Sudah lebih dari 6 bulan virus covid 19 menjelajahi dunia. Tercatat 93 juta kasus positif di seluruh dunia. Indonesia sendiri pertanggal 23 Juni sudah mencapai 47.896 positif covid. Dan angka tersebut terus bertambah, entah sampai kapan.
Dan para ahli pun berpandangan dengan melonjaknya jumlah kasus baru corona di berbagai daerah dikarenakan pelonggaran PSBB di tengah kondisi simpang siurnya kebijakan yang membingungkan dan ketidaksiapan masyarakat. Seperti misalnya kebijakan dilarang mudik tapi boleh pulang kampung, bandara dibuka dan transpotasi lainnya dibolehkan untuk beroperasi.
Dipihak pemerintah sendiri beralasan karena dianggap dapat diantisipasi dengan rapid tes yang masif dan pelacakan agresif yang dilakukan oleh pemerintah. Bukankah hal itu suatu tanggung jawab negara untuk melakukan tes dan melakukan pelacakan untuk memastikan individu yang terinfeksi agar tidak menularkan kepada individu yang sehat.
Pelaksanaan tes haruslah dengan biaya yang terjangkau dan kalo bisa gratis. Karena dana anggaran penanganan covid 19 begitu besar dan dalam kurun waktu 3 bulan telah berubah dari Rp 405 T menjadi Rp 667 T dan terakhir menjadi Rp 905 T. Sangat miris, dana yang begitu besar tetapi di lapangan ditemukan kasus meninggalnya seorang bayi dalam kandungan ibunya karena tidak mampu membayar tes covid sebagai persyaratan operasi persalinan.
Kemana larinya dana penanganan covid?
Berawal dari covid 19 yang telah menjadi pandemi dan saat ini dunia dilanda krisis disebabkannya. Di sini kekuatan ideologi yang diemban sedang diuji, dalam berhasil tidaknya menghadapi, menangani dan menyelesaikan covid.
Wuhan RRC (berideologi komunis) asal pertama munculnya covid telah kewalahan akibat banyaknya korban yang berjatuhan, ditambah lagi datang gelombang ke 2 covid 19 serta ancaman krisis didepan mata. Benua Eropa dan Amerika (berideologi kapitalis liberal) tidak jauh berbeda, ancaman krisis kesehatan menjalar kepada krisis yang lainnya seperti krisis ekonomi sampai krisis politik sudah nampak. Dengan kata lain, ideologi kapitalis dan komunis gagal.
Sementara itu ada ideologi islam (sistem khilafah) yang selama 13 abad telah berhasil diemban diterapkan dan berhasil dalam menghadapi wabah maupun krisis. Namun saat ini, dipandang sebelah mata. Terbukti dimasa kekhilafahan Umar bin Khatab telah berhasil menangani wabah sehingga wabah tidak sampai menjadi pandemi. Mau sampai kapan kita mempertahankan ideologi dan sistem yang telah terbukti tidak mampu menyelesaikan problem kehidupan ini?
Oleh : Agung Andayani