Tragedi Srebenica, Umat Butuh Khilafah

Agung Andayani

Jejak sejarah adalah sebuah fakta yang tidak bisa di ingkari. Pada tahun 1995, tepatnya 25 tahun yang lalu pembantaian genosida terhadap etnis muslim di Srebrenica dan Bosnia terjadi. Sejarah kelam Eropa mencacat tinta merah genosida. Berdasarkan pada daftar awal orang-orang yang hilang atau dibunuh di Srebrenica yang disusun oleh Komisi Orang Hilang Federal Bosnia sedikitnya 8.373 jiwa menjadi korban dalam peristiwa tersebut(news.dot.com). Bagaimana dengan yang belum terdaftar?
Mari kita lihat jejak genosida etnis muslim di Asia tepatnya di Myanmar. Diberitakan oleh BBC pada tanggal 14 Desember 2017 bahwa lembaga volunteer mengatakan, lebih dari 647.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak bulan Agustus. Dan survei yang dilakukan menguak angka, setidaknya lebih dari 9.000 pengungsi Rohingya tewas di Myanmar antara tanggal 25 Agustus hingga 24 September 2017 (viva.co.id). Genosida terhadap etnis muslim pun terus berlanjut.

Di Tiongkok, nasib etnis xijiang tak ada bedanya kezaliman penindatasan pembunuhan sudah menjadi pemandangan biasa sejak tahun 1990 an (merdeka.com). Di belahan Timur Tengah, pembantaian etnis muslim sampai hari ini belum berhenti. Begitu juga di Afrika, etnis muslim tak luput dari genosida.

Iklan KPU Sultra

Pembantaian terhadap etnis muslim di berbagai penjuru dunia ini merupakan suatu pandemi global. Menurut Turan yang mengungkapkan dalam konferensi di “World Wars, Turkey and Syria on Unending Struggles for Power” Sebuah penelitian terkni, jumlah Muslim yang meninggal dalam konflik dan perang di dunia dalam 25 tahun terakhir telah mencapai 12,5 juta (mediaumat.news). Jumlah ini belum termasuk etnis muslim uighur dan etnis xinjiang yang disiksa sampai mati buddha Myanmar dan Tiongkok RRC.

Pandemi pembantaian etnis muslim ini menjadi bukti tidak adanya perlakuan adil PBB terhadap negara berpenduduk muslim, bahkan PBB menjadi alat melegitimasi kebengisan segelintir penjahat untuk memuaskan nafsu kedengkiannya terhadap Islam dan kaum muslim.

Inilah nasib umat muslim yang belum memiliki khalifah (Pemimpin muslim) yang menjalankan institusi negara dalam penerapan sistem islam (khilafah) secara totalitas. Umat islam bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Tiada yang membela dan melindunginya. Sebagimana sabda Rasulullah ﷺ,
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam bishowab.

Oleh : Agung Andayani