanya dijadikan alat kekuasaan.
Dengan berdalih menjaga keutuhan negara, pancasila dijadikan tameng untuk menepis dan memberangus isu kegamaan (Islam Ideologi). Maraknya ulama-ulama yang hanif dipersekusi, aktivis dakwah tereliminasi DO hanya karena dakwah Islam kaffah, kajian keislaman banyak dibubarkan dengan dalih menjaga persatuan dan kedamaian, bahkan sampai beberapa ustad dicekal dan dilarang mengisi kajian. Ini semua menjadi dasar, sistem sekuler memusuhi agama.
Praktis, jika menggunakan kacamata jeli “agama sebagai musuh pancasila” bidikannya dialamatkan pada agama Islam bukan agama lainnya. Jika demikian patut dipertanyakan apakah benar agama musuh terbesar pancasila?, benarkah agama musuh negara ini?
Tentu jawabannya tidak!, ini semua ulah sistem kapitalisme demokrasi yang direrapkan oleh negeri ini, juga sukses memproduksi para gembong sekuler. Bukankah ada pertanyaan yang lebih pantas kita pertanyakan yang sifatnya lebih urgen; apakah tumbuh suburnya korupsi bukan musuh pancasila?, apakah timbulnya kerusakan dan perpecahan bukan musuh pancasila?,
Apakah kemiskinan yang merajalela bukan musuh pancasila?, apakah kesehatan kian mahal bukan musuh pancasila? dan lagi apakah yang merampok SDA dan menjual aset negara pada asing bukan musuh pancasila?.Justru hal ini, jauh lebih berbahaya dan seharusnya menjadi musuh terbesar negara.
Islam Sistem Ideal
Semestinya kaum muslim menyadari bahwa Islam sebagai din sempurna sekaligus Ideologi sebagai satu-satunya sistem sebagai solusi masalah bangsa yang komplit yang terjadi hari ini. Melalui tiga pilarnya negara akan menyelesaikan masalah terlebih dahulu dibereskan dengan meningkatkan ketakwaan setiap Individu.
Sehingga tiap individu memiliki ruh keimanan yang kokoh. Agama menjadi hak pokok untuk dipilih setiap rakyat yang menjadi keyakinannya dan negara menjaminnya. Sebagaimana Negara Islam telah mempraktekkan dengan tiga agama yang disebut ‘tri religion’ (Islam, Yahudi, dan Nasrani) hidup rukun berdampingan selama berabad-abad dalam naungan kekuasaan Islam.
Tidak ada diskriminasi dan permusuhan antar ketiga agama itu. Ini karena negara menjamin akidah dan melindunginya, tidak ada pemaksaan dan penindasan untuk mengikuti agama (Islam) sebagai agama mayoritas apalagi sampai memusuhi agama tertentu.
Kontrol masyarakat pun kompak dilaksanakan rakyat sebagai wujud amar ma’ruf menumpas kemungkaran. Sehingga tercipta masyarakat yang bertakwa dan menciptakan kerukunan antar umat beragama dalam negeri.
Terakhir, sudah tentu adalah negara yang menerapkan syariat Islam. Yaitu Khalifah menerapkan hukum Islam dengan panduan Alquran dan As-Sunah dan rakyat menaatinya. Ditambah peran negara amat kokoh dalam menjamin ketertiban dan keamanan. Negara memastikan seluruh elemen terpenuhi hajadnya baik itu kebutuhan pokoknya maupun kebutuhan akan rasa aman, kesehatan, pendidikan serta seluruh kebutuhan fasilitas umum yang dibutuhkan oleh rakyat. Sehingga tidak ada oknum individu atau kelompok tertentu yang berprofesi menimbulkan konflik dan kegaduhan didalam negeri.
Sayangnya ketiga pilar negara ini tak akan menjadi solusi ideal jika negeri ini masih berjibaku dengan kapitalisme nya. Selama kapitalisme di adopsi maka sistem Islam akan selalu dicampahkan. Wallahua’lam biassawab[].