Pelajaran Online Tapi Hp dan Quota Tidak Ada !!!

Nur Setia Alam Prawiranegara
(Ketua Indonesian Feminist Lawyers Club/IFLC)

Pandemi Covid 19! Wabah ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut karena menimbulkan efek negatif yang bisa dirasakan khususnya di Indonesia. Bagi para pelajar baik dari tingkat sekolah dasar sampai Mahasiswa tentu ada beberapa kendala dalam memperoleh pelajaran selama masa pandemi ini.

Proses pembelajaran Online timbul kendala seperti ada beberapa siswa yang tidak memiliki HP dan quota untuk belajar, mengapa demikian? Banyak faktor yang melatarbelakanginya.

Iklan ARS

Nur Setia Alam Prawiranegara (Ketua Indonesian Feminist Lawyers Club/IFLC) saat ditanyakan permasalahan ini, mengatakan beberapa kendala terjadi karena tidak semua orang tua mampu mendampingi anak belajar di rumah, sebab ada tanggung jawab lainnya.

Bahkan kemungkinan besar Siswa kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru, bisa saja menjadi peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan, akhirnya berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak, baik perbedaan akses karena masalah jangkauan listrik / internet, maupun dana untuk aksesnya serta kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosial-ekonomi berbeda.

Menurut penuturannya, kelangsungan belajar mengajar yang tidak dilakukan di sekolah berpotensi menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan, seperti terjadinya kekerasan pada anak dan risiko eksternal ancaman putus sekolah Penurunan capaian belajar Anak.

Sebagai warga negara haknya dilindungi dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 yaitu Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Akan tetapi ternyata masih berupa slogan!

Kembali Alam Prawiranegara memberikan contoh kasus melalui Media, seperti curhat guru SMP Negeri 7 Padang yang menyatakan ada kendala jika belajar dilakukan secara online, dan mengakui tidak semua siswanya memiliki smartphone, maka solusinya, harus mengikuti pembelajaran di sekolah secara bergantian.

Selain itu, ada siswa kelas 6  SDN Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, karena tak punya HP lalu nebeng di rumah temannya, dengan tujuan untuk mengetahui pelajaran atau pun tugas yang diberikan guru. Ternyata selain itu harus menyeberang aliran Sungai Catur yang memisahkan antara Dusun Sukorejo dan Dusun Malang, Madiun untuk sampai lebih cepat ke rumah temennya untuk memotong jalan.

Ada juga di wilayah lain, Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa Pasawahan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat mengalami kesulitan belajar secara online. Para siswa tidak mempunyai handphone dan sulit mendapatkan sinyal, sampai belajar di luar rumah yaitu di Pos Ronda untuk mendapatkan sinyal.

Kesulitan lainnya orang tuanya kesulitan untuk membiayai kuota internet selama belajar secara online. Bahkan orang tuanya terpaksa menjual sawah untuk membeli handphone. Yang paling menyakitkan ada suatu kejadian diluar pemikiran kita selama ini di dunia pendidikan di Indonesia.

Ini harus menjadi perhatian besar bagi pemerintah, karena baru saja pada tanggal 17 Oktober 2020 Seorang siswi berusia 16 tahun kelas XI SMA di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ditemukan meninggal dunia di bawah tempat tidurnya diduga tewas setelah menenggak racun. Selain itu, ditemukan pula video di galeri ponsel korban yang merekamnya sedang meminum cairan berwarna biru dari sebuah cangkir.

Ternyata siswi tersebut pernah menyampaikan kepada sahabatnya dimana menurut keterangan keluarganya, sebelum meninggal kerap keluhkan tugas-tugas sekolahnya dan juga selalu mimpi tengah dimandikan seperti orang meninggal.

Menurutnya, solusi yang terbaik adalah Pemerintah khususnya Menteri Pendidikan bersama Pemerintah Daerah langsung menelaah serta gerak cepat turun untuk menggantikan metode disesuaikan dengan wilayah dan kemampuan dari siswa, orangtua dan gurunya, agar kejadian seperti ini tidak terulang atau bahkan mungkin ada hal serupa akan tetapi kita tidak mengetahuinya.

Jika kondisinya aman langsung saja kembali sekolah seperti biasa guna menurunkan kendala yang terjadi selama masa pandemi dengan menjaga protokol kesehatan di sekolah. Karena ternyata telah terjadi kematian bukan karena Covid 19 akan tetapi efek dari sisi lain karena kondisi pembelajaran yang harus menyesuaikan.

PUBLISHER: MAS’UD