Penyesatan Sistematis Melalui Kurikulum Moderasi

Opini1641 Dilihat
Umma Aqila Shafira

Akhirnya pelajaran bahasa Arab-PAI di Madrasah resmi dihapus Kemenag, untuk mendukung keputusan itu Kemenag menambahkan anggaran Rp 2,6 T untuk pesantren dan lembaga keagamaan Islam.Hal itu disampaikan langsung Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. Ia mengatakan, penghapusan konten radikal tersebut merupakan bagian dari program penguatan moderasi beragama yang dilakukan Kemenag.

“Kami telah melakukan review 155 buku pelajaran. Konten yang bermuatan radikal dan eksklusivis dihilangkan. Moderasi beragama harus dibangun dari sekolah,” kata Fachrul Razi lewat keterangan tertulisnya, Kamis, 2 Juli 2020 seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Menurut Menag, moderasi beragama diimplementasikan dalam sejumlah program strategis, antara lain review 155 buku pendidikan agama, pendirian Rumah Moderasi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), dan juga termasuk penguatan bimbingan perkawinan.(okezone, 3/7/2020).

Memasuki tahun ajaran 2020/2021, madrasah mulai menggunakan kurikulum Pendidikan Agama Islam atau PAI dan Bahasa Arab yang baru. Kurikulum tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Agama atau KMA 183 tahun 2019.

“Mulai tahun pelajaran 2020/2021, pembelajaran di MI, MTs, dan MA akan menggunakan kurikulum baru untuk Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. KMA 183 tahun 2019 ini akan menggantikan KMA 165 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah,” kata Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah. detikcom, Sabtu (11/7/2020).

Pemerintah terus menggalakkan program moderasi beragama yang sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Kemenag telah menjabarkan moderasi beragama dalam Rencana Strategis (renstra) pembangunan di bidang keagamaan lima tahun mendatang.

Kurikulum moderasi makin kuat mendapat legitimasi dengan beberapa perubahan KMA untuk pelajaran PAI dan Bahasa Arab. Demikian pula, penghapusan materi khilafah dan jihad dari maple fiqh dialihkan ke maple sejarah dan dibahas dengan perspektif moderasi.

Ini berakibat generasi umat tidak mengenal ajaran agamanya. Bahkan menyesatkan generasi yg seharusnya memperjuangkan tegaknya khilafah bisa berbalik menentang ajaran islam dan menyingkirkannya dari kehidupan.Karena jika dilihat ratusan judul buku yang direvisi itu berasal dari lima mata pelajaran, yakni Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam,Alquran dan Hadis, serta Bahasa Arab.

Begitu juga seluruh materi ujian di madrasah yang mengandung konten khilafah dan perang atau jihad telah diperintahkan untuk ditarik dan diganti.
Geliat semangat keberislaman kaafah yang mulai mengemuka oleh penguasa saat ini dirasakan mengancam kedudukan mereka.yang pada akhirnya mengeluarkan keputusan untuk merevisi semua yang berbau radikal.

Ide khilafah yang murni ajaran Islam menjadi ancaman dan menjadi target untuk dihilangkan di semua sekolah pesantren,sebab dengan begitu tidak akan mencetak generasi yang akan memperjuangkan Islam bahkan jauh dari ajaran agamanya.Pelajaran agama yang hanya didapat kan sekitar dua jam dalam seminggu, pun harus dirubah agar tidak memuat materi tentang jihad dan khilafah dan menyesuaikan materi yang moderat. tidak mengherankan sebab dengan begitu kebangkitan Islam tidak akan terjadi.

Agenda Penjajahan sekularisasi pendidikan menjauhkan Islam dalam kehidupan jelas terlihat karena bukan tidak mungkin keputusan yang dibuat pemerintah membuktikan hal itu.Sebuah gambaran dari sistem yang diambil saat ini, gagal dalam menjaga aqidah rakyatnya.

Dalam Islam kehidupan bernegara dengan kepemimpinan nya disebut khilafah dan ini merujuk pada pembelajaran khilafah disajikan dalam sudut pandang sejarah yang menjelaskan karakteristik dan pola kepemimpinan Rasulullah SAW serta empat khalifah pertama. Buku mengisahkan sosok yang sangat dihormati umat Islam tersebut membangun masyarakat Madinah sampai masa Islam modern, yang diwarnai nilai jihad dan moderasi beragama.

Begitu pun materi jihad ditulis dalam perspektif perjuangan peradaban, dengan menggali makna dan menanamkan nilai perjuangan. Materi tersaji dari masa perjuangan Rasulullah SAW, para sahabat, walisongo hingga para ulama untuk membangun peradaban, ilmu, dan Islam.
Dan sejarah ini sudah terbukti sejak 13 abad yang lalu untuk itu umat harus kembali diingatkan bahwa kebangkitan yang hakiki justru hanya bisa diwujudkan dengan Islam. Yakni dengan menegakkannya dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Termasuk di bidang pendidikan.
Wallahu A’lam Bisshawab

Oleh : Umma Aqila Safhira