Sebelum Meninggal, Ini Pesan Terakhir Almarhum Ichsan Umar Kepada Warga Kolaka Utara

Dilingkari merah pada 16 Juli 2020 lalu. dikirim ke teman di Kolaka Utara, yang berarti saya bersama Almarhum FOTO: ISTIMEWA

TEGAS.CO., KENDARI – Inna Lillahi Wa Inna Lillah Rojiun, pesanmu akan sampai, meski itu lewat media ini. Filosofimu yang dirangkai dalam pesan begitu berharga “Selamat Jalan puang, semoga mendapat tempat terbaik di Surga”.amin….!!!

Inilah yang terdengar dari sejumlah pejabat di Kendari. Lalu, mengingat jika almarhum Nur Ichsan Umar telah memberi pesan kepada warga Kolaka Utara, 17 hari sebelum meninggal dunia, tepatnya pada Kamis 16 Juli 2020 lalu.

Kala itu, almarhum sedang menikmati secangkir kopi di Kopling yang terletak di pelataran kantornya. Ia bersama beberapa orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sulawesi Tenggara (Sultra) dari komisinya, yakni Komisi III, di apit dengan banyak wartawan.

Mengawali diskusi pagi itu, rencana kunjungan kerja komisi III ke Kolaka – Kolaka Utara.

Namun karena masih menunggu anggota komisi III lainnya, almarhum kemudian menjawab beberapa pertanyaan wartawan terkait keberhasilan perkebunan kakao di Kolaka Utara (Kolut).

Keberhasilan perkebunan kakao kata almarhum kala itu, karena sudah dipasarkan hingga ke luar negeri oleh pemerintah Kolut.

“Kecuali jika petani tidak bekerja, baru gagal,”ucap almahrum saat itu dengan singkat.

Almarhum bercerita, ia bersama keluarga besarnya, mulai dari kakeknya hingga kepada dirinya adalah seorang petani.

Olehnya itu, dengan kerendahan hati mengungkapkan, akan hidup meski tinggal di hutan belantara, karena sudah mengetahui sumber-sumber makanan, baik yang beracun tapi aman dimakan maupun yang tidak beracun.

“Kakek nenek saya petani, kalau kami masuk hutan bersama, semua yang dilakukan saya liat dan jadi tau. Misalkan makan dan minum dari akarnya rotan,”kenang almahrum.

Kata dia, berkebun kakao semua petani bisa berhasil, asalkan bekerja keras, tawakkal dan selalu berdoa kepada yang kuasa dan menjaga serta merawat dengan baik tanaman atau kebun kita.

Almarhum, Nur Icksan Umar, anggota Komisi III DPRD Sultra foto diambil pada Kamis 16 Juli 2020 di pelataran halaman DPRD Sultra FOTO: ISTIMEWA

Almarhum menganalogikan, TKA China yang masuk ke Sultra, ada riak karena ini adalah Indonesia dan didiami oleh warga Konawe pada umumnya masyarakat Sultra.

“Begitu pula kalau kita berkebun kakao, itu ada yang marah. Pemiliknya pasti marah, maka kita harus memahaminya dengan cara, bagaimana agar tanaman kita tidak diganggu oleh pemiliknya seperti, monyet, baby dan binatang lainnya. Kan mereka pemilik hutan dan kebun. Kita manusia hanya datang berkebun dan mengambil mereka punya dunia, tempat tinggal dan menghabiskan makanannya,”katanya yang didengar sejumlah rekannya waktu itu.

Ia pun menitip pesan, jika ingin mengamankan kebun, hutan dan tanaman yang kita ambil dari pemilik yang sudah turun temurun hidup, maka tentu ada pengamanan.

“Misalnya, kalau punya tanaman pohon maka lilitkan seng atau kawat duri, monyet akan menghindar karena takut duri dan tajamnya ujung seng yang akan mengiris kulitnya. Jika terluka, monyet itu akan mati karena dikorek dan dijilat terus oleh sesamanya sehingga makin lama luka makin besar,”pesan Almarhum.

Secara filosofi, Nur Icksan berpesan, jika warga Kolaka Utara ingin berhasil berkebun maka gunakanlah sepuluh jarimu untuk bekerja. Insyaallah pasti berhasil.

MAS’UD