Mengambil Hikmah di Balik Wabah

Oleh: Fitri Suryani, S.Pd

(Guru dan Penulis Asal Kabupaten Konawe, Sultra)

Corona, makhluk kecil yang tak kasatmata itu membuat dunia kelabakan. Bagaimana tidak, menurut data Worldometers, ada sebanyak 198 negara yang telah mengonfirmasi kasus positif Covid-19 (Kompas.com, 26/03/2020). Sungguh virus tersebut telah membuat penduduk dunia kian resah, apalagi jumlah korbannya mengalami peningkatan yang signifikan tiap harinya.

Sebagaimana mengutip Worldometers, Kamis pagi, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia menunjukkan bahwa jumlah pasien positif 3.208.977 orang, meninggal dunia 227.628 orang, dan sembuh 997.181 orang (Kompas.com, 30/04/2020).

Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia pun terus meningkat. Pada Kamis (30/4/2020), tercatat 10.118 kasus positif, 1.522 sembuh, dan 792 meninggal (Detik.com, 30/04/2020).

Semetara itu, kasus konfirmasi positif Corona atau COVID-19 di Sulawesi Tenggara (Sultra) total kasusnya mencapai 62 orang hingga Kamis (30/4) pukul 17.00 WITA, kasus sembuh menjadi 11 orang, dan kasus meninggal tetap dua orang atau tidak ada penambahan (Kumparan.com, 30/04/2020).

Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 dan yang meninggal setiap harinya selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Tak terkecuali mereka yang terjun langsung sebagai garda terdepan dalam penanganan kasus Covid-19, yakni tenaga medis, yang tak luput pula menjadi korban dalam kasus tersebut.

Dari adanya wabah tersebut, tentu tak sedikit masyarakat mengalami dampak, khususnya dari segi ekonomi dan yang paling merasakan efek tersebut jelas mereka yang berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Bagaimana tidak, aktivitas ekonomi jadi terhambat dan berefek pada terkendalanya masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Apalagi, tak sedikit perusahaan menutup sementara waktu usahanya atau bahkan mengalami kebangkrutan. Sehingga hal itu berdampak pada karyawan/buruh yang harus menerima kenyataan pahit saat mereka mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Begitu juga mereka yang bekerja sebagai pekerja harian. Ini sontak menambah daftar panjang pengangguran di negeri ini.

Namun, ada hal lain yang tidak biasa di saat masa pandemi ini. Karena saat wabah ini datang, masyarakat lebih banyak yang berempati kepada orang lain untuk dapat membantu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Karena ada saja di antara masyarakat yang rela merogoh kocek dari dana pribadi untuk membantu mereka yang membutuhkan, sebagai contoh adanya bagi-bagi sembako, alat pelindung diri (APD) seperti masker dan hand sanitizer.

Bahkan tak sedikit pula dari masyarakat baik yang sifatnya individu atau kelompok yang banyak membantu tenaga medis sebagai garda terdepan dalam menangani virus tersebut. Hal itu seperti pemberian cuma-cuma alat pelindung diri (APD), makanan, dan berbagai hal yang dapat menunjang aktivitas mereka agar lebih baik. Apakah itu dari sisi keselamatan mereka saat bekerja ataukah berhubungan dengan asupan yang dapat menjaga kesehatan fisik mereka.

Adanya rasa empati yang lebih besar tersebut tentu langka didapatkan saat hari-hari biasa. Sikap untuk saling membantu tersebut pun diharapkan tidak hanya ada saat wabah ini datang, tetapi pada hari-hari biasa saat tak ada wabah atau bencana.

Lebih dari itu, dari adanya wabah ini manusia seolah tak berdaya melawan musuh yang merupakan ciptaan-Nya, walau ukurannya sangat kecil dan tak kasatmata. Ini membuktikan bahwasanya manusia bersifat lemah dan terbatas. Sehingga dengan adanya wabah ini, tak sedikit manusia yang lebih banyak mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Fussilat ayat 51 yang artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.”

Semoga dengan adanya musibah ini, kita sebagai umat manusia yang beriman dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Sehingga dengan adanya wabah ini, bukan justru menjauh dari sang pencipta, tetapi harus lebih mendekatkan diri pada-Nya sembari berikhtiar agar mampu menyelesaikan masalah pandemi Covid-19 ini.

Oleh karena itu, tidaklah setiap musibah yang datang kepada umat manusia selalu bersifat buruk semua, namun ada sisi lain yang bisa diambil hikmah dari peristiwa tersebut, sehingga darinya manusia diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya. Wallahu a’lam bi ash-shawab.