Stop Sadisme Dunia Anak

Oleh : Hawilawati, S.Pd.

(Muslimah Peduli Generasi)

Iklan KPU Sultra

Dilansir KOMPAS.TV – Seorang remaja putri berusia 15 tahun mengaku telah membunuh bocah berusia 5 tahun di rumahnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pelaku menyerahkan diri setelah membunuh bocah tersebut. (kompas.tv 07/03/20)

Penuturan pelakupun saat ditanya pihak kepolisian,  melakukan tindakan sadis tersebut dalam keadaan sadar, ia tidak menyesali diri bahkan puas membunuh.

Saat ini terus dilakukan penyelidikan dan psikis gadis tersebut. Alat yang digunakan untuk membunuh dan buku harian yang memuat curahan hatinya-pun menjadi barang bukti.

Kaedah kausalitas berlaku, Ada sebab dan akibat. Kejahatan terjadi bukan tanpa sebab.

Berdasarkan beberapa sumber, sang gadis melakukan perbuatan sadis terinspirasi dari film yang berkonten pembunuhan. Ternyata  gadis tersebut  mengidolakan  tokoh sadis Slender Man dalam film horor penculikan remaja, yang memiliki karakter supernatural fiksi yang digambarkan  sosok kurus tanpa wajah. Iapun menyukai film horor Chucky, arwah pembunuh berantai yang merasuk dalam tubuh boneka.

Ironisnya  pembunuhan yang dilakukan sudah direncanakan sebelumnya. Tentu ini adalah perilaku yang tidak biasa dilakukan oleh remaja putri pada umumnya, yang sudah menanam benih-benih otak kejahatan.

Dalam agama apapun, pembunuhan tidaklah dibenarkan. Menghilangkan nyawa seseorang adalah perbuatan keji. Dalam Islam, Membunuh  manusia yang tak bersalah seakan-akan membunuh manusia seluruhnya, yang tentu mendatangkan dosa besar bagi pelakunya.

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (QS: Al-Maidah: 32).

Penyebab  kejahatan tidak hanya semata-mata menonton film horor penuh kesadisan. Justru penyebab terbesar adalah adanya sistem

sekuler kapitalis yang bercokol kuat di negeri ini, yang membebaskan film sadisme berseliweran dan melahirkan lemahnya iman seseorang, sehingga  tidak mampu membedakan perkara yang baik dan buruk, perkara yang mendatangkan mudhorot dan maslahat.

Sekuler kapitalisme adalah sebuah sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan, sehingga  manusia  bebas bertindak dan berkarya suka-suka karena dianggap ini adalah kebebasan berekspresi, akibatnya banyak manusia yang kebablasan melampaui batas.

Film adalah hasil karya manusia, yang memiliki nilai-nilai seni dan umunya memenuhi selera pasar, Disinilah seharusnya film sebagai media audio visual harus memiliki konten pesan yang jelas penuh kebaikan.

Zaman internet, zaman digital memudahkan orang tuk mengakses segala tontonan dengan mudah.Jika tontonan penuh kekerasan mudah di akses oleh siapapun tentu sangat berbahaya. Sejatinya remaja adalah masa  yang seharusnya mesksplorasi potensi dirinya dengan aktivitas positif, namun pengaruh negatif telah merasuki dirinya.

Sungguh kejahatan ini menyedihkan  banyak pihak, tidak hanya keluarga korban, tapi juga orangtua pelaku, masyarakat dan negara. Begitu banyak pihak yang bertanggung jawab terhadap perilaku rusak generasi.

Sadisme di negeri ini seakan menjadi hal lumrah, ini tidak boleh dibiarkan. Semua pihak harus menjaga generasi agar tak lahir kembali tindakan sadisme.

Dunia pendidikan sangat berperan besar, memberikan pemahaman perkara baik dan buruk, sedari dini (usia pra sekolah), agar remaja tumbuh menjadi manusia yang beradab manusiawi.

Mari menjadi Orangtua yang selalu peduli terhadap aktivitas anak-anaknya, kontrol apa bacaannya, tontonannya dan komunitas bergaulnya. Arahkan kegiatan positif dengan berinteraksi dengan teman yang baik dan interaksi  lingkungan, sehingga  potensi dan energi di kerahkan penuh kebaikan.

Kita juga jangan merasa tenang jika anak-anaknya anteng, pasif, hari-harinya habis untuk berinteraksi dengan gawai atau banyak menonton.

Masyarakatpun harus memiliki peduli tinggi, tidak turut membiarkan generasi menonton berbagai  film  suka-suka mereka, hingga di fasilitasi dengan warnet-warnet tanpa ada filter.

Ketiadaan syariat Allah dalam kehidupan manusia maka akan membuat perilaku manusia bebas tidak manusiawi. Disadari atau tidak sekuler kapitalis yang menjadi pijakan negeri ini hanyalah akan menciptakan kerusakan hidup bagi individu, keluarga, generasi, masyarakat dan negerinya sendiri.

Karena baik buruk hanya diukur  dari suka atau tidak suka, pantas atau tidak pantas menurut khalayak umum. Dan segala pandang diukur dari besar sedikitnya menghasilkan materi, tanpa memandang hasil karya atau perbuatan tersebut diperbolehkan dalam agama atau tidak.

Penguasa juga berperan besar dalam menetapkan Kurikulum pendidikan. Karena kurikulum adalah ruh bangsa akan menghasilkan generasi seperti apa, semua tergantung dari visi kurikulum. Pun dalam komponen kurikulum yaitu  konten mata pelajaran, tidak hanya sekedar  mencerdaskan dan bisa bersaing di dunia kerja,  tapi yang utama  mampu mensholihkan jiwa generasinya. Disinilah karakter generasi berkualitas, tidak hanya unggul dalam prestasi akademik tapi unggul dalam kesholihannya.

Andil besar penguasa juga harus nyata, agar tidak mengizinkan film-film berkonten kekerasan pembunuhan, pornografi, pornoaksi, verbal kotor bebas tayang dan mudah di akses. Karena hal itu akan meracuni dan merusak akal generasi.

Jika semua peduli, berupaya menghentikan tindakan sadis di dunia anak, bersinergi membangun dan menjaga  karakter  generasi berdasarkan agama sebagai standar perbuatan manusia,  maka tak akan berseliweran perkara dan kabar-kabar sadis nan menyakitkan di dunia anak. wallahu’alam bishowab.