Perekonomian dunia saat ini berada pada ambang ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Begitu juga dengan perekonomian Indonesia yang diprediksi kuat pada kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi (detik.com, 18/7/2020).
Dalam peluncuran laporan Bank Dunia untuk ekonomi Indonesia edisi Juli 2020, tak ada jaminan bagi ekonomi Indonesia bebas dari resesi. Resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dan berlangsung setidaknya dalam dua (II) kuartal secara beruntun. Di kuartal I-2020, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 2,97%, turun jauh dari kuartal IV-2019 sebesar 4,97%. Di kuartal ini, perekonomian Indonesia beresiko menurun, sebab penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai berlaku efektif pada beberapa daerah.
Sementara pada kuartal I lalu, penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) belum diterapkan di Indonesia. Hal demikian mengakibatkan roda perekonomian pada kuartal II mengalami perlambatan yang signifikan sehingga pertumbuhan ekonomi terancam merosot.
Ekonomi Indonesia bisa mengalami resesi jika infeksi Covid-19 terus meningkat. Terlebih lagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali mengingatkan para menterinya soal ancaman tersebut (detik.com, 18/7/ 2020).
Melansir The Balance, ada 5 indikator ekonomi yang dijadikan acuan suatu negara mengalami resesi, yakni Produk Domestik Bruto (PDB) riil, pendapatan, tingkat pengangguran, manufaktur, dan penjualan ritel. Resesi sebenarnya hal biasa terjadi dalam siklus perekonomian negara (cbncindonesia.com, 18 Juli 2020).
Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira mengatakan, “masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang untuk menyiapkan dana darurat selama resesi. Sebab tidak ada yang mengetahui akan berlangsung sampai kapan jika resesi benar terjadi”. “Kurangi juga belanja yang tidak sesuai kebutuhan dan fokus pada pangan serta kebutuhan kesehatan. Jadi jangan latah ikut gaya hidup yang boros.
Pandemi mengajarkan kita apa yang bisa dihemat ternyata membuat daya tahan keuangan personal lebih kuat” (detik.com, 19 Juli 2020).
Resesi ekonomi merupakan dampak dari virus Corona (Covid-19) yang melanda dunia secara global. Hal ini disebabkan karena pada saat munculnya pandemi ini, tepatnya pertama kali muncul di kota Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019 lalu, seharusnya pemerintah segera mengambil tindakan untuk menghadapi pandemi tersebut agar tidak menyebar ke Indonesia dengan cara menghentikan penerimaan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina yang akan bekerja di Indonesia.
Bila pemerintah Indonesia menangani hal ini sejak awal Januari 2020 dengan memberlakukan sistem Lockdown untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19, maka aktivitas masyarakat dapat berjalan seperti biasanya sehingga roda perekonomian tidak merosot seperti yang terjadi saat ini. Pemerintah menyampaikan bahwa pada bulan Juli 2020 ini, negara akan mengalami kemerosotan ekonomi (resesi) akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia di awal tahun 2020 diberlakukan PSBB (Pembatasan sosial Berskala Besar) di daerah-daerah.
Bertambahnya Kesulitan Hidup Selama Masa Pandemi
Sampai detik ini, kasus yang terpapar Covid-19 semakin hari semakin bertambah. Bertambahnya kasus Covid-19 ini akan semakin memperburuk keadaan ekonomi Indonesia. Saat ini semua lapisan masyarakat sangat merasakan dampak buruk dari kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Mulai dari pengurangan aktivitas di perguruan tinggi, di sarana pelayanan umum (rumah sakit swasta, perkantoran swasta, swalayan, dsb) sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat berkurang, angka pengangguran meningkat, dan sebagainya.
Berkurangnya aktivitas masyarakat maka akan mengurangi konsumsi masyarakat dari berbadai sudut, misalnya penggunaan bahan bakar kendaraan semakin berkurang. Hal ini terjadi karena masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah saja guna menghindari terpaparnya virus Corona (Covid-19). Warung-warung makan mengalami pengurangan pengunjung karena sebagian masyarakat melakukan aktivitas WFH (Work From Home). Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi. Bila aktivitas berkurang diluar rumah maka pemasukan pendapatan dari rakyat akan berkurang terhadap negara.
Penerapan Islam Solusi Tuntas Atasi Resesi
Pemerintah menganjurkan kepada masyarakat agar berhemat selama pandemi ini, karena pandemi ini belum bisa diprediksikan sampai kapan akan berakhir. Masyarakat juga diminta untuk menabung agar berjaga-jaga selama pandemi ini. Selain itu, masyarakat dianjurkan hanya membeli kebutuhan pangan dan kesehatan saja. Jangan boros. Saran ini tidak akan memberi solusi yang baik kepada masyarakat untuk menghadapi resesi ekonomi Indonesia akibat dari pandemi Covid-19. Karena sistem ekonomi yang diambil Indonesia merupakan sistem ekonomi kapitalis-sekularisme, dimana ekonomi Indonesia dikelola oleh para pemilik modal (kapitalis) sehingga hasil kekayaan bumi tidak dikembalikan kepada masyarakat.
Sumber daya alam yang tidak boleh dikelola oleh pihak asing adalah air, rumput, dan api. Sebagaimana dalam sebuah hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu majah, “Manusia itu memiliki hak bersama (berserikat) dalam tida hal yaitu air, rumput liar dan api”.
Konsekuensi keimanan kepada Allah SWT dan para rasulNya, setiap muslim termasuk para penguasanya, wajib terikat dengan seluruh aturan syariah islam. Karena itu semua perkara kehidupan ini, termasuk masalah pengelolaan Sumber daya Alam (SDA) untuk menunjang ekonomi masyarakat harus dikembalikan kepada al-Qur’an dan as- Sunnah.
Allah SWT berfirman,“Jika kalian berselisih pendapat dalam suatu perkara, kembalikanlah perkara itu kepada Allah (al-Qur’an) dan rasulNya (as-Sunnah) jika kalian mengimani Allah dan hari akhir” (TQS. An-Nisa ; 59).
Seraya memperingatkan kita bahwa Allah swt. Akan memberikan kesulitan hidup manakala tidak melaksanakan hukum-hukum-Nya. “Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu (al-Qur’an), bagi dia kehidupan yang sempit, dan dia akan dibangkitkan pada Hari Kiamat kelak dalam keadaan buta. (TQS. At-Thaha : 124).
Hal ini tidak bisa diterapkan tanpa adanya peran suatu negara yang akan menerapkan syariah Islam yaitu dalam bingkai Khilafah Islamiyah yang akan menjadi solusi bagi seluruh ummat manusia dimuka bumi ini. Wallahu ‘alam Bisshowab[**].
Apt. Marlina, S.Farm