Momentum Idul Adha 1441 H: Siap Berkorban dalam Ketaatan untuk Menyelesaikan Pandemi

ILUSTRASI

Tak bisa dipungkiri virus corona mengguncang peradaban manusia di dunia. Setiap negara melalui otoritasnya meminta rakyatnya untuk tetap di rumah, menjaga jarak baik secara fisik (physical distancing) maupun sosial (social distancing) bahkan melakukan lockdown (karantina wilayah) untuk menghambat penyebaran virus corona. Bukan hanya sekadar imbauan tetapi peraturan dan larangan keras untuk melakukan aktivitas di luar rumah.
Pemberlakuan social distancing dan physical distancing tentu membatasi ruang gerak dan mobilitas masyarakat. Bahkan lockdown mengakibatkan masyarakat tidak dapat beraktivitas di luar rumah bahkan untuk mereka yang berstatus sebagai pekerja harian atau pedagang kaki lima.

Diakui atau tidak banyak pihak yang merasakan dampak negatif dari pandemi virus corona saat ini. Pendapatan masyarakat jelas berkurang, terutama mereka yang berpenghasilan harian seperti buruh harian, pedagang kaki lima, ojek online, tukang parkir dan lainnya.
Dampak negatif penyebaran virus corona tak hanya dirasakan oleh masyarakat saja, tetapi juga dunia usaha baik skala kecil, menengah, maupun besar. Seperti dilansir dari blog pribadi Pakar Marketing Yuswohady www.yuswohady.com yang berjudul “Corona Kills Everything” terdapat beberapa bisnis yang mulai meredup di tengah pandemi. Sebut saja bisnis hotel, travel agensi, mal dan sektor hiburan lain (suara.com, 27/05/20).

Iklan ARS

Musibah dalam bentuk apa pun pasti akan dialami manusia, baik ia dalam kondisi beriman maupun kafir. Allah SWT berfirman dalam Al Baqarah ayat 155, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Maka, setiap musibah bagi kaum muslimin, merupakan bentuk dari kasih sayang Allah SWT.

Sebaliknya, Allah SWT berfirman dalam As-Sajdah ayat 21, “Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Musibah bagi orang yang kafir merupakan azab sehingga mereka diminta untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah SWT.

Hal di atas sesuai dengan pendapat dari KH Athian Ali M. Da’i, Lc. M.A yang dikutip dari republika.co.id, bahwa paling tidak, ada tiga kemungkinan bentuk kasih sayang Allah SWT di balik musibah yang menimpa hamba-hamba yang dicintai-Nya:

Pertama, sebagai ujian keimanan. Ujian tentu saja sesuatu yang sangat positif. Setiap mukmin diharapkan bisa berhasil lulus menghadapi wabah covid-19 ini. Di antaranya dengan berikhtiar seoptimal mungkin untuk mengatasinya, dengan mengikuti perintah dari Allah dalam semua aspek kehidupan seperti menerapkan sistem Islam secara total.

Kedua, sebagai pilihan Allah yang terbaik. Di mana tidak tertutup kemungkinan yang dikira sesuatu yang tidak baik itu, justru sesuatu yang sangat baik yang sedang Allah rencanakan dan tetapkan untuk kemaslahatan hidup di dunia dalam menggapai kebahagiaan yang hakiki dan abadi di Akhirat nanti.

Ketiga, sebagai teguran dan peringatan dari Allah SWT yang disebabkan kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kemungkinan yang ketiga ini pun wujud dari kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya, agar bersegera bertaubat dan kembali ke shirotol mustaqiim sebelum tiba saat sakratul, di mana pintu taubat sudah ditutup dengan menjalankan perintah dari Allah.

Untuk itu, di tengah pandemi ini ada baiknya bila kita mau merefleksikan makna momentum Idul Adha 1441 H ini untuk mau berkorban, mengorbankan hawa nafsu duniawi kita yang selama ini mungkin terlalu banyak kita umbar. Apalagi di tengah himpitan ekonomi yang terjadi akibat pandemi, bukan hanya masyarakat, elemen pengatur negara pun seharusnya senantiasa melakukan introspeksi. Apakah aturan yang hari ini terselenggara sudah sesuai dengan aturan yang dikehendaki Allah SWT? Apakah sistem keuangan, pendidikan, sosial sudah sesuai dengan syariat Allah SWT?

Momen Idul Adha 1441 H ini adalah momen yang tepat untuk kembali kepada aturan Allah SWT baik yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam masalah aqidah dan ibadah, aturan manusia dengan dirinya sendiri dalam masalah makanan dan pakaian, maupun aturan yang mengatur manusia dengan manusia lain dalam aspek politik, ekonomi, sosial dan pendidikan.

Marilah menguatkan kesadaran seluruh komponen masyarakat untuk taat sempurna pada seluruh aturan Sang Pengatur, Allah SWT yang jelas tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah. Serta, marilah menguatkan tekad untuk berkorban seluruh daya upaya untuk menegakkan aturan Allah SWT dalam kehidupan. Sehingga kita layak untuk mendapatkan kasih sayang dan berkah Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi …” (TQS Al ‘Araf: 96). Wallahu a’lamu bish shawab.

UMMU NAFIS
(Ibu Rumah Tangga & Aktivis Komunitas Muslimah Rindu Surga)